Sabtu, 12 November 2011

Dimanakah Al-Mu'tasim Hari Ini?


Dimanakah Al-Mu'tasim Hari Ini?

M. Fachry
Dahulu, di masa keemasan Islam, ada seorang teladan abadi sepanjang masa. Dia adalah khalifah al-Mu’tasim, khalifah Bani Abbasiyah (833-842 Masehi). Dialah yang menyambut seruan seorang muslimah yang dilecehkan tentara Romawi dengan mengirimkan pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah dan melibas seluruh tentara kafir Romawi di sana hingga bebaslah sang muslimah tadi dari tawanan Romawi. Kini, ketika ribuan muslimah dan muslim ditawan tentara-tentara kafir, dimanakah Al-Mu’tasim hari ini?
Teladan Heroik Pejuang Muslim
Kisah heroik Al-Mu’tashim dicatat dengan tinta emas sejarah Islam dalam kitab al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah, dalam judul Penaklukan kota Ammuriah.
Ketika itu, al-Mu’tasim, khalifah di masa Bani Abbasiyah, sedang memegas gelas untuk minum ketika didengarnya seorang muslimah dilecehkan oleh tentara Romawi. Khalifah pun langsung berseru kepada panglima perangnya agar bersiap menuju Ammuriah, tempat dimana muslimah tersebut berteriak meminta tolong.
Konon, muslimah itu keturunan Bani Hashim dan sedang berbelanja di sebuah pasar di kawasan negeri di bawah kekuasaan Romawi, di utara benua Asia, yakni tepatnya di kota Ammuriah, kawasan Turki hari ini. Di saat sedang berjalan itulah, sang muslimah diganggu oleh seorang lelaki Romawi dengan menyentuh ujung jilbabnya hingga dia secara spontan berteriak : “Wa Mu’tashamah….!!!” Yang juga berarti “Dimana kau Mu’tasim…Tolonglah Aku”
Teriakan muslimah tersebut akhirnya sampai ke telinga Khalifah al-Mu’tasim. Puluhan ribu tentara pun digelar mulai dari gerbang ibukota di Baghdad hingga ujungnya mencapai kota Ammuriah. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan Ammuriah dari jajahan Romawi.
Catatan sejarah menyatakan bahwa ribuan tentara Muslim bergerak di bulan April, 833 Masehi dari Baghdad menuju Ammuriah. Kota Ammuriah dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan Khalifah al-Mu’tasim pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.
Hanya seorang Muslimah yang dilecehkan kafir Romawi dan berteriak ‘Wahai Mu’tasim” maka sang khalifah tersentuh hatinya dan terbakar ghiroh Islamnya sehingga dilancarkanlah serangan penaklukan ke Ammuriah hingga sang Muslimah akhirnya bisa dibebaskan. Allahu Akbar!
Sejak Dahulu Kaum Muslimin Wajib Dibela!
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, dikisahkan ada seorang tukang emas Yahudi Bani Qainuqa menganiaya kehormatan seorang Muslimah dengan mengikat pinggir bajunya sehingga menyebabkan tubuhnya tersingkap. Saat itu, seorang pria Muslim kebetulan berada di sana dan membunuh orang Yahudi itu. Kemudian orang-orang Yahudi membalas dengan membunuh orang muslim itu. Keluarga pria itu memanggil kaum Muslimin untuk membantu dan Nabi SAW., mengirimkan pasukan melawan mereka dan setelah 15 hari pengepungan seluruh suku Bani Qainuqa diusir dari Madinah. Subhanallah!
Di masa Khalifah Umar bin Abdul-Aziz, beliau pernah mengirim surat kepada para tahanan perang Muslim di Konstantinopel. Beliau mengatakan kepada mereka:
“Kamu menganggap dirimu sebagai tahanan perang. Padahal kamu bukan tahanan perang. Kamu terkunci di jalan Allah. Aku ingin kamu tahu bahwa setiap kali aku memberikan sesuatu kepada kaum Muslim, aku memberikan lebih banyak untuk keluarga kamu dan aku mengirimkan sekitar 5 dinar untuk setiap salah satu dari kamu dan seandainya bukan karena aku takut bahwa diktator Romawi akan mengambilnya dari kalian, aku akan mengirimkan lebih. Aku juga telah mengirim banyak untuk menjamin pembebasan setiap salah satu dari kalian tanpa memikirkan berapa biayanya. Jadi bersukacitalah! Assalamu Alaikum. “
Dimanakah Al-Mu’tasim Hari Ini?

Kini, berapa banyak Muslimah yang dilecehkan kehormatannya oleh kuffar ? Berapa banyak Muslimah yang berteriak meminta tolong dari kedzoliman yang dideritanya? Berapa banyak kaum Muslimin yang ditawan pemerintahan kafir maupun pemerintahan murtad ? Bukankah sudah terdengar teriakan mereka dari penjara di Guantanamo (Cuba), Abu Gharib (Irak), Bagram (Afghanistan), Gaza (Palestina) Nusa Kambangan (Indonesia), dan penjara-penjara Amerika dan Inggris di seluruh dunia. Dimanakah Al-Mu’tasim hari ini?
Bukankah saudari Muslimah kita Afia Siddiqui sudah berteriak meminta pertolongan dari penjara pemerintahan Pakistan? Juga saudara Muslimah kita, Putri Munawaroh berteriak meminta pertolongan dari kedzoliman penjara Mako Brimob?
Bukankah Rasulullah SAW., bersabda,
“Berikanlah makan pada seseorang yang merasa lapar, kunjungilah seseorang yang sakit dan bebaskanlah seseorang yang ditawan.”
Beliau SAW., juga bersabda,
“Adalah sebuah kewajiban bagi Muslim dari harta mereka untuk membebaskan orang-orang yang berada dalam tahanan dan membayar  tebusan.”
Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
“Jika mereka menahan seorang Muslim, adalah sebuah kewajiban kita untuk tetap memerangi mereka sampai mereka membebaskan mereka atau mereka di musnahkan,”
dan dia juga berkata,
“Membebaskan Muslim dari tahanan adalah salah satu kewajiban yang besar dan membelanjakan kekayaan untuk membebaskan mereka adalah salah satu bentuk mendekatkan diri kepada Allah yang paling baik.”
Sahabat Umar Ibnu Khattab RA berkata,
 “Bagiku membebaskan seorang Muslim yang berada ditangan Musyirikin lebih aku sukai daripada seluruh Jazirah Arab.” (Shahih Shahabi Jilid. 3).
Sejarah Islam telah menorehkan dengan tinta emas kisah-kisah heroik dan tauladan abadi dari mereka-mereka yang membela kehormatan kaum Muslimin yang ditawan musuhnya. Khalifah al-Mu’tasim adalah salah satu contoh yang paling fenomenal dalam menanggapi panggilan seorang Muslimah yang didzolimi kaum kafir. Kini, kaum Muslimin di pelbagai penjuru dunia banyak dilecehkan dan ditawan di banyak penjara kaum kuffar. Lalu, dimanakah al-Mutasim hari ini?
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)

Makna Tauhid Hakimiyyah

Segala puji hanya bagi Allah Swt. semata yang mengatur alam semesta ini. Adapun yang dimaksud dengan Tauhid Hakimiyyah adalah pengesaan Allah dalam perkara hukum dan syari’at. Sebagaimana Allah tidak memiliki serikat dalam kekuasaanNya, dalam mengurus berbagai urusan makhlukNya, demikian juga Allah swt tidak memiliki sekutu dalam hukum dan pembuatan undang-undang (tasyri’). Allah adalah hakim yang paling adil, Dia memiliki kewenangan untuk memutuskan dan memerintah, maka tidak ada sekutu bagiNya dalam membuat hukum dan perundang-undangan. Sebagaimana Dia tidak membutuhkan sekutu dalam kekuasaan dan mengatur urusan mahluk-Nya. Maka demikian halnya Dia Esa dalam masalah hukum dan tasyri’.
Firman Allah :
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Yusuf:40)
“Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah yang Maha cepat hisab-Nya.” (ar-Ra’d:41)
“Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki- Nya.” (al-Maidah:1)
“Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (al-Kahfi:26)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?.” (al-Maidah:50)
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, Maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (asy-Syura:10)
“dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (al-An’am:121)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan secara jelas dan kuat tentang tauhid ini, dan iman seseorang tidaklah dapat dikatakan sah tanpa adanya tauhid ini. Dalam hadits shohih disebutkan bahwa Nabi Saw.barkata:
“Sesungguhnya Allah adalah hakim dan keputusan ada pada-Nya.”
Namun pertanyaannya, apakah tauhid hakimiyah ini bukan termasuk tauhid uluhiyyah atau malah bagian tersendiri yang lain dari tauhid uluhiyyah. Saya katakan,”Tidak, Tauhid ini bukanlah satu jenis tauhid tersendiri yang bukan bagian dari tauhid uluhiyah. Tauhid ini sudah terkandung di dalam Tauhid Uluhiyyah. Ada juga unsur yang termasuk kedalam kategori tauhid Rububiyyah. Dan ada juga unsurnya yang masuk ke dalam kategori Tauhid asma’ dan sifat.
Namun di saat syirik merajalela di kalangan ummat dalam bentuk memutuskan hukum tidak sesuai dengan apa yang Allah turunkan, tetapi memutuskan hukum menggunakan undang-undang kufur dan UU thaghut. Kondisi ini mengisyaratkan agar istilah tauhid hakimiyah ini disebutkan tersendiri agar orang-orang melihat urgensi tauhid ini. Tanpa adanya tauhid ini maka sesunggunya mereka belum memenuhi tuntutan tauhid uluhiyah sebagaimana mestinya. Sebagai contoh; Anda menjumpai suatu kaum yang musyrik dalam hal ketaatanya, kemudian Aanda berkata,”Kalian seharusnya melakukan tauhid tho’ah (hanya taat pada Allah swt semata), dan janganlah mentaati seseorang karena dzatnya kecuali pada Allah swt. Maka statemen Anda yang seperti ini benar dan Anda tidak boleh diingkari. Juga tidak benar kalau dikatakan bahwa Aanda membuat sesuatu yang baru dalam masalah tauhid yang namanya tauhid tho’ah, atau menyebut tauhid lain selain tauhid uluhiyah!!! Begitu pula ketika Anda menjumpai suatu kaum yang telah menyekutukan Allah dengan mengangkat tandingan-tandingan bagi Allah dalam aspek mahabbah, wala’ dan baro’ (cinta, loyalitas dan anti loyalitas).
Saat itu Anda terpaksa menyebut tauhid Mahabbah, sebab yang layak dicintai karena substansi (dzat)nya sendiri hanyalah Allah swt. Akan tetapi tauhid ini bukanlah jenis tauhid baru yang bukan tauhid uluhiyah, sebagaimana statemen anda tentang tauhid mahabbah ini tidak ada unsur yang baru apalagi bid’ah. Demikian pula jika Anda dapati orang yang menyekutukan Allah swt dalam hal berdoa dan meminta pertolongan. Merespons sikap mereka itu Anda berkata,”Kamu harus mengesakan Allah swt dalam doa dan permohonan. Pembagian tauhid seperti ini bukan berarti menyebutkan bagian tauhid baru yang terpisah dari tauhid uluhiyah. Disebutkan macam seperti di atas karena adanya kebutuhan yang mengharuskan adanya penjelasan tersendiri ketika Anda menjumpai orang yang berbuat syirik dari sisi itu. Tidak ada seorang pun baik yang terdahulu maupun sekarang yang mengatakan,”Bahwa tauhid hakimiyah adalah bagian tauhid tersendiri atau bagian ke-empat dari pembagian tauhid”. Semuanya ulama’ memasukkannya ke dalam tauhid uluhiyah, dan juga memasukkan sebagian unsur-unsur yang ada di dalamnya ke dalam bagian tauhid yang lain sebagaimana telah dijelaskan di muka.
Adapun maksud dari disebutkannya jenis tauhid ini adalah urgensinya agar ummat memperhatikan aspek tauhid yang sudah hampir musnah. Jika anda telah memahaminya, propaganda dari para penentangnya sudah tidak bisa lagi untuk dijadikan alat justifikasi selain hanya ingin mereduksi makna dari tauhid yang tidak kalah pentingnya ini, serta ingin dijadikan sebagai pembenar dari kekurangan para thoghut hukum dari pengingkaranya terhadap sisi tauhid ini.
Adapun yang berkaitan dengan pertanyaan Anda tentang buku-buku yang memuat persoalan ini Sebenarnya kitab-kitab yang membahas persoalan itu banyak sekali. Yang terpenting adalah kitabulloh Al-Quran kemudian kitab-kitab hadits, serta buku-buku aqidah seperti karangannya Ibnu Taimiyyah, Ibnu Abdul Wahhab serta para cucunya. Sedangkan buku dari para ulama kontemporer adalah buku yang ditulis oleh Sayyid Qutub r.h., khususnya kitab: Fi Dzilal al-Qur’an, al-Ma’alim fi ath-Thariq”,”Khosois al-Tasawwur al-Islamiy, dan “Maqawwamat tashawwur islamy”. Dan juga buku-buku karya Muhammad Quthb. Selain itu ada sebuah risalah yang membahas tentang Tauhid Hakimiyyah oleh syaikh Abu Itsar. Demikian juga kitab dan makalahnya Abu Muhammad al-Maqdisi. Dan seandainya Anda telaah kitab-kitab dan makalah kami, niscaya kalian tidak akan manafikan faedah dari penyebutan tauhid ini, Insya Allah.
Oleh: Abu Basyir
Sumber: Almuhajirun.com

Masa Berakhirnya Para Toghut


M. Fachry
Ahad, 13 Februari 2011 16:26:41
Revolusi di Tunisia, Mesir, dan disusul di negeri-negeri Islam lainnya diharapkan bisa menjadi titik awal kebangkitan Islam. Hal ini juga menandakan berakhirnya masa para toghut di negeri-negeri kaum Muslimin dan dimulainya masa penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam bingkai kekhilafahan Islam. Insya Allah!
Melacak Jejak Toghut Mendeklarasikan Tauhid
Sungguh, ingkar kepada toghut dan beriman kepada Allah adalah pondasi kehidupan seorang muslim. Hal ini merupakan realisasi syahadat La ilaha illallah yang mencakup an-nafyu (peniadaan) dan al-itsbat (penetapan). Hal ini juga merupakan inti seruan dakwah para nabi sejak dahulu hingga kini. Dengan demikian, siapa pun yang dapat merealisasikan ingkar kepada toghut dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah mantap urusannya dan telah berjalan di atas jalan yang lurus.
Siapakah para toghut dan dimanakah mereka berada ? Dan siapa pula para pendukung toghut dan bagaimana hukumnya ? Sungguh mengetahui seluruh masalah ini saat ini adalah perkara penting bagi seluruh muslim, apalagi yang menginginkan tegaknya izzul Islam wal muslimin. Karena seluruh bagunan Islam dan aplikasinya berupa pelaksanaan syariat tidak akan pernah terealisir tanpa mengkufuri toghut, memastikan keberadaan mereka, membongkar selubung mereka, membenci mereka, dan memerangi mereka. Niscaya, jika kita  telah mengetahui apa saja toghut di dunia ini dan sikap manusia terhadapnya, maka kita melihat kebanyakan manusia berpaling dari ibadah kepada Allah dan lalu beribadah kepada toghut, dan dari berhukum  kepada Allah dan Rasul-Nya  menjadi berhukum kepada toghut. Dan dari mentaati Allah serta mengikuti Rasul-Nya menjadi mentaati toghut serta mengikutinya.
Sungguh, orang-orang kafir tidak mungkin melakukan kerusakan di bumi atau menzalimi sebuah bangsa, kecuali pasti dengan bantuan orang-orang yang mendukungnya untuk melakukan kezaliman dan kerusakan, dan yang menjaga mereka dari orang yang ingin membalasnya. Dengan demikian, orang kafir itu tidak akan bisa terus melakukan kerusakan kecuali lantaran ada orang yang membantu dan membelanya, dan merekalah para anshoru toghut, penolong toghut, yang statusnya juga sama dengan toghut itu sendiri.
Dengan demikian, pada hakikatnya peperangan yang dilancarkan kaum muslimin terhadap para penguasa toghut, dengan tujuan menggulingkan mereka demi mengangkat seorang penguasa muslim, maka peperangan tersebut pada kenyataannya adalah peperangan melawan para pendukung mereka yang terdiri dari para pembela toghut. Oleh karena itu wajib hukumnya mengetahui siapa para toghut dan pendukungnya ini, dan status hukum mereka di sisi Allah SWT
Menolak Thoghut Adalah Kewajiban Pertama Dalam Islam
Kewajiban pertama atas setiap Muslim adalah Tauhid (beribadah kepada Allah tanpa menyekutukanNya); dan pilar pertama Tauhid adalah Al Kufur Bit Thoghut, atau menolak Thoghut. Seseorang tidak bisa menjadi Muslim kecuali mereka menolak semua bentuk Thoghut, apakah itu berbentuk konsep, benda tertentu atau seseorang.
Thoghut telah didefenisikan oleh Shahabat dan Ulama klasik yang mengikuti jalan salaf yaitu: “Sesuatu yang disembah, ditaati atau diikuti selain dari Allah.”
Imam Malik bin Anas berkata: “Thoghut adalah segala sesuatu yang disembah (atau ditaati) selain Allah.”  (Diriwayatkan dalam Al Jaami’ li Ahkaam Al Qur’an oleh Imam Al Qurtubi)
Syeikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Dan thoghut secara umum, adalah sesuatu yang disembah selain Allah, dan itu disetujui untuk disembah, diikuti atau ditaati.” (Risalatun fii Ma’naa At Thoghut oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab)
Thagut dan Pembahasannya Menurut Para Ulama
Pembahasan masalah toghut masyhur di kalangan para ulama. Mereka telah menjelaskan masalah ini secara rinci dan umat menerapkannnya secara pasti. Bahkan masalah pembahasan toghut ini menjadi bahasan pertama dan utama dalam Islam. Sebagaimana yang telah kita maklumi bahwasanya:
1.Inti dakwah para rasul-rasul adalah: beriabadah kepada Allah dan menjauhi thaghut (QS. An Nahl (16): 36)
2.Iman seorang tidak sah sehingga ia mengkufuri thaghut (QS. Al Baqarah: 256)
3.Masalah thaghut dan mengkufurinya adalah termasuk masalah iman dan kufur, dan tidak ada masalah yang lebih penting dalam dien ini dibandingkan dengan masalah iman dan kufur dan tidak ada kesalahan yang lebih besar daripada kesalahan dalam masalah iman dan kufur.
Para Penolong & Ulama Toghut
Adapun yang dimaksud dengan ansharuth thawaghit (pembela-pembela thaghut) adalah siapa saja yang menolong mereka (para toghut) dengan ucapan maupun perbuatan. Sehingga kalaupun penolong atau pembela tersebut pemerintah negara lain, maka hukumnya juga sama.
Termasuk ke dalam pembela para toghut adalah mufti atau ulama pemerintah toghut, yakni mereka yang selalu berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah SWT., berfirman :
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”  (QS Huud 11: 113)
Siapakah orang yang lebih salah dari orang yang membela syetan atau orang-orang yang membuat keringanan atas ke-kufuran-nya? Jika seseorang tidak menolak thaghut (dalam realitas, tidak hanya secara teori) bagaimana bisa kita mempercayai dia untuk masalah dien kita? Tauhid adalah persoalan yang utama yang harus diperhatikan.
“Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.” (QS Al Jumu’ah 62: 5)
Wallahu’alam bis showab!
Source : almuhajirun.net (Majalah Al Muhajirun Edisi Melacak Jejak Toghut)

Buku-buku pelajaran yang paling utama untuk para penuntut ilmu tingkat pemula dan kaum awam


Saif Al Battar
Rabu, 5 Oktober 2011 07:33:01
Arrahmah.com – Kesadaran umat Islam di tanah air untuk mempelajari ajaran Islam kian hari kian tumbuh. Pengajian mulai tumbuh subur di perkantoran, pabrik, sekolah, kampus, dan bahkan restoran. Para bisnisman, selebritis, pejabat, dan kalangan ekonomi menengah ke atas mulai memiliki jama’ah pengajian sendiri. Pertumbuhan majalah, tabloid, buku, CD, dan situs keislaman juga cukup marak.
Sayang sekali, banyak pengajian dan kajian keislaman yang marak di tengah masyarakat tersebut belum disampaikan secara sistematis, ilmiah, dan kaafah. Temanya masih berkutat pada ibadah ritual semata. Tidak jarang, sebagian besar muatannya adalah humor. Sangat sulit mencari kajian Islam yang mengajarkan kepada umat Islam pemahaman Islam yang benar dan kaafah secara sistematis, ilmiah, dan bertahap sesuai jenjang pemahaman yang terukur jelas.
Banyak umat Islam yang memiliki niat kuat untuk mengikuti pengajian dan kajian keislaman. Namun mereka bingung, harus mengikuti pengajian yang mana? Buku, majalah, tabloid, dan situs keislaman apa yang selayaknya mereka baca? Untuk membantu niat umat Islam dalam menuntut ilmu keislaman, arrahmah.com insya Allah akan menurunkan serial artikel para ulama yang capable di bidangnya. Semoga umat Islam memiliki gambaran yang jelas, utuh, dan lurus tentang pengajian dan kajian keislaman yang ideal. Selamat mengikuti!
 
Buku-buku pelajaran yang paling utama untuk
para penuntut ilmu tingkat pemula dan kaum awam

oleh:
Syaikh Zhofir bin Hasan Al-Jab’an

بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Pertanyaan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saya berharap Anda berkenan menjelaskan judul buku-buku untuk para pelajar pemula dan kaum muslimin pada umumnya, yang memiliki kriteria mudah dipahami, uraiannya jelas, dan urutannya tertib menurut skala prioritas.
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Al-Amin, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Amma ba’du…
Wahai saudaraku yang tercinta…hendaklah engkau meyakini seyakin-yakinnya bahwa sarana yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Rabb Ar-Rahiim adalah ilmu. Bukan sembarang ilmu, melainkan ilmu tentang Allah SWT, ayat-ayat-Nya, hukum-hukum dien-Nya, dan sunah-sunah Rasul-Nya SAW. Oleh karenannya, Allah menyebutkan hanya orang-orang yang mengenal-Nya sedalam-dalamnya yang takut kepada-Nya. Allah SWT berfirman,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS. Fathir (35): 28)
Para shadiqun (orang-orang yang jujur keimanannya) tidak mampu mencapai derajat khasyah (rasa takut kepada) Allah SWT kecuali dengan ilmu syar’i.
Setiap kali seorang hamba semakin mengenal Allah, maka rasa takutnya kepada-Nya juga semakin meningkat. Sekadar ma’rifah (pegetahuan) hambae kepada Allah, sekadar itu pula ketekunannya dalam melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dengan itulah ia mampu melaksanakan penghambaan yang sebenarnya kepada Allah, dan termasuk dalam golongan hamba yang bertakwa dan takut kepada-Nya.
Sunatullah telah menetapkan bahwa seorang hamba tidak mungkin mampu menggapai sebuah harapan kecuali setelah ia mencurahkan segala sarananya, baik sarana yang syar’I maupun sarana yang kauni. Di antara sarana tersebut adalah mencari ilmu dan terus-menerus meningkatkannya.
Pertanyaan Anda, wahai saudaraku yang tercinta, sungguh sangat penting. Sangat penting, mengingat setiap muslim wajib memiliki kadar minimal ilmu yang tidak boleh ia tinggalkan dan wajib ia ketahui. Di antaranya adalah mengetahui perkara-perkara pasti yang termasuk bagian dari agama (al-ma’lum min ad-dien bi al-dharurah) sehingga tiada seorang muslim pun yang boleh tidak mengetahuinya. Seperti mengakui wujud Allah, keesaan-Nya, kewajiban menujukan seluruh bentuk ibadah kepada-Nya semata, mengenal rasul-rasul-Nya, kewajiban mentaati mereka dan mengikuti ajaran kebenaran yang mereka terima dari Allah SWT, dan mengenal Islam beserta rukun-rukun dan kewajiban-kewajibannya yang seorang muslim tidak memiliki udzur bila tidak mengetahuinya. Seorang hamba tidak mungkin akan mencapai tingkatan tersebut kecuali dengan sarana ilmu syar’i, sedangkan ilmu syar’i diambil dari sumber-sumber otentiknya, yaitu Al-Qur’an, As-sunnah, dan ijma’ salaf.
Berkaitan dengan permohonan Anda tentang buku-buku yang sebaiknya dipelajari terutama oleh para pelajar pemula dan kaum awam umat Islam; sebelum saya menyebutkannya kepada Anda, saya hendak menyampaikan beberapa wasiat berikut kepada Anda.
  1. Ikhlaskan niat amal Anda untuk Allah semata. Sekadar keikhlasan Anda kepada Allah, sekadar itu pula Anda akan mengambil manfaat dari ilmu Anda.
  2. Manhaj yang lurus. Manhaj Anda haruslah mengikuti jalan Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam aspek pemahaman dan pengambilan sumber, aspek pengamalan nash-nash dan hukum-hukum, dan aspek fiqih (pemahaman) dan istidlal (pengambilan dan penyimpulan dalil). Manhaj yang benar akan membuat Anda dapat meraih manfaat dari ilmu yang Anda ketahui. Adapun dengan manhaj yang salah, na’udzu billah, bertambahnya ilmu justru akan menambah Anda jauh dari Allah.
  3. Bersabar dalam mencari dan meraih ilmu, terus menerus dan berkesinambungan dalam menuntut ilmu. Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim dalam shahih Muslimnya, imam Yahya bin Abi Katsir berkata, “Ilmu tidak mungkin diraih dengan badan yang bersantai.”
  4. Mengamalkan ilmu yang telah Anda pelajari. Ilmu telah memanggil amal, jika amal menjawab panggilannya (niscaya ilmu akan bertahan). Adapun jika amal tidak menjawab panggilannya, maka ilmu akan pergi meninggalkannya.
  5. Mengetahui metode-metode dan cara-cara yang benaar dalam menerima dan menuntut ilmu, di antaranya yang paling penting adalah bertahap dalam mempelajari ilmu.
  6. Senantiasa meminta pendapat (bermusyawarah) para ulama dan orang-orang yang berpengetahuan tentang apa yang dibaca dan dipelajari oleh seseorang.
  7. Banyak berdoa kepada Allah agar diberi taufik dan kelurusan jalan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Inilah beberapa wasiat terpenting yang bisa saya sampaikan secara ringkas. Selanjutnya saya akan menyebutkan apa yang menurut pandangan saya sesuai bagi para penuntut ilmu pemula dan kaum awam umat Islam.
Buku-buku yang saya nasehatkan untuk dipelajari oleh para penuntut ilmu pemula dan kaum awam umat Islam biba dibagi menjadi dua bagian:
  1. Buku-buku yang tidak boleh ditinggalkan (baca: wajib dipelajari) oleh seorang muslim bagaimanapun keadaannya.
  2. Buku-buku yang dibaca sebagai tambahan untuk memahami buku-buku bagian pertama.

Bagian pertama:
Buku-buku yang wajib dipelajari oleh seorang muslim bagaimanapun keadaannya. Yaitu:
  1. Al-Qur’an Al-Karim. Inilah buku pertama yang wajib Anda baca, kaji, dan hafal seluruhnya (30 juz) atau sebagiannya. Al-Qur’an mengandung hikmah, penjelasan, hukum, keterangan yang nyata, pelajaran dan pengalaman bagi manusia, ketenangan dan ketentraman, kebahagiaan, dan kelezatan iman. Seorang muslim tanpa Al-Qur’an laksana sebatang pohon tanpa buah, bak sebuah bangunan tanpa tiang-tiang.
  2. Hadits-hadits Nabi SAW yang shahih. Al-Qur’an dan hadits-hadits nabawi adalah pelindung seorang hamba dari kesesatan. Buku-buku yang menghimpun hadits-hadits nabawi sangatlah banyak. Buku hadits yang terpenting adalah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, lalu kitab-kitab sunan (Sunan Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ibnu Majah), lalu Musnad Ahmad, lalu apa yang Allah mudahkan bagi seorang pelajar untuk mempelajarinya setelah itu yang meliputi kitab-kitab Sunan, Musnad, Jami’, Mushannaf, Mustadrak, dan Mustakhraj.
Jika Anda ingin menghafal hadits, maka hafalkanlah hadits dalam kitab-kitab induk hadits ini. Jika Anda tidak mampu, maka hafalkanlah kitab hadits Al-Arba’in karya imam Syarafuddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, lalu kitab Jawami’ul Akhbar karya imam Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, lalu kitab Umdatul Ahkam karya imam Abdul Ghani Al-Maqdisi, lalu kitab Bulughul Maram min Adillatil Ahkam karya al-hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani.
Bagian Kedua:
Buku-buku yang dibaca oleh pelajar tingkat pemula dan kaum awam umat Islam sebagai tambahan untuk memahami bagian pertama. Untuk meringkas, saya akan menyebutkan tiga buku untuk setiap disiplin ilmu. Saya akan menyebutkannya secara bertahap (buku no 1 dipelajari, kalau selesai beralih mempelajari buku no. 2, kalau sudah selesai beralih mempelajari buku no. 3—edt), semuanya untuk kelompok penuntut ilmu pemula dan kaum awam umat Islam. Setelah itu baru berpindah ke buku-buku lainnya.
Ushul Tafsir (kaedah-kaedah pokok/ilmu-ilmu dasar tafsir)
  1. Ushul at-Tafsir                                                           : Syaikh Muhammad bin Utsaimin
  2. Fushul fi Ushul at-Tafsir                                              : Syaikh DR. Musa’id Ath-Thayyar
  3. Al-Qawa’id Al-Hissan fi Tafsir Al-Qur’an                        : Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di
Ulumul Qur’an (ilmu-ilmu Al-Qur’an):
  1. Mabahits fi Ulumil Qur’an                                          : Syaikh Manna’ bin Khalil Al-Qathan
  2. Al-Muqaddimat Al-Asasiyah fi Ulumil Qur’an               : Syaikh DR. Abdullah bin Yusuf Al-Judai’
  3. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an                                            : Imam As-Suyuthi
Tafsir Al-Qur’an:
  1. At-Tafsir Al-Muyassar            : Sekelompok ulama terbitan Lembaga Penerbitan Mushaf Madinah Munawwarah (panitia ulama di bawah koordinasi departemen wakaf dan dakwah Arab Saudi)
  2. Zubdatut Tafsir Mukhtashar Fathul Qadir : Syaikh DR. Muhammad Sulaiman bin Umar Al-Asyqar.
  3. Taisir Al-Karim Ar-Rahman fi Tafsir Kalam Al-Mannan : Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di.
Akidah:
  1. Tsalatsah Al-Ushul                    : Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi
  2. Kitab At-Tauhid                         :  Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi
  3. Al-Irsyad ila Shahih Al-I’tiqad     : Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Ushul Fiqih:
  1. Al-Ushul min Ilmil Ushul          : Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
  2. Taisir Ilmi Ushul Fiqh               : DR. Abdullah bin Yusuf Al-Judai’
  3. Ma’alim Ushul Fiqh                 : DR. Muhammad bin Husain Al-Jizani
Fiqh:
  1. Al-Aziz fi Fiqhis Sunnah wal Kitab Al-‘Aziz   : Syaikh DR. Abdul Azhim Badawi
  2. Al-Mulakhash Al-Fiqhi                                 : Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
  3. Fiqih Sunnah                                             : Sayid Sabiq beserta Tamamul Minnah fit Ta’liq ‘ala Fiqh Sunnah karya Al-Albani
Musthalah Hadits:
  1. Taqrib Musthalah Al-Hadits Ila Muslmil ‘Ashril Hadits    : Ahmad bin Nashrullah Al-Mishri
  2. Al-Madkhal ila Ilmil Hadits                                          : Abu Mu’adz Thariq bin ‘Iwadhullah
  3. Al-Ba’its Al-Hatsits Syarh Ikhtishar Ulumil Hadits         : Syaikh Ahmad Syakir
Fiqih hadits:
  1. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah                        : Syaikh Muhammad bin Utsaimin
  2. Taisirul ‘Allam Syarh Umdatul Ahkam                : Syaikh Abdullah Al-Bassam
  3. Fathul ‘Allam Syarh Bulughul Maram                 : Imam Shidiq Hasan Khan Al-Qanuji
Sirah Nabawiyah:
  1. Mukhtashar Asy-Syamail Al-Muhammadiyah              : Syaikh Al-Albani
  2. Hadzal Habiib ya Muhib                                            : Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
  3. Ar-Rahiq Al-Makhtum                                               : Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarak Furi
Siyar wat Tarajum:
  1. Aina Nahnu min Akhlaq As-Salaf                            : Syaikh Abdul Aziz Al-Julail dan Bahauddin bin ‘Uqail
  2. Shifatus Shafwah                                                  : Imam Ibnul Jauzi
  3. Nuzhatul Fudhala’ Tahdzib Siyar A’lam An-Nubala’   : Syaikh DR. Muhammad bin Hasan bin Musa Asy-Syarif
Raqaiq dan Zuhd:
  1. Kitab ar-Raqaiq dalam Shahih Bukhari
  2. Risalah Al-Mustarsyidin                         : Harits Al-Muhasibi
  3. Al-Bahr Ar-Raiq fiz Zuhdi wa Raqaiq        : Syaikh DR. Ahmad Farid     
Tarbiyah:
  1. Al-Ikhlash                                                    : Syaikh Husain Al-‘Awayisyah
  2. Ruhbanul Lail                                               : Syaikh DR. Sayyid Al-‘Affani
  3. At-Tarbiyah Al-Jaaddah Dharuratun                 : Syaikh DR. Muhammad Duwaisy
Dzikir:
  1. Hisnul Muslim                            : DR. Sa’id bin Wahf Al-Qahthani
  2. Shahih Al-Wabil Ash-Shayib        : Syaikh Salim Al-Hilali
  3. Al-Adzkar                                   : Imam An-Nawawi
Bahasa Arab:
  1. Al-Muqaddimah Al-Ajrumiyah                                              : Ibnu Ajrum
  2. Al-Minhaj Al-Mukhtashar fi Ilmin Nahwi wa ash-Sharfi            : Abdullah bin Yusuf Al-Judai’
  3. At-Tuhfah As-Sanniyah Syarh Muqaddimah Ajrumiyah           : Muhyiddin Abdul Hamid
Adab:
  1. Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim bi-Adab Al-‘Alim wal Muta’allim: Ibnu Jama’ah
  2. Kitab Al-Adab                            : Syaikh Fuad Syalhub
  3. Al-Adab Asy-Syar’iyyah             : Imam Ibnu Muflih Al-Maqdisi
Sebagai penutup…
Saya berdoa kepada Allah semoga membimbing kita kepada ilmu yang bermanfaat yang mengantarkan kita kepada ridha Allah, menjauhkan kita dari kemurkaan dan siksaan-Nya yang keras. Saya memohon kepada Allah keikhlaan dalam ucapan dan perbuatan, taufiq dan kelurusan. Kitab-kitab ini sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas untuk para penuntut ilmu pemula dan kaum awam umat Islam. Saya berusaha saat menyusunnya agar metode, cara, dan gaya bahasanya sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini.
Syaikh Zhofir bin Hasan Al-jab’an
http://www.aljebaan.com/play-147.html

Penyusun & Penerjemah: Muhib al-Majdi
Kajian Islam
filter your mind, get the truth

Istisyhad (Operasi Syahid), Antara Islam & Barat


Prince of Jihad
Jum'at, 26 Juni 2009 12:53:27
Memasuki abad 21 umat Islam di negeri-negeri yang tertindas menerapkan strategi operasi istisyhadiyah. Istisyhadiyah artinya adalah mencari kamatian syahid, sebuah kematian mulia di sisi Allah Swt. Operasi ini membuat negara-negara barat kebingungan dan ketakutan yang luar biasa. Mereka berangapan bahwa karena umat Islam sudah sudah putus asa maka mereka melakukan tindakan kalap, bunuh diri. Bukan hanya orang barat, bahkan sebagian umat Islam pun memiliki pandangan serupa, dan ulama’nya menyerukan bahwa perjuangan dengan bunuh diri itu adalah haram. Berikut pandangan Syekh Umar Bakri Muhammad, Amir Al Muhajirun, tentang Isytisyhad dan perbedaan pandangan hidup antara Islam dan barat.

Pandangan hidup Islam diderivasikan dari tiga sumber; al-Qur’an, Sunnah, serta pengetahuan dan keimanan bahwa hidup di dunia ini hanya sebuah etape, yang penuh dengan tantangan dan ujian menuju kehidupan akhirat yang lebih penting
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Jadi, pandangan hidup seorang muslim adalah pandangan ukhrawi, pandangan yang didasarkan kepada keputusan Allah, mengikuti jalan yang telah ditetukan oleh Allah. Pandangan ini adalah manifestasi dari al-Qur’an dan sunnah, yang bisa kita tempuh untuk meraih Jannah (sorga). Insya Allah.
Jadi, pandangan itu adalah keyakinan dan pengetahuan bahwa tiada tuhan selain Allah, hanya Allah saja lah yang memutuskan dan menentukan segala sesuatu; Dia saja lah yang bisa memberikan kemenangan atau kekalahan; Dia saja lah yang bisa memberikan keamanan dan kedamaian, dan Dia saja lah yang berhak menentukan garis jalan kehidupan kita. Singkat kata, keyakinan dan pengetahuan ini adalah esensi tauhid.
Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir. (al-Anfal:18)

Tampak perbedaan yang sangat kontras antara pandangan hidup dunia Barat dengan pandangan hidup Islam. Pandangan hidup Dunia Barat adalah pandangan untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuraan materi; pandangan untuk mendapatkan rasa aman -baik secara personal maupun nasional- sehingga militernya boleh melakukan aksi offensif; pandangan yang meyakini bahwa setiap individu memiliki kebebasan memilih dan menentukan, atau membuat nasib mereka sendiri.
Bahkan, dunia Barat meyakini bahwa hukum-hukum kemanusiaan dan sistem pemerintahan mereka dapat mendatangkan kebahagiaan, keamanan, kemakmuraan, yang mereka inginkan. Lebih dari itu, di Barat ada –di antara masyarakat atau bahkan pada pemerintahannya– meyakini bahwa mereka memiliki hak dan tugas untuk memaksakan hukum mereka, metode, dan sistem pemerintahan mereka terhadap suatu bangsa. Itulah, ada suatu sikap arogan yang terdapat pada sebagian kepercayaan Bangsa Barat, bahwa hukum-hukum kemanusaan dan metode mereka adalah superior.
Keyakinan Barat dan kebiasaan arogan ini, memiliki banyak bukti sejak serangan pada Jumadi Tsani. Di antaranya adalah intervensi Barat di Afghanistan, dimana kekuatan  militer Barat telah digunakan untuk  melumpuhkan pemerintahan Islam dan menyokong pemerintahan boneka pro-Barat. Bukti yang lain adalah adanya penangkapan daan pemenjaraan terhadap mujahidin  di berbagai belahan dunia.

Mencari Surga
Pandangan Islam adalah bukti utama dalam operasi syahid (istisyhad). Orang-orang yang melakukan operasi demikian benar-benar meyakini bahwa meraka melakukan sesuatu yang benar –menurut kriteria Islam (al-Qur’an dan Sunnah)– sebagaimana mereka berusaha, insya Allah, untuk mempraktekkan keyakinan Islam bahwa hidup ini adalah suatu kesempatan, suatu alat untuk meraih sorga. Itulah, kaum muslimin sebagaimana halnya mujahidin memahami bahwa Allah akan memberi balasan terhadap orang-orang yang melakukan praktek jihad; yang menyerahkan kehidupan dunianya untuk  mendapatkan pahala.
“Karena itu hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (An-Nisa’:74)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran:142)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda; Barangsiapa bertemu dengan Allah tanpa ada bekas jihad maka ia menemui Allah dan pada dirinya ada tandanya” [HR At-Tirmidzi]
Adalah suatu pernyataan jujur untuk mengatakan bahwa mayoritas orang Barat mengutuk operasi istisyhad atas dasar pandangan barat, menggunakan kriteria Barat. Sebab mereka salah dalam memahami keyakinan muslim bahwa hidup ini bagi kita hanyalah suatu alat, suatu ujian. Mereka juga salah dalam memahami bahwa kaum muslimin sudi mengorbankan kehidupan mereka untuk melaksanakan tugas Islam, penuh kepercayaan bahwa apa yang dilakukan oleh beberapa orang islam itu adalah keputusan Allah swt dan dilakukan dengan penuh harapan untuk mendapatkan balasan sorga.
Intinya, ini semua dapat diungkapkan dengan singkat kata; orang islam menempatkan kepercayaan terhadap Allah sebagai penguasa mutlak. Sedangkan bangsa Barat pada umumnya percaya kepada kekuatan sendiri, keyakinan mereka, keberanian mereka dan keinginan pemerintah mereka untuk melayani mereka dengan mewujudkan keamanan dan kesuksesan.
Bagi muslim, sesuatu yang paling penting adalah kehidupan akhirat; dengan melakukan sesutau yang menjadi kewajibannya kelak akan mendapatkan balasan pahala dari Allah, sehingga ada suatu kemungkinan untuk meraih sorga. Jadi, kehidupan makhluk saat ini –dengan dengan segala bentuk keamanan, kebahagiaan individu, kenikmatan, dan  kesenangan duniawi– hanyalah bersifat sekunder. Apabila seorang muslim ditawari untuk memilih antara keamanan, kebahagiaan individu, kenikmatan, dan  kesenangan duniawi ataukah sorga, maka seorang muslim akan memilih jannah (sorga)
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya , dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya , tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin.
Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).
Dari Anas, dari nabi saw bahwasannya beliau bersabda; tidak ada seoraang hamba pun yang mati lalu ia mendapatkan ganjaran yang baik masih menginginkan untuk dikembalikan ke dunia, padahal kalau dia kembali ke dunia akan mendapatkan dunia daan segala isinya; kecuali orang yang mati syahid, karena ia melihat keutamaan mati syahid maka ia ingin dikembalikan ke dunia lagi sehingga bisa teerbunuh sebagai syahid sekali lagi [al-Bukhari dan Muslim]
Ini menunjukkan bahwa ada muslim, khususnya di barat, telah lupa bahwa kehidupan kita di atas planet yang bernama bumi saat ini hanyalah satu kesempatan –yang tidak akan kembali lagi– untuk mendapatkan kesempatan masuk ke dalam sorga, dan bahwa salah satu bekal terbaik untuk dapat masuk sorga adalah dengan berusaha keras, dan bila perlu jika mati di jalan Allah.
Allahu A’lam
Source: almuhajirun.net

Densus 88 kembali berulah, tembak tersangka di Tengerang


M. Fachry
Sabtu, 12 November 2011 18:34:56
TANGERANG (Arrahmah.com) – Densus 88 masih belum berubah, arogan dan main tembak para tersangka Muslim. Kali ini pasukan elit kepolisian yang menjadi “musuh” umat Islam itu beraksi di kawasan Karawaci, Tengerang, Banten pada hari Sabtu (12/11/2011) sekitar pukul 07.00 WIB. Densus 88 menangkap tiga orang yang masih diduga sebagai ‘teroris’ dan menembak salah satu diantaranya dengan alasan membawa senapan M 16. Terlalu!
Main tembak ala Densus 88
Bukan Densus 88 kalau tidak main tembak. Arogan dan aksi main tembak Densus 88 mungkin sengaja dilakukan untuk menteror kaum Muslimin, terutama akktivis Islam yang seringkali dituduh sebagai teroris.
Aksi brutal Densus 88 kali ini dilakukan di kawasan Karawaci, Tengerang, Banten. Setelah menangkap tiga orang yang masih diduga sebagai ‘teroris’ Densus 88 juga menembak salah satu diantaranya dengan alasan membawa senapan M 16. Benarkah tersangka tersebut membawa M 16?
“Dilakukan penembakan untuk melumpuhkan, terkena di kaki yang bersangkutan,” ujar Kepala Divis Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution dalam pesan singkatnya, Sabtu (12/11/2011).
Masih menurut Saud, ketiga terduga ‘teroris’ yang ditangkap adalah DAP (34), warga Cipondoh Tangerang, BH@D (35), warga Karawaci, dan A (32), warga Karawaci. Mereka ditangkap pagi tadi sekira pukul 07.00 WIB. Tiga orang ini dianggap sebagai DPO kasus terorisme.
“Hasil introgasi sementara tersangka B H@ D pernah menerima senpi dua pucuk dari AO yaitu satu pucuk senpi jungle, satu pucuk senpi FN, dan 20 butir peluru. Barang bukti tersebut disembunyikan, ditanam di kawasan hutan di daerah Depok,” tandasnya.
Apakah seluruh pernyataan tersebut benar adanya? Yang jelas aksi brutal Densus 88 yang selalu main tembak para tersangka sudah pasti akan menimbulkan sakit hati dan dendam yang mendalam bagi sebagian kaum Muslimin. Wallahu’alam bis showab!

Kejaksaan Agung minta maaf atas penyitaan 9 judul buku Islam


Saif Al Battar
Jum'at, 11 November 2011 13:46:57
JAKARTA (Arrahmah.com) - Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Cabang Jakarta, Senin  (7/11) Siang, menggelar diskusi seputar pelarangan 9 buku Islam oleh Kejaksaan Agung RI. Sebelumnya IKAPI Jakarta sempat melayangkan surat permohonan penjelasan kepada Jaksa Agung Republik Indonesia pada tanggal 21 September 2011.
Seperti diberitakan sebelumnya, pihak Kejagung mengeluarkan rilis pelarangan 9 buku Islam di berbagai toko buku diantaranya: Tafsir Fi Zhilalil Quran Jilid 2 karangan Sayyid Quthb, Loyalitas dan Anti Loyalitas dalam Islamkarangan Muhammad bin Sa’id Al Qathani, Ikrar Perjuangan Islam karangan DR Najih Ibrahim,  Khilafah Islamiyah-Suatu Realita bukan Khayalan karangan Prof DR Syeikh Yusuf Al Qaradawi, Kado Istimewa untuk Sang Mujahid karangan Syakh Dr Abdullah Azzam.
Buku lainnya adalah, Catatan dari Penjara – Untuk Mengamalkan dan Menegakan Dinul Islam karangan Abu Bakar Ba’asyir,  Bagaimana Membangun Kembali Negara Khilafah karangan Syabab Hizbut Tahrir Inggris,  Syariat Islam-Solusi Universal karangan Prof Wahbah Az Zuhali dan Visi Politik Gerakan Jihad karangan Hazim Al Madanidan Abu Mus’ab As Suri.
Tujuan IKAPI Jakarta yang diketuai Efi Afrizal Sinaro tidak lain untuk meminta klarifikasi terkait pelarangan buku. Acara yang dihadiri berbagai penerbit, diantaranya Gema Insani Press, Pustaka Al Kautsar, Qisthi Press dan lain sebagainya.
Surat Permohonan tersebut kemudian dibalas oleh Kejaksaan Agung pada tanggal 26 Oktober yang menjelaskan bahwa Kejagung tidak lagi memiliki wewenang untuk melarang sebuah buku. Wilayah Kejagung hanya pada pengawasan.
Selain itu, dalam surat bernomor B-1056/D.2/Dsp.2/10/2011 dalam poin 3 juga dikatakan bahwa Kejaksaan Agung cq. Jaksa Agung Muda Intelijen tidak pernah mengeluarkan Surat Keputusan Pelarangan Buku.
Menurut Abdul Hakim selaku pengurus IKAPI Jakarta Bidang Hukum dan Advokasi, Kejaksaan Agung Republik Indonesia tidak memiliki wewenang untuk melakukan pelarangan. Ia mengutip putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 6-13-20/PUU-VIII/2010 Tanggal 13 Oktober 2010.
“Disitu sudah jelas bahwa MK memutuskan Kejaksaan Agung tidak lagi memiliki wewenang mengeluarkan Surat Keputusan Pelarangan Buku,” ujarnya.
Tapi mengapa Kejagung masih melakukan pelarangan buku di berbagai daerah?
“Berdasarkan pengakuan dari Direktur II, yang dalam hal ini asisten Pak Hindiyana (Jaksa Utama Madya, red), atas kejadian itu beliau menyampaikan permohonan maaf. Aktifitas itu (penyitaan buku, red.) adalah tindakan yang berlebihan dari timnya. Karena sebenarnya policy kejaksaan tidak seperti itu,” imbuhnya. (voi/era/arrahmah.com)
DOHA (Arrahmah.com) – Sejumlah aktivis di Qatar menyatakan channel berita Al Jazeera yang berbasis di Doha melayani kepentingan Israel di wilayah tersebut.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Amir Qatar memiliki pengaruh langsung pada pemberitaan yang ditayangkan oleh Al Jazeera.
Jaringan pers ini telah berulang kali dituduh menayangkan berita yang tidak merata mengenai aksi protes “Musim Semi Arab”.
Al Jazeera dituduh terlalu meninggikan gerakan oposisi di Suriah, sementara menutup mata terhadap tindakan keras pemerintah Bahrain atas kekerasan pada pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Sejumlah jurnalis terkenal, termasuk Ben Jeddo Ghassan, telah mengundurkan diri dari statsiun televis tersebut dalam beberapa bulan terakhir karena pemberitaan yang tidak berimbang mengenai peristiwa Timur Tengah.
Sebuah profil berjudul “Revolusi Qatar” baru-baru ini muncul di Facebook. Qatar merupakan negara yang tidak pernah melakukan pemilihan umum untuk pemerintahannya. Qatar juga merupakan tempat AS menempatkan pangkalan udaranya untuk operasi militer di Irak.
Para aktivis Qatar mengklaim bahwa banyak warga yang tinggal di Emirat Arab tidak senang dengan kebijakan penguasa mereka. (althaf/arrahmah.com)

“Masih perlukah demokrasi bagi rakyat?”

 


Sabtu, 12 November 2011 13:21:01
JAKARTA (Arrahmah.com) – Memperingati ulang tahunnya yang ke-12, The Habibie Center (THC) mengadakan seminar dengan tema “Constitutional Reform and Civic Education: Comparative Perspectives and Shared Experiences of Germany and Indonesia”. Acara yang digelar di Istana Ballroom, Hotel Sari Pan Pacific Jl. M.H. Thamrin, Jakarta pada hari Kamis (10/11/2011) menghadirkan sejumlah pakar politik-kenegaraan, diantaranya Prof. Dr. Hasjim Djalal, mantan Komisi Konstitusi MPR-RI dan Prof. Dr. Siegfried Bross, mantan Hakim Konstitusi Jerman.
Pada satu sesi dalam seminar tersebut, dibahas mengenai tidak efektifnya sistem demokrasi yang dianut pemerintahan sekarang. Sebab, menurut salah satu pembicara, Dr. Harjono yang mewakili Mahkamah Konstitusi RI, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia telah mengalami suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah berkali-kalinya dilakukan amandemen konstitusional.
Prof. Maruarar Siahaan setali tiga uang dengan Harjono. Mantan Hakim Konstitusi Indonesia itu berpendapat bahwa pemegang keputusan di negara ini tidak terlalu fokus dengan mandat UUD ’45. Misalnya pengaturan kebijakan penanaman modal yang seharusnya, kata dia, diatur dengan UUD.
“Tapi kenyataannya banyak diatur dengan Peraturan Presiden,” sindirnya.
Bahkan dengan sistem kepemimpinan seperti sekarang ini, Maruarar meragukan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia mampu bertahan ke depannya.
Adanya pergeseran undang-undang negara juga diakui oleh Prof. Dr. Sofian Effendi yang turut berpartisipasi dalam acara yang digelar bekerjasama dengan Hanns Seidel Foundation tersebut. Bagi dia, sudah susah mengetahui UU saat ini merupakan UUD ’45. Yang masih asli dari UUD tersebut hanyalah atribut-atribut kenegaraan.
Dampak Buruk Demokrasi
Pergeseran terhadap nilai-nilai UUD ini memiliki dampak yang tidak baik, terutama bagi perjalanan bangsa. Sebagai contoh apa yang dikatakan Harjono bahwa, “Simpang-siurnya persoalan (bangsa) datangnya bukan dari rakyat, tapi dari penyelenggara negara (pemerintah, red).”
Kasus penyalahgunaan uang negara yang semakin parah juga mengindikasikan hal tersebut. Sofian menjelaskan, sebagian besar anggaran pemerintah digunakan untuk kepentingan perangkat negara. Angkanya berkisar 82 persen, sisanya baru yang dimanfaatkan untuk pemulihan sarana publik. Ini yang menyebabkan fasilitas umum banyak terbengkalai. Dia memberi contoh lalu lintas Jakarta yang semakin macet.
Padahal, “Pemerintah harus memenuhi tugas-tugas dan tanggung jawab untuk kepentingan umum,” demikian menurut Profesor Bross dalam pidatonya di awal seminar memberi gambaran tentang sistem demokrasi di Jerman.
Sofian juga menyatakan bahwa masyarakat hanya memperoleh manfaat kecil dari demokrasi. Demokrasi, menurutnya, tidak memiliki dampak positif langsung bagi rakyat Indonesia. Yang lebih menikmati hasil dari demokrasi, lanjut Dewan Pakar dari THC ini, adalah institusi demokrasi seperti partai politik, pejabat dan lain-lain.
Meski Harjono tetap memandang positif demokrasi sebagai tantangan besar sekaligus nilai yang bisa dijadikan acuan dalam berbangsa dan bernegara, tapi timbul pertanyaan olehnya, “Masih perlukah masyarakat yang demokratis?”. (hid/arrahmah.com)

Senin, 07 November 2011

Mujahidin tembakkan rudal ke basis militer penjajah AS, tewaskan lusinan serdadu musuh Rasul Arasy


Senin, 7 November 2011 16:00:45
AFGANISTAN (Arrahmah.com) – Seorang komandan berpangkat tinggi tentara boneka, yang dikenal sebagai Abdul Kush Afghanistan (pembunuh Afghanistan) dan 6 orang lebih tewas dan beberapa cedera akibat ledakan yang dilakukan oleh para Mujahid pencari Syahid dengan bom yang terpasang dalam rompi ketika target sedang dalam perjalanan di distrik provinsi Sangtal, pada Ahad (6/11/2011).

Sementara itu tiga penjajah AS tewas dan terluka ketika patroli mereka terjebak dalam penyergapan oleh Mujahidin di distrik Andar propinsi Ghazni. Mujahidin Imarah Islam menyerang PRT AS di distrik Gilan, menembakkan dua rudal ke target yang menyebabkan kematian dari pihak musuh.
Di hari yang sama, sebuah ledakan kuat terjadi pada Ahad (6/11) pagi di ibukota provinsi Laghman menewaskan dua tentara boneka dan melukai empat orang, laporan dari Mujahidin menambahkan tidak ada warga sipil yang terluka dalam pemboman tersebut.
masih diprovinsi Laghman, selusin pasukan AS dilaporkan tewas dan terluka dalam serangan Mujahidin Imarah Islam ke basis militer musuh dengan senjata berat di distrik Alishang. Helikopter ambulans terlihat mendarat untuk mengevakuasi korban tewas dan terluka. (rasularasy/arrahmah.com)

Menkokesra pertanyakan guru yang ajarkan tak hormati merah putih?


Althaf
Senin, 7 November 2011 11:52:04
JAKARTA (Arrahmah.com) – “Jangan menyalahkan anak didik bila bendera Merah Putih tidak dihormati di sekolah. Para gurulah yang harus dipertanyakan bagaimana mereka mengajar murid-muridnya,” demikian pendapat Menko Kesra Agung Laksono dalam menanggapi insiden di dua sekolah, SMP Al Irsyad di Kecamatan Tawangmangu dan SD Islam Sains dan Teknologi (SD-IST) Al Albani di Kecamatan Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.
“Saya kira itu bukan anak didiknya, justru pengajarnya yang harus dipertanyakan kenapa bisa terjadi. Jangan buru-buru menyalahkan atau membubarkan sekolah. Mungkin para guru yang tidak memikirkan sistemnya. Jadi saya kira jangan semena-mena, apalagi terhadap lembaga pendidikan yang sedang kita bangun,” jelas Agung.
Hal itu disampaikan Agung usai konferensi pers Rakornas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kemenko Kesra, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (8/6/2011).
Imbauan agar jangan semena-mena menutup sekolah itu juga ditujukan pada Bupati Karanganyar Rina Iriani yang mengancam menutup sekolah yang tak menghormati bendera Merah Putih itu. Penutupan sekolah, imbuh Agung, prosesnya tidak sederhana karena melibatkan banyak faktor, tidak hanya pemerintah daerah setempat.
“Penutupan itu tentu harus ada prosesnya. Jangan seenaknya saja menggunakan kekuasaan, untuk menutup lembaga pendidikan. Harus dipertimbangkan dari berbagai aspek. Kecuali tempat itu dipergunakan tidak semestinya,” jelasnya.
Jadi sanksi untuk kedua sekolah tersebut bagaimana? “Sanksinya bisa berupa teguran atau nanti kita pertimbangkan lagi,” jawab politisi Partai Golkar ini.
SMP Al Irsyad di Kecamatan Tawangmangu dan SD Islam Sains dan Teknologi (SD-IST) Al Albani di Kecamatan Matesih tidak mengadakan upacara bendera di setiap hari Senin, seperti layaknya sekolah lainnya. Kepala SMP Al Irsyad Tawangmangu, Sutardi, menegaskan menghormati benda mati, termasuk bendera negara, sama halnya dengan perbuatan syirik. Gerakan hormat, dia samakan dengan gerakan i’tidal dalam salat.
Sedangkan Kepala SD IST Al-Albani Matesih, Heru Ichwanudin, menyatakan penghormatan kepada bendera negara merupakan hak masing-masing individu dan bukan kewajiban. Atas hal ini, Pemkab Karanganyar mengancam mencabut izin operasional sekolah bersangkutan jika sampai akhir Juni nanti tetap tak mau mengindahkan ketentuan tersebut. (dtk/arrahmah.com)

Daulah Islam Iraq menyampaikan ucapan selamat Idul Adha 1432 H


Saif Al Battar
Senin, 7 November 2011 14:17:24
(Arrahmah.com) – Menyambut kedatangan hari raya Idul Adha 1432 H yang jatuh pada hari Ahad, 6 November 2011 M, Daulah Islam Iraq melalui Departemen Media menyampaikan ucapan selamat kepada umat Islam pada umumnya dan para mujahidin pada khususnya. Al-Fajr Media Centre merilis ucapan selamat tersebut dan Arrahmah.com menerjemahkannya untuk para pembaca.
بسم الله الرحمن الرحيم
 الحمد لله ربّ العالمين، والصلاة والسلام على إمام المجاهدين نبيّنا محمّد، وعلى آله وصحبه أجمعين… وبعد:
Allah berfirman:
 ُوَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan supaya kalian menyempurnakan bilangan (puasa), serta mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya kepada kalian, dan supaya kalian bersyukur.” (QS. Al-Baqarah: 185)
 الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Wahai bangsa kami, umat Islam yang tercinta. Waktu terus berlalu dengan cepat dan kini telah datang kepada kita hari idul adha yang penuh berkah. Sebuah hari di mana Allah mensyariatkan kepada kaum muslimin untuk berhari raya, yang melaksanakan haji, mengagungkan syiar-syiar-Nya dan beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya. Kami memohon kepada-Nya agar mengembalikan hari raya kepada kita dengan kekuasaan dan kemenangan yang nyata. Serta menjadikannya sebagai kunci pembebasan dari perbudakan thaghut penjahat menuju peribadahan kepada Allah, Tuhan semua hamba. Dari undang-undang kegelapan dan kesesatan hukum buatan manusia menuju syariat yang diturunkan kepada seluruh manusia.
Maka orang yang beruntung pada hari id adalah orang yang membela agamanya di tempat yang membutuhkan pembelaan. Allah melihatnya berada kebaikan sehingga Allah membebaskan dirinya dari neraka dengan karunia-Nya, serta Allah menempatkan dirinya di surga tertinggi dengan rahmat-Nya.
Maka kami ucapkan selamat kepada seluruh kaum muslimin di setiap tempat. Kami sebutkan secara khusus mereka yang telah berangkat ke medan-medan jihad baik sebagai muhajirin maupun anshar.
Demikian pula mereka yang keluar menantang thaghut dengan jiwa, harta, dan lisannya sebagai pembelaan dirinya terhadap agamanya dan menegakkan kalimat Rabbnya, serta untuk menjalankan syariat-Nya. Mereka-lah para wali Allah yang menggenggam bara di zaman keterasingan. Maka kami ucapkan selamat atas apa yang telah mereka lakukan. Semoga Allah menerima amal shaleh kita semua.
Ya Allah, berikanlah kekuasaan kepada mujahidin dan orang-orang tertindas di muka bumi. Ya Allah, kukuhkanlah daulah mereka yang menjalankan syariat-Mu dan menegakkan kalimat-Mu. Sebuah daulah di mana orang muslim dimuliakan, dan orang kafir dan munafik dihinakan. Ya Allah, kokohkanlah kekuatan mereka, hiburlah keterasingan mereka, dan jadilah penolong dan pendukung bagi mereka. Mereka akan menjadi kuat dengan-Mu. Mereka tidaklah keluar dari rumah kecuali untuk membela agama-Mu, wahai Rabb semesta alam.
Ya Allah, turunkanlah kepada para thaghut siksa-Mu yang tidak akan dapat dihindarkan dari orang-orang zalim. Ya Allah, siksalah mereka dengan siksaan dari sisi-Mu atau melalui perantaraan tangan-tangan para wali-Mu. Ya Allah, hancurkanlah kekuasaan mereka dan jadikanlah mereka di bumi sebagai bahan cerita.
Ya Allah, hadapilah para penyeru seruan jahiliyah, penyembah nasionalisme dan agama demokrasi, dan siapa saja yang bekerjasama dengan mereka, yang menghiasi kebatilan mereka dan menyelewengkan agama-Mu, serta menyesatkan hamba-hamba-Mu. Ya Allah, siapa saja yang berkonspirasi untuk berbuat jahat kepada umat Islam, maka kembalikanlah tipu daya mereka ke lehernya, bongkarlah kedoknya, hinakanlah dia, dan jadikanlah dia sebagai pelajaran bagi yang lainnya.
Allah Maha Besar…
Hanya milik Allah semata kemuliaan itu, juga milik Rasul-Nya dan orang-orang beriman, akan tetapi orang-orang munafik tidak memahaminya.

Kementrian Media – Daulah Islam Irak
Sumber: Al-Fajr Media Centre

The Untold Story: Kisah-kisah nyata syaikh Usamah bin Ladin yang belum pernah dipublikasikan (3)


Saif Al Battar
Senin, 7 November 2011 19:41:55
(Arrahmah.com) – Dalam artikel kali ini, Asadul Jihad ats-Tsani kembali menuturkan beberapa pengalaman pribadinya dan orang-orang dekat syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah selama menemani syaikh Usamah. Banyak hal diceritakannya. Dari pengalaman di medan perang Afghanistan, keakraban dengan semua orang yang bergaul dengan beliau, hingga penghormatannya kepada seorang ibu mujahid dari Makah dan tangis bahagia seorang nenek tua di Sudan.
***
Kisah # 23
Seringkali para ikhwah mengundang beliau untuk menyampaikan khutbah atau nasehat buat mereka. Namun Syaikh Usamah termasuk orang yang tidak menyukai hal itu. Bahkan seringkali beliau menghindari berkhutbah di kalangan ikhwah kecuali jika ada suatu keperluan yang mendesak.
Kisah # 24
Suatu kali ada seorang ikhwah datang ke masjid untuk shalat jum’at. Lalu di sana dia melihat ada Syaikh Usamah sedang duduk dengan memeluk lututnya sambil menunggu shalat sebelum khatib masuk. Maka ikhwah kita ini mengatakan dalam hatinya: “Hari ini saya tidak ada kerjaan sampai datang waktu khutbah, selain melihat dan memperhatikan Syaikh Usamah,” — lantaran sangat cintanya mereka kepada beliau —.
Ketika itu Syaikh Usamah kelihatan memegang sebuah mushaf kecil yang beliau keluarkan dari saku beliau. Beliau pun membacanya. Tiba-tiba, di tengah-tengah beliau membaca Al Qur’an itu, beliau menengadahkan pandangannya ke langit sambil merenung dengan tenang. Beliau terus dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang sangat lama sekali kira-kira satu jam. Ikhwah kita tersebut pun terus memperhatikan beliau dari jauh. Kemudian para jamaah mulai berdatangan ke masjid sampai masjid hampir penuh, sedangkan Syaikh Usamah masih saja menengadahkan pandangannya ke langit.

Kita tidak tahu apa yang sedang beliau renungkan dan ayat yang mana yang sedang beliau tadabburi sampai beliau lama sekali memikirkannya. Beliau terus dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang tidak sebentar. Sampai akhirnya khatib naik mimbar dan mengucapkan salam kepada para jamaah. Syaikh Usamah pun menyahut, lalu kembali tenggelam dalam tadabburnya tadi. Akhirnya beliau menutup mushafnya dan mendengarkan khutbah. Dan kita tidak tahu apa yang tengah beliau pikirkan dan ayat mana yang menjadikan beliau menerawang sampai begitu lama.
Kisah # 25
Syaikh Usamah selalu menasehatkan agar tidak merasakan kenapa kemenangan datang begitu lambat, agar pelan dan hati-hati, dan agar senantiasa sabar. Di antara perkataan beliau yang selalu beliau ulang-ulang adalah: “Sesungguhnya kemenangan itu dapat diraih dengan kesabaran sesaat, sedangkan kita ingin selain sabar sesaat, kita bersabar dua kali lipatnya lagi.”
Kisah # 26
Di antara ucapan beliau lainnya yang sering beliau ucapkan, sampai ketika bom-bom dan rudal-rudal membombardir bumi di sekitar mujahidin, adalah: “Supaya datang kelapangan … harus ada kesempitan.”
Kisah # 27
Ucapan beliau lainnya lagi adalah: “Setiap hari yang dilalui seorang mujahid dalam perang gerilya ini sedangkan dia terus berperang, maka itu terhitung satu kemenangan, karena ini adalah proses menguras tenaga musuh.”

Kisah # 28
Ucapan agung lain yang beliau ucapkan dalam memberikan motivasi untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah adalah: “Lebah itu kalau menyengat 9 kali di kepala maka akan dapat menewaskan orang yang disengatnya. Hendaknya para mujahidin merenungkan hal ini.”
Kisah # 29
Beliau memilih lebih dekat dengan para ikhwah yang telah menikah dari pada ikhwah yang belum menikah. Sampai-sampai terkadang ada ikhwah yang mengatakan kepada beliau bahwa si fulan (yang belum menikah) itu lebih pantas daripada si fulan (yang telah menikah). Maka beliau mengatakan bahwa orang yang telah menikah itu pikirannya lebih cemerlang dan orangnya lebih tahan dalam berhijrah.
Kalau ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah saya lebih baik menikah, atau justru kalau saya menikah akan menghalangiku berjihad atau menghalangiku dari sebagian pekerjaan jihad?”
Maka beliau menjawab: “Kalaupun di antara antum itu ada yang berada di mulut singa maka jangan sampai hal itu menghalanginya untuk menikah!!!”
Engkau benar wahai Syaikh kami, dan saya telah merasakannya. Maka hendaknya para ikhwah yang masih bujang memikirkan hal ini…
Kisah # 30
Di antara ucapan beliau yang lain adalah: “Jika aku terbunuh atau meninggal, maka janganlah kecintaan kalian kepadaku menjadikannya meninggalkan jalan perjuangan ini. Tapi dengar dan taatlah kepada siapa saja yang menjadi pimpinan kalian!” Semoga Allah melindungi beliau dan memberikan berkah pada umur beliau.
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya. 
Kisah # 31
Alangkah miripnya malam ini dengan malam kemarin. Pernah Syaikh Usamah memberikan nasehat kepada Taliban agar dalam berperang melawan orang-orang murtad (pengkhianat) — ini terjadi sebelum penyerangan bangsa Salibis ke Afghanistan, Oktober 2001— hendaknya menempatkan satu penjagaan di atas gunung Shabir. Padahal jarak antara gunung tersebut dengan musuh sekitar 15 km, akan tetapi gunung ini langsung bersambung dengan jalan satu-satunya yang mengarah ke sana.
Namun Taliban tidak mengambil masukan dari Syaikh Usamah tersebut. Maka Syaikh Usamah pun menempatkan satu penjagaan sendiri di sana. Maka pada saat musuh hampir saja menguasai kota Kabul setelah mereka nyaris menguasai gunung, Syaikh Usamah pun menembaki musuh dengan senjata anti pesawat, untuk mengirimkan pesan kepada Taliban bahwa kami masih tetap bersama kalian melindungi kalian dari arah belakang, maka tetaplah kalian bertahan.
Kemudian Syaikh Usamah memerintahkan agar bergerak ke arah sebuah tank peninggalan Rusia yang telah rusak yang telah disamarkan dalam khandaq. Padahal para ikhwah tidak membawa roket anti tank kecuali satu saja. Roket itu pun mereka pasang dan mereka tetap berjaga di sana sampai roket tersebut ditembakkan tepat di tengah-tengah musuh. Musuh pun akhirnya mundur ke belakang dan atas karunia Allah semata beliau berhasil menghentikan serangan musuh yang hampir saja merebut kota Kabul!!
Alangkah miripnya malam ini dengan malam kemarin.
Kisah # 32
Apabila beliau pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan, beliau meletakkan ujung surban beliau di muka karena saking pemalunya beliau.
Kisah # 33
syaikh Usamah sewaktu di Sudan
Pada saat di tinggal Sudan, ada seorang nenek yang memegangi baju beliau dan meminta uang. Padahal Syaikh Usamah itu sangat pemalu dengan orang yang tidak beliau kenal. Pada saat itu Syaikh Usamah tidak membawa uang. Maka beliau melihat kepada ikhwah yang membawa uang beliau, beliau panggil ikhwah tersebut dan beliau mengambil uang yang banyak sekali kemudian beliau berikan kepada nenek tersebut, karena sangat belas kasih beliau kepada nenek tersebut. Nenek itu pun memandangi uang sangat banyak yang ada di tangannya yang diberikan kepadanya itu, seolah tidak percaya.
Maka terjadilah situasi yang besar. Nenek itu berlutut sambil menangis. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan mendoakan Syaikh Usamah dengan sangat serius sambil menangis.
Kami tidak tahu apa yang terjadi lantaran berkah doa nenek tersebut kepada Syaikh Usamah.
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 34
Ada seorang ibu, penduduk Makah semoga Allah memuliakannya, umurnya sudah enam puluh tahun lebih. Kunyah (nama panggilan)nya Ummu Umar Al-Makkiyah, semoga Allah melindunginya. Anaknya termasuk orang yang ikut berjihad di Afghanistan sebelum serangan bangsa Salibis sekarang ini. Ibu ini biasa mengirim secara rutin ke Afghanistan beberapa karton makanan olahan dari korma yang ia buat sendiri dengan tangannya. Ibu ini sudah terkenal dengan kirimannya tersebut. Para ikhwah selalu menunggu dan merindukan makanan olahan tersebut dan mereka menyebutnya dengan nama ma’mul Ummi Umar Al-Makkiyah.
Suatu kali ibu ini datang ke Afghanistan untuk menengok anaknya. Sesampainya di sana ibu ini bersumpah untuk pergi ke front untuk berjihad dan menembak fi sabilillah. Maka Syaikh Usamah pun menyambutnya dengan mulia, kemudian membawanya dari Peshawar ke front Jalalabad. Ibu itu pun dipersilahkan menembakkan Aldchka, Syaikh Usamah mempersilahkan ibu itu untuk menunaikan sumpahnya.
Kisah # 35
Syaikh Usamah dikenal sebagai orang yang sangat santun sekali. Berikut ini kami ceritakan sebagian dari kisahnya.
Ada seorang ikhwah yang duduk berhadap-hadappan dengan Syaikh Usamah, lututnya di dekatkan dengan lutut Syaikh, sambil memprotes Syaikh Usamah dengan sangat keras sekali. Ikhwah yang satu ini memang sudah terkenal jika sedang marah ia tidak lagi dapat konsentrasi dan tidak dapat mengendalikan diri. Ikhwah ini menudingkan telunjuknya ke wajah Syaikh dan berbicara dengan suara yang sangat tinggi. Ia katakan, kenapa begini dan kenapa begitu.
Syaikh Usamah hanya diam dan tidak membantahnya. Maka ikhwah kita yang satu ini mengatakan kepada Syaikh Usamah: Saya minta darimu ini, ini, dan itu. Syaikh Usamah menjawab: “Semua permintaanmu akan terkabul, insya Allah…”
Kemudian ikhwah kita ini keluar sambil mangangguk-anggukkan kepalanya, ia sangat menyesali apa yang ia lakukan, setelah ia sadar. Ikhwah tersebut duduk sambil melihat jarinya dan mengatakan kepada dirinya sendiri: “Bagaimana saya bisa mengangkat suaraku dan jariku ke wajah Syaikh Usamah … Dan bagaimana Syaikh tidak menghardikku sama sekali, bahkan justru mengabulkan permintaanku …?”
Kisah # 36
Pernah seorang pengaku salafi dalam suatu majelis di hadapan banyak orang dan di hadapan Syaikh Usamah dan para pengawal beliau, dia mengatakan kepada Syaikh Usamah — dengan gaya yang sangat tidak beradab dan tanpa hormat sedikitpun —: “Kamu salah dalam ini dan itu!!!” Para pengawal Syaikh Usamah pun menunggu-nunggu isyarat dari Syaikh Usamah untuk bertindak sesuatu. Akan tetapi Syaikh Usamah tidak memotong perkataan orang tersebut meski dengan satu kata, sampai orang itu menyelesaikan tuduhan-tuduhannya.
Kemudian Syaikh Usamah mengatakan kepada salah seorang pengawalnya: “Periksalah kondisinya, jika dia orang yang kekurangan maka bantulah dia dalam masalah duniawinya.”
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 37
Syaikh Usamah juga pernah mengatakan: “Sungguh Allah telah mengaruniaiku dengan sifat penyantun yang tinggi. Namun jika Allah mentakdirkan aku berkumpul dengan kalian di front pertempuran, niscaya kalian akan melihat sesuatu yang lain dariku.”
Ini memang benar adanya dan semua orang yang pernah berperang bersama beliau mengetahuinya, semoga Allah melindungi beliau.
Apa yang beliau katakan ini mirip sekali dengan apa yang dikatakan oleh Al-Ahnaf bin Qais (seorang ulama tabi’in dan panglima perang yang gagah berani di zaman sahabat, walau kakinya agak pincang, edt).
Kisah # 38
Siapa saja yang ingin mendaftarkan diri untuk melakukan amaliyat istisyhadiyah, cukup dengan cara meminta satu pertemuan khusus dengan Syaikh Usamah, berbicara berdua dan tidak ada orang lain.
Kisah # 39
Siapa saja yang ingin berbaiat kepada beliau, cukup dengan cara meminta pertemuan khusus dengan Syaikh Usamah yang tidak disertai orang lain.
syiakh Usamah dalam sebuah acara pernikhan salah satu anaknya
Kisah # 40
Siapa saja yang ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan pribadi, maka cukup dengan cara meminta satu pertemuan khusus dengan beliau tanpa ada orang lain.
Sampai-sampai para pengawal beliau pun berada jauh dari pertemuan tersebut setelah mereka melakukan prosedur pengamanan.
Kisah # 41
Semua orang bisa melakukan pertemuan khusus dan pribadi dengan Syaikh, baik orang tua maupun anak muda, sama saja.
Kisah # 42
Syaikh Usamah terkenal sebagai orang yang mau duduk dengan orang tua maupun anak muda. Beliau menghormati mujahidin yang menuntut ilmu, menghormati orang tua, dan selalu berprasangka baik kepada kaum muslimin.
Kisah # 43
Beliau tidak berkenan jika di dalam majelisnya ada ikhwah yang membicarakan jamaah-jamaah Islam dengan tidak baik, atau menghinanya. Beliau juga tidak memperkenankan di majelisnya diperbincangkan masalah perselisihan-perselisihan yang terjadi di antara jamaah-jamaah Islam atau menebar isu. Beliau selalu mengatakan: “Di hadapan kita ada hal yang lebih penting dan lebih besar, dan kita ini sedang dalam pertempuran dan peperangan.”

Jika hal itu terjadi dan kemudian ada suatu kezaliman atau hal yang perlu diingatkan pada satu jamaah tertentu, dan ada orang yang menyampaikan kepada beliau dengan mengatakan: “Mereka ada begini dan begitu, mereka melakukan ini dan itu”, maka Syaikh Usamah segera memotong pembicaraannya dengan mengatakan: “Kecuali orang yang dirahmati Allah.” 
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
 Mereka yang menyintai dan menyayangi syaikh Usamah bin laden (rahimahullah)
Bersambung,  insya Allah..

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews