Senin, 21 November 2011

Nasib hina Arroyo di penghujung usianya, ia ditangkap karena penipuan


Hanin Mazaya
Senin, 21 November 2011 08:36:38
MANILA (Arrahmah.com) – Mantan presiden Filipina, Macapagal Arroyo harus mengalami nasib hina, ia ditangkap pada Jumat (18/11/2011) atas tuduhan kecurangan dalam pemilihan umum yang mengharuskan dirinya dihukum seumur hidup, di sebuah rumah sakit di Manila.  Penangkapannya ini mencegahnya dari keberangkatan menuju luar negeri untuk menerima perawatan medis.
Arroyo sendiri menyangkal telah melakukan kesalahan dan pengacaranya mengklaim tuduhan tersebut dibuat-buat.Ferdinand Topacio pengacara Arroyo mengatakan pemerintah telah mengajukan tuntutan dengan “terburu-buru dan tidak senonoh” dalam apa yang ia sebut “pola yang muncul dari penganiayaan”.
Pengadilan Filipina mengeluarkan surat perintah penangkapan setelah Komisi Pemilihan Umum mengajukan dakwaan terhadap dia.
Selama berbulan-bulan spekulasi mengenai Arroyo terus berkecamuk di Filipina, dia dituduh melakukan kecurangan pemilihan dan penggelapan dana.  Dengan ancaman tuduhan itu, pemerintah memasukannya ke dalam daftar orang-orang yang harus meminta izin untuk meninggalkan negara itu.
Ia bahkan nekad melakukan perjalanan ke bandara, di mana di dalam foto dia terlihat duduk di kursi roda dengan penyangga leher.  Dia dilaporkan memiliki penyakit tulang langka dan butuh pengobatan spesialis di luar negeri.  Tetapi pemerintah Filipina menggagalkan usahanya untuk meninggalkan Filipina.

Selama menjabat sebagai orang nomor satu Filipina, kebijakan demi kebijakannya sangat menyudutkan kaum minoritas di Filipina Selatan (Muslim-red).  Ia tidak membiarkan kaum Muslimin di sana menentukan nasibnya sendiri.  Filipina menduduki  pulau di Filipina selatan yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.  Ribuan tentara kafir dikirimkan ke sana untuk menyerang Muslim yang berjuang meraih kemerdekaan dan menegakkan syariat Islam.  Mereka menolak untuk hidup di bawah aturan pemerintah Filipina.
Tentara-tentara kafir tersebut, yang dikirim atas perintah Arroyo, membakar rumah-rumah warga sipil, membakar Masjid dan melakukan penghinaan terhadap Islam dan kaum Muslimin.  Mereka melakukan teror setiap harinya dan tak ada satupun dari komunitas internasional yang selalu meneriakkan ham, melakukan pembelaan terhadap kaum Muslim di sana. Tak ada satu tempat pun yang aman bagi Muslim di Filipina selatan.
Pemerintah Filipina yang saat itu dipimpin Arroyo telah berusaha menipu masyarakat Bangsamoro dalam kegigihannya memberangus keinginan warga Moro untuk mengurus sendiri kehidupannya berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an.
Tidak hanya memberikan Otonomi Daerah palsu yang dikenal dengan “Autonomous Region in Muslim Mindanao”, kerajaan Manila berusaha mengelabui MILF (Moro Islamic Liberation Front) dengan mengajukan negosiasi-negosiasi damai. Padahal sebelumnya pemerintah Filipina tidak pernah menunjukkan implementasinya terhadap perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan masyarakat Bangsamoro, seperti misalnya Final Peace Agreement pada tahun 1996 dengan MNLF (Moro National Liberation Front).
Bagaimanapun, apa-apa yang ditampilkan oleh Presiden Arroyo, kekhawatiran dan frustasi, ternyata tidak memberikan satu penekanan untuk proses perdamaian, bahkan pemerintah Filipina terus melakukan pertempuran dengan menyerang bangsamoro.
Skenario yang diperlihatkan saat itu hanya memberikan kenangan yang memilukan dan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk Bangsamoro di tangan pemerintahan Filipina di bawah Arroyo.  Ditambah dengan adanya penghinaan, luka, bahkan menyerang martabat Islam, tidak hanya di Filipina tapi di seluruh tempat di bumi ini. (haninmazaya/arrahmah.com)

OMMA : 15 tentara teroris NATO-Afghan tewas mengenaskan dalam pertempuran di Paktika


Hanin Mazaya
Senin, 21 November 2011 15:16:25
AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Sebanyak 15 tentara salibis NATO pimpinan AS tewas dan beberapa lainnya terluka parah dalam pertempuran mematikan yang terjadi di distrik Argoon, provinsi Paktika pada Jumat (18/11/2011), lapor situs resmi Imarah Islam Afghanistan pada Minggu (20/11).
Pertempuran yang meletus di pinggiran distrik Argoon merupakan serangan mendadak oleh tim gabungan NATO dan Afghan pada sore hari dan berlangsung selama satu jam, ujar juru bicara IIA, Zabiullah Mujahid.
Pertempuran datang ketika terdapat protes massal oleh rakyat Afghan di timur provinsi Nangarhar menentang kemitraan strategis dengan AS.
Dalam peristiwa lainnya, sedikitnya lima tentara slaibis Polandia tewas pada Minggu (20/11) ketika tank mereka dihantam ledakan bom ranjau di distrik Gilan provinsi Ghazni.
Pada Minggu (20/11), setidaknya empat tentara boneka afghan tewas dan tiga lainnya terluka dalam serangan bom ranjau di distrik Chak, provinsi Wardag.
Belasan tentara salibis AS tewas dan terluka dalam pertempuran sengit yang terjadi di distrik Ab Band, provinsi Ghazni pada Minggu (20/11).  Tidak ada laporan mengenai rincian peristiwa.
Dua tentara kafir AS terluka dalam ledakan yang menargetkan tank AS pada Minggu di distrik Chaghto provinsi Wardag.  Satu tank AS hancur dalam serangan bom ranjau ini.
Pada Minggu siang, pertempuran berdarah yang meletus setelah Mujahidin melakukan serangan mendadak terhadap patroli tentara kafir AS di distrik Sayedabad, provinsi Wardag, meninggalkan sejumlah besar tentara kafir AS tewas dan terluka. (haninmazaya/arrahmah.com)

Saleh akan serahkan kekuasaan pada militer jika ia turun


Althaf
Senin, 21 November 2011 12:22:15
SANA’A (Arrahmah.com) - Presiden Yaman yang dimusuhi sebagian besar rakyatnya sendiri, Ali Abdullah Saleh, mengatakan pada hari Sabtu (19/11/2011) bahwa ia akan menyerahkan negaranya kepada militer jika ia turun dari kekuasaan seperti yang diminta oleh pihak oposisi.
“Kami siap berkorban untuk negara ini. Namun anda selalu di sana, meski kami turun,” kata Saleh di hadapan para pendukungnya, disiarkan oleh kantor berita Saba dan dikutip AFP pada Minggu (20/11).
Saba melaporkan bahwa pidatonya itu disampaikan Saleh dalam inspeksi mendadak ke satuan komando “Penjaga Republik”, salah satu unit militer elit yang dipimpin oleh putra Saleh sendiri, Ahmed.
Pidato ini pun disampaikan Saleh jelang pertemuan DK PBB yang rencananya dilakukan hari ini untuk mendiskusikan keengganan Saleh untuk menyerahkan kekuasaan di bawah rencana yang sibuat oleh Dewan Kerja sama Teluk. (althaf/arrahmah.com)

Mereka menghina Allah, Singa Allah pun memberontak : Abdul Hadi At-Tunisy


M. Fachry
Kamis, 29 September 2011 20:07:44
Beliau termasuk dari para lelaki yang taat… beliau adalah Abdul Hadi At Tunisy. Allah memberikan kekuatan badan kepadanya, akal yang cerdas, hati yang bersih. Selalu menampakkan senyum sepanjang hidupnya, dan beliau seorang pemberani yang tidak dapat digambarkan keberaniannya.Beliau termasuk orang yang pertama-tama datang ke Afghanistan bersama teman-teman arab lainnya. Pada saat itu orang-orang arab sedang membuka leber-lebar bantuannya.
Beliau adalah seorang bisnismen dan saudagar di Tunis dan Eropa. Dan beliau lihai dalam hal ulah-kanuragan (beladiri). Beliau menguasai karate dan telah menyandang sabuk hitam yang menunjukkan kekekaran tubuh beliau.
Allah memuliakan beliau dengan masuk ke bumi jihad dan berserikat dengan para ikhwah mujahidin Afghan di dalam jihad. Dan Allah memuliakan beliau dengan mengikuti banyak amaliyat, hingga Allah berkehendak kepadanya menjadikan beliau tawanan perang – musuh-.
Orang-orang Rusia menangkap beliau dan menjebloskannya ke dalam Penjara pusat di Kabul. Penjara inilah yang menampung tawanan mujahidin arab ketika terjadi aliansi utara. Semoga Allah membebaskan mereka. Amien ….. amien …..
Sebenarnya beliau adalah orang arab yang tertawan paling dulu di Afghanistan. Beliau selalu di pukuli dan disiksa dengan siksaan yang berat hingga mereka lelah di dalam menyiksa. Hingga pada akhirnya mereka memaksa beliau ditayangkan di siaran Televisi Afghan dan – beliau dipaksa – berbicara di depan manusia bahwasanya beliau datang ke Afghanistan dalam rangka membantu Amerika untuk menguasai Afghanistan… dan … dan … dan … – dipaksa untuk – berbicara yang dapat menyakiti pendengaran mujahidin. Maka beliaupun menolak paksaan itu hingga beliau disiksa, bahkan mereka mengkoyak-koyak tubuh beliau. Akan tetapi beliau – tetap tegar – bagaikan Gunung yang kokoh, seperti kokohnya Gunung Torabora yang diguncang dengan Bom tapi ia tetap kokoh tidak terkoyak.
Disana ada seorang ikhwah arab yang ditawan, lalu mereka mengeluarkannya setelah dipaksa untuk tampil di tayangan Televisi untuk mengucapkan apa yang mereka kehendaki.
Kabar – tentang kekokohan Abdul Hadi – sampai ke telinga pegawai penjara hingga menjadi berita utama di penjara. Datanglah salah satu perwira Rusia yang disebut-sebut sebagai pembesar dan orang yang mulia dan ia berhenti di depan sel teman kita ini – Abdul Hadi -. Perwira itu berkata: “Keluarkan orang arab ini kepadaku agar ia mendapat pelajaran yang tidak dapat ia lupakan, dan akan aku didik – siksa – dia“.
Benar … mereka mengeluarkan singa Abdul Hadi dan berhenti tepat di depan perwira itu. Perwira itu melihatnya dengan pandangan mengejek lalu memukulnya dengan pukulan yang kuat. Dia berkata: “Dimana Robmu yang engkau sembah? Suruh dia turun menolongmu!“
Mendengar ejekan itu berkobarlah amarah singa Abdul Hadi, beliau marah karana Allah ‘Azza wa Jalla, lalu beliau mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya yang telah pudar dan beliau bergerak dengan gesit mengarah perwira itu dan langsung memukulnya. Hingga beliau dan perwira itu sama-sama jatuh pingsan. Begitulah beliau dalam kondisi lapang dan sempit. Beliau marah karena Allah dan menolong Dien-Nya. Sampai Allah memudahkan urusannya dan mengeluarkan beliau dari tahanan setelah berlalu lima tahun ia jalani di dalam penjara Rusia komunis.
Ketika engkau saksikan tubuhnya maka perasaan ini akan menjadi semangat….. engkau saksikan tulang iga dadanya semuanya remuk bekas pukulan, kedua tangan dan kakinya patah. Sungguh siksaan macam apakah yang telah beliau alami !!! dan derita apakah yang beliau rasakan !!!
Syekh Sayyaf membawa beliau ke negeri eropa untuk berobat, hingga Allah memberikan kesembuhan beliau setelah berobat selama satu tahun penuh. Kemudian beliau kembali lagi ke Afghanistan, dan beliau mendengar ada amaliyat besar-besaran di Jalalabad. Lalu beliau menyiapkan diri dan masuk bersama mujahidin ke medan perang dan terbuktilah kepahlawanan dan pengorbanan beliau.
Beliau masuk ke dalam bersama dengan salah seorang ikhwah dari Saudi – saya lupa kunyahnya -, dan beliau menjadi fotografer majalah Bunyanul Marshus.
Orang-orang Afghan melakukan Wideroll – mundur -….. dan orang-orang Komunis dapat menduduki daerah tersebut dan mengepung kedua ikhwan kita ini, lalu keduanya dibunuh oleh orang komunis sebagai pahlawan. Hingga keduanya terbunuh – semoga Allah merahmati keduanya – dan diterima-Nya masuk ke dalam Jannah-Nya.
Allah telah memberikan rahmatnya kepada Abdul Hadi At Tunisi dan menerima amalnya selama lima tahun mendekam di dalam penjara Rusia.
Allah telah melimpahkan rahmatnya kepada seorang arab yang paling dahulu di penjara di Afghanistan…..
Allah telah melimpahkan rahmatnya kepada semua syuhada’ dan menerima semua amalan mereka yang telah lalu …..
Source : JalanSyuhada.co.cc

Kisah Nyata: Akhir hayat penggemar musik dan pencinta Al-Qur'an



Saif Al Battar
Senin, 21 November 2011 16:58:12
Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orangtuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar do’a ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang.
Aku sungguh heran. Bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri: “Alangkah sabarnya mereka…setiap hari begitu…benar-benar mengherankan!”
Aku belum tahu bahwa di situlah kebahagiaan orang mukmin, dan itulah shalat orang-orang pilihan…Mereka bangkit dari tempat tidumya untuk bermunajat kepada Allah.Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah. Padahal berbagai nasihat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu.
Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan ke kota yang jauh dari kotaku. Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing.
Di sana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati.
Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol. Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Pekejaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.
Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak.
Aku bingung dan sering melamun sendirian…banyak waktu luang…pengetahuanku terbatas.
Aku mulai jenuh…tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentult penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas. Sampai suatu hari terjadilah suatu peristiwa yang hingga kini tak pernah kulupakan.
Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas di sebuah pos jalan. Kami asyik ngobrol…tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengalihkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban.
Kejadian yang sungguh tragis. Kami lihat dua awak salah satu mobil daIam kondisi sangat kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah.
 Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan. Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma. Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat.
Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah…Laailaaha Illallaah…” perintah temanku.
Tetapi sungguh mengherankan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat…Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat.
Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini. Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat. Tetapi… keduanya tetap terus saja melantunkan lagu. 
Tak ada gunanya…
Suara lagunya semakin melemah…lemah dan lemah sekali. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua. Tak ada gerak… keduanya telah meninggal dunia.
Kami segera membawa mereka ke dalam mobil.
Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah pun. Selama pejalanan hanya ada kebisuan, hening.
Kesunyian pecah ketika temanku memulai bicara. Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk). Ia berkata: “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk. Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia”. Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku Islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.
Perjalanan ke rumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat.
Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat kusyu’ sekali.
Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu.
Aku kembali pada kebiasaanku semula…Aku seperti tak pemah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala. Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pemah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu.
* Kejadian Yang Menakjubkan… Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu…sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku.
Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota.
Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika.
Aku dengan seorang kawan, -bukan yang menemaniku pada peristiwa yang pertama- cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapatpenanganan.
Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta’at menjalankan perintah agama.
Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.
Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an…dengan suara amat lemah.
“Subhanallah! ” dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati.
Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan Al Quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: “Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu… apalagi aku Sudah punya pengalaman,” aku meyakinkan diriku sendiri.
Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga.
Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.
Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah  wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. 
Sampai di rumah sakit…
Kepada orang-orang di sanal kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.
Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya.
Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkan ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana, almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil.
Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. “Justru saya memanfaatkan waktu perjalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan,” kata almarhum.
Aku ikut menyalati jenazah dan mengantarnya sampai ke kuburan.
Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat.
“Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah”.
Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah…Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya…
Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat…
Dan aku… sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia. Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin…(Azzamul Qaadim, hal 36-42)

Sumber : [“Saudariku Apa yang Menghalangimu Untuk Berhijab”; judul asli Kesudahan yang Berlawanan; Asy Syaikh Abdul Hamid Al-Bilaly; Penerbit : Akafa Press Hal. 48]

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews