Kamis, 19 Januari 2012

Pesan revolusi syaikh Usamah bin Ladin untuk umat Islam


Muhib Al-Majdi
Rabu, 18 Januari 2012 07:48:46
(Arrahmah.com) – Dua minggu setelah syahidnya syaikh Usamah bin Ladin, yayasan media As-Sahab merilis pesan audio beliau. Ceramah enam menit yang direkam sebelum beliau syahid tersebut berbicara tentang revolusi yang tengah marak di dunia Arab. Bagaimana pandangan beliau mengenai revolusi di dunia Arab? Apa pesan dan nesehat beliau untuk kaum muslimin terkait dengan revolusi tersebut? Berikut terjemahan pesan beliau yang diambil dari forum Anshar Media.

Yayasan Media As-Sahab
16 Jumadi Tsaniyah 1432 H
19 Mei 2011 M
Mempersembahkan

Pesan syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah untuk umat Islam
Tentang revolusi di negeri-negeri kaum muslimin

Segala puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, dan meminta ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, niscaya tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa disesatkan oleh Allah, niscaya tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Amma ba’du…
Wahai umatku, umat Islam. Kami mengikuti bersamamu peristiwa sejarah yang besar ini. Kami menyertaimu dalam kegembiraan, keceriaan, kebahagian, dan suka cita. Kami gembira karena kegembiraanmu, dan kami bersedih karena kesedihanmu. Kami sampaikan ucapan selamat kepadamu atas kemenangan-kemenenganmu, semoga Allah menerima para syudaha’mu, menyembuhkan orang-orang yang terluka di antaramu, dan membebaskan orang-orang yang tertawan di antaramu.
Wa ba’du…

Hari-hari baru terbit dengan kemuliaan pemeluk Islam
para penguasa di negeri-negeri Arab bersembunyi
singgasana kekuasaan telah dilipat hingga datang
kepada kita berita harapan kabar gembira dan panji-panji kemenangan

Umat Islam telah lama menghadapkan muka mereka, menunggu-nunggu kemenangan yang berita-berita gembira tentang kedatangannya mulai nampak dari Timur (Afghanistan, pent). Ternyata matahari revolusi terbit dari sebelah Barat (Tunisia lalu Mesir, pent). Revolusi mulai memancarkan sinarnya di negeri Tunisia, maka umat Islam menyambutnya dengan suka cita, wajah bangsa-bangsa muslim berseri ceria karenanya. Adapun kerongkongan para penguasa tercekik dan bangsa Yahudi gemetar ketakutan karena telah dekatnya janji-janji (kemenangan Islam atas mereka, pent). Dengan tumbangnya sang taghut (diktator), runtuh pula makna kehinaan, ketertundukan, ketakutan, dan kemunduran. Sebaliknya bangkitlah makna kebebasan, kemuliaan, keberanian, dan kesiapan untuk maju. Maka angin perubahan bertiup kencang demi menginginkan kemerdekaan. Tunisia telah menjadi pelopor atas hal itu. Lalu secepat kilat, para ksatria negeri Kinanah (Mesir, pent) mengambil bara api (contoh, pent) dari para revolusioner Tunisia ke lapangan At-Tahrir. Maka terjadilah revolusi yang besar? Revolusi apakah gerangan?
Revolusi penentuan nasib bagi seluruh Mesir dan segenap umat Islam jika mereka berpegang teguh dengan tali agama Allah. Revolusi ini bukanlah revolusi makanan dan pakaian. Ia adalah revolusi kemuliaan dan harga diri, revolusi pengorbanan, menerangi seluruh kota dan desa sungai Nil dari wilayah dataran rendah hingga dataran tinggi. Maka kemuliaan putra-putra Islam mulai terlihat. Jiwa-jiwa mereka merindukan kejayaan nenek moyang mereka. Mereka memungut di lapangan At-Tahrir Kairo bara api untuk mengalahkan pemerintahan-pemerintahan yang lalim. Mereka tegak melawan kebatilan. Mereka angkat tinggi-tinggi kepalan tangan mereka sebagai perlawanan terhadap kebatilan. Mereka tiada gentar terhadap tentara kebatilan. Mereka saling berjanji dan mereka meneguhkan janji tersebut. Tekad mereka telah bulat, lengan tangan mereka saling menopang, dan revolusi pun menjanjikan kemenangan.
Kepada mereka, para revolusioner yang merdeka, di seluruh negara…
Pegang teguhlah oleh kalian kendali inisiatif! Waspadailah diplomasi (dengan pemerintahan   zalim nan kafir, pent)! Karena sesungguhnya tidak ada jalan tengah antara pengikut kebenaran dan pengikut kesesatan. Sekali-kali tidak mungkin ada.
Ingatlah oleh kalian bahwa Allah telah mengaruniakan kepada kalian hari-hari yang masih akan ada kelanjutannya. Kalianlah para ksatria berkuda dan komandannya. Di tangan kalianlah tali kekang dan kendali urusannya. Umat Islam ‘menabung’ kalian untuk peristiwa yang besar ini, maka sempurnakanlah perjalanan dan janganlah kalian gentar dengan kesulitan yang bakal menghadang.
Perjalanan menuju tujuan telah dimulai
Orang merdeka maju ke depan dengan tekad bulat
Jika orang merdeka telah mulai menempuh jalan
Tak kan pernah merasa lelah atau berhenti

Sekali-kali ia tidak akan berhenti sehingga tujuan-tujuan yang direncanakan telah tercapai dan harapan-harapan yang dicanangkan telah tergapai, dengan izin Allah SWT. Revolusi kalian adalah poros mesin gilingan dan tempat penggantungan harapan orang-orang yang tertindas dan terluka. Kalian telah membebaskan dari umat ini banyak penderitaan yang berat —semoga Allah membebaskan kalian dari berbagai penderitaan—, dan kalian telah merealisasikan banyak harapan besar —semoga Allah SWT merealisasikan harapan-harapan kalian—.

Jalan tegak seperti halte bagi kalian
Keputus asaan di belakang, harapan di depan
Kemuliaan dikembalikan dengan darah, sebagaimana ia dirampas dengan darah
Singga pemberani mati demi membela sarangnya
Siapa mengorbankan nyawanya yang berharga demi Rabbnya
Tuk melawan kebatilan mereka, bagaimana ia akan dicela?

Wahai putra-putra umatku, umat Islam…
Di depan kalian ada perempatan jalan-jalan yang genting dan kesempatan sejarah yang agung lagi jaran terjadi, untuk membangkitkan umat Islam dan membebaskan diri dari peribadatan kepada hawa nafsu para penguasa, undang-undang positip, dan hegemoni Barat.
Merupakan sebuah dosa besar dan kebodohan yang besar apabila kesempatan yang telah ditunggu-tunggu oleh umat Islam sejak banyak dekade ini berlalu sia-sia belaka. Maka pergunakanlah kesempatan ini sebaik mungkin! Hancurkanlah patung-patung dan berhala-berhala! Tegakkanlah keadilan dan keimanan!
Dalam kesempatan ini, saya mengingatkan orang-orang yang jujur (tulus berjuang untuk Islam, pent) bahwa membentuk sebuah majlis yang memberikan pendapat dan musyawarah kepada bangsa-bangsa muslim dalam seluruh aspek yang urgen merupakan sebuah kewajiban syar’i. Kewajiban itu lebih tegas lagi atas diri para aktivis Islam yang memiliki ghirah, yang sejak lama mereka telah memberi nasehat urgensi mencabut pemerintahan-pemerintahan yang zalim ini sampai ke akar-akarnya.
Para aktivis Islam tersebut memiliki tingkat kepercayaan (dukungan) yang luas di kalangan kaum muslimin. Maka mereka harus memulai program ini dan mengumumkannya dengan segera, jauh dari dominasi para penguasa diktator. Mereka harus harus membuat ‘kamar operasi’ (lembaga riset dan litbang, pent) yang memantau (mengikuti) perkembangan kejadian agar bekerja melalui langkah-langkah yang seimbang (terukur) yang mencakup seluruh kebutuhan umat Islam. Mereka harus mengambil manfaat dari saran-saran para tokoh cendekiawan umat ini, dan meminta bantuan lembaga-lembaga kajian yang profesional serta orang-orang bijak nan ahli umat ini untuk menyelamatkan umat ini yang tengah berjuang dalam rangka menjatuhkan para penguasa taghut, sedang putra-putra umat ini menghadapi berbagai pembantaian. Mereka harus membimbing dan mengarahkan bangsa-bangsa muslim —yang tengah berjuang untuk menjatuhkan penguasa dan pilar-pilarnya— dengan langkah-langkah yang seharusnya (tepat) untuk melindungi revolusi ini dan merealisasikan tujuan-tujuannya.
Demikian juga wajib saling membantu dengan bangsa-bangsa yang belum memulai revolusi, untuk menentukan hari H dan apa yang harus dikerjakan sebelumnya. Sebab, keterlambatan akan menyebabkan hilangnya kesempatan. Sebaliknya, tergesa-gesa sebelum saatnya hanya akan menambah jumlah korban. Saya perkirakan angin perubahan akan melanda seluruh dunia Islam, dengan izin Allah. Maka para pemuda wajib mempersiapkan hal-hal yang semestinya untuk menghadapi peristiwa tersebut. Janganlah mereka memutuskan sebuah perkara sebelum mereka bermusyawarah dengan para ahli yang berpengalaman lagi jujur, yang jauh dari solusi-solusi ‘titik temu’ (saling menguntungkan dengan taghut, pent) dan berkompromi dengan para penguasa zalim. Dalam syair (karya al-Mutanabbi, pent) telah disebutkan:
Gagasan itu mendahului keberanian seorang pemberani
Gagasan yang pertama, keberanian yang kedua

Wahai umatku, umat Islam…
Sejak beberapa decade yang lalu, engkau telah menyaksikan banyak revolusi. Masyarakat menyambutnya dengan gembira, namun tak lama sesudah itu justru merasakan bencana-bencananya. Jalan untuk menjaga umat ini dan revolusinya pada hari ini dari kesesatan dan kegelapan adalah memulai dengan revolusi kesadaran dan meluruskan pemahaman-pemahaman dalam seluruh bidang kehidupan, apalagi bidang-bidang pokok. Bidang yang paling penting adalah rukun Islam yang pertama, dan sebaik-baik buku yang ditulis dalam hal itu adalah kitab ‘Mafahim Yanbaghi an Tushahhah’ (Konsep-konsep yang seharusnya diluruskan) karya syaikh Muhammad Qutub.
Lemahnya kesadaran kebanyakan putra umat ini yang timbul dari wawasan yang keliru yang disebar luaskan oleh para penguasa sejak dekade yang lama, merupakan musibah terbesar. Musibah-musibah lain yang menimpa umat ini hanyalah salah satu buah yang pahit dari buah-buah musibah terbesar ini. Itulah wawasan kerendahan, keterbudakan, ketundukan, dan ketaatan mutlak kepada para penguasa —-sebuah bentuk peribadatan kepada para penguasa selain peribadatan kepada Allah— mengalah kepada para penguasa dalam hak-hak dunia dan agama yang paling urgen; menjadikan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan tokoh-tokoh berkisar pada poros penguasa…telah menjadikan manusia kehilangan kemanusiaannya, menjadikannya berlari di belakang penguasa dan keinginan-keinginan penguasa, tanpa sadar atau mengetahui duduk perkaranya, sehingga ia menjadi sekedar pengekor, jika masyarakat baik maka ia ikut-ikutan baik, jika masyarakat buruk maka ia ikut-ikutan buruk. Ia menjadi barang dagangan yang murah, penguasa berbuat kepadanya semuanya sendiri. Mereka adalah para korban kezaliman dan penindasan di negeri-negeri kita. Para penguasa mengeluarkan mereka agar mereka meneriakkan (yel-yel dukungan, pent) kepada para penguasa tersebut dan berdiri dalam parit (kelompok pendukung) para penguasa tersebut.
Para penguasa telah berusaha untuk membuat rakyat melepaskan hak terpenting yang telah Allah berikan kepada mereka. Para penguasa meniadakan akal sehat umat ini dan meminggirkan peranannya dalam seluruh bidang kehidupan yang penting melalui pengerahan usaha intensif lembaga-lembaga keagamaan negara dan media massa negara yang menetapkan keabsahan pemerintahan para penguasa tersebut. Mereka ‘menyihir’ mata, akal, dan keinginan rakyat. Mereka melaris-maniskan ‘pemberhalaan’ penguasa. Mereka membangunkan pondasi keabsahan pemerintahan para penguasa tersebut secara dusta, atas nama agama dan tanah air. Mereka menanamkan hal itu dalam hati rakyat, agar rakyat menghormati para penguasa, orang-orang tua menganggap kesuciannya, dan anak-anak tidak selamat darinya. Padahal anak-anak tersebut adalah amanah di pundak kita, dan mereka dilahirkan di atas fitrah. Para penguasa membunuh fitrah anak-anak tanpa perasaan dan tanpa kasih sayang. Orang tua memasuki masa jompo di atas keadaan seperti itu dan anak-anak tumbuh dewasa dalam suasana itu pula. Para taghut semakin melampaui batas dan kaum yang tertindas semakin tertindas. Maka apalagi yang kalian tunggu?
Maka selamatkanlah diri kalian dan anak-anak kalian! Kesempatan emas telah muncul, terkhusus lagi setelah para pemuda umat ini menanggung resiko-resiko revolusi ini dan musibah-musibahnya, peluru taghut dan siksaannya. Para pemuda itu telah membukakan jalan dengan pengorbanan-pengorbanan mereka. Mereka membangun jembatan kemerdekaan dengan darah-darah mereka. Para pemuda yang usianya masih belia. Mereka menceraikan dunia kehinaan dan penindasan. Mereka meminang kemuliaan atau kuburan (kematian). Apakah para penguasa telah sadar bahwa rakyat telah keluar, dan sekali-kali mereka tidak akan kembali, sehingga mereka berhasil merealisasikan janji-janji dengan izin Allah SWT.
Sebagai penutup pesan ini…
Sesungguhnya kezaliman besar di negeri-negeri kita telah mencapai tarap yang demikian besar. Kita  terlalu terlambat dalam mengingkari dan merubahnya. Barangsiapa sudah memulai (mengingkari dan merubah kezaliman besar tersebut), hendaklah ia menyelesaikannya, semoga Allah menolongnya. Dan barangsiapa belum memulai, hendaklah ia menyiapkan perbekalan untuk menghadapinya! Renungkanlah hadits shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda:
 مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
“Tiada seorang nabi pun yang Allah utus pada umat sebelumku, melainkan ia memiliki hawarriyun (para pendukung utama) dan sahabat-sahabat dari kalangan umatnya. Mereka mengambil sunah nabi tersebut dan mengikuti perintahnya. Setelah mereka berlalu, maka muncul beberapa generasi yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan, dan mengerjakan apa yang tidak diserahkan kepada mereka. Barangsiapa berjihad melawan mereka dengan tangannya, maka ia adalah seorang mukmin. Barangsiapa berjihad melawan mereka dengan lisannya, maka ia adalah seorang mukmin. Dan barangsiapa berjihad melawan mereka dengan hatinya, maka ia adalah seorang mukmin. Di balik itu tiada keimanan lagi walau sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
Beliau SAW juga bersabda:
 سَيّدُ الشّهُداءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمطّلِبِ ، وَرَجُلٌ قامَ إِلى إِمامِ جائِزٍ ، فَأَمَرَهُ وَنَهاهُ فَقَتَلَهُ
“Pemimpin para syuhada’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan seorang laki-laki yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar kepada penguasa yang zalim, maka penguasa itu membunuhnya.” (HR. Al-Hakim)
Saya ucapkan selamat bagi siapa yang keluar dengan niat yang agung ini. Jika ia terbunuh, maka ia menjadi pemimpin para syuhada’. Dan jika ia hidup, maka ia mulia dan Berjaya. Maka perjuangkanlah kebenaran dan janganlah menghiraukan resikonya!
Mengatakan kebenaran kepada taghut
Adalah kemuliaan dan kabar gembira
Itulah jalan kemuliaan di dunia
Dan jalan kebahagiaan di akhirat
Jika mau, silahkan mati sebagai budak
Dan jika mau, silahkan mati sebagai orang merdeka

Ya Allah, berikanlah kemenangan yang nyata kepada orang-orang yang berjuang untuk menegakkan agama-Mu! Karuniakanlah kesabaran, ketepatan, dan keyakinan kepada mereka!
Ya Allah, realisasikanlah untuk umat ini perkara yang lurus, dengannya orang-orang yang mentaati-Mu dimuliakan dan orang-orang yang mendurhakai-Mu dihinakan, perbuatan yang ma’ruf diperintahkan dan perbuatan yang mungkar dilarang
Wahai Rabb kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari api neraka!
Ya Allah, kuatkanlah orang yang lemah di antara kami, sembuhkanlah orang yang terluka di antara kami, dan teguhkanlah pijakan kaki kami!
Ya Allah, hancurkanlah para pemimpin kezaliman, lokal maupun internasional, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.
Akhir doa kami adalah segala puji bagi Allah Rabb semesta alam.

(muhib al-majdi/arrahmah.com)

Ragu katakan Syi’ah sesat, HNW alami sindrom “Bani Israel”


M. Fachry
Rabu, 11 Januari 2012 11:13:22
JAKARTA (Arrahmah.com) – Banyak ilmu miskin komitmen! Itulah sindrom “Bani Israel” yang bisa jadi menjangkiti banyak para da’i (penyeru) di negeri ini, termasuk Hidayat Nur Wahid (HNW), Mantan Ketua MPR-RI yang juga politikus PKS. Bayangkan, pakar Syi’ah lulusan Universitas Islam Madinah itu ragu akan kesesatan Syi’ah dan tidak berani secara tegas mengatakan bahwa Syi’ah itu sesat. Astaghfirullah!
Mengapa ragu katakan Syi’ah sesat?
Fakta sesatnya Syi’ah sebenarnya sudah lama dideklarasikan di negeri ini. Pada tahun 1997, tepatnya pada tanggal 1 September 1997, dilakukan pertemuan tokoh-tokoh Islam di Istiqlal. Dari pertemuan tersebut, dihasilkan “Deklarasi Istiqlal”. Inti deklarasi itu menyatakan bahwa aliran LIBERAL & SYI’AH dinyatakan sesat.
Dalam seminar tersebut, sebagaimana dikutip dari eramuslim.com, HNW menjadi salah satu pemakalah, dan HNW yang baru pulang dari Saudi tersebut begitu tegas terhadap paham sesat Syi’ah. Namun, belakangan, di tahun 2006, HNW mengatakan bahwa ia bukan berasal dari mazhab yang suka mengkafirkan sesama muslim, dan sama sekali tidak terkait dengan peristiwa vonis sesat secara in absentia terhadap aliran Syi’ah di Masjid Istiqlal tahun 1997. Menurut HNW, ia tidak menandatangani rekomendasi Istiqlal itu. Jadi, HNW itu menganggap Syi’ah sama dengan Islam, tidak sesat? Astaghfirullah!
HNW alami sindrom “Bani Israel”
HNW alami sindrom “Bani Israel”, yakni banyak ilmu miskin komitmen. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Ustadz AM Waskito (penulis “Bersikap Adil Kepada Wahabi”) via sms kepada Arrahmah.com melihat fakta HNW yang mengakui tidak ikut menanda tangani “Deklarasi Istiqlal” dan ragu menyatakan kesesatan Syi’ah.
Padahal, HNW adalah seorang pakar Syi’ah lulusan Program Doktor Pasca Sarjana Universitas Islam Madinah, Arab Saudi, Fakultas Dakwah & Ushuluddin, Jurusan Aqidah, pada tahun 1992. Namun sindrom “Bani Israel” rupanya lebih kuat mengcengkram HNW, yakni banyak ilmu miskin komitmen, sehingga dirinya ragu, takut untuk mengatakan kebenaran (al haq) bahwa Syi’ah itu sesat!
Apakah ini bagian dari tanda-tanda akhir zaman, yakni banyak para da’i (penyeru) namun mereka bukan menyeru atau mengajak kepada kebaikan yang akan menghantarkan manusia kepada surga, namun mereka malah menyeru manusia ke pintu-pintu neraka jahannam. Na’udzu billahi min dzalik!
Semoga kita dilindungi Allah SWT., dari ulama yang demikian, Insya Allah!
(M Fachry/arrahmah.com)

Sisa-sisa mayat pasukan salibis AS dibuang ditempat sampah


Siraaj
Rabu, 18 Januari 2012 09:00:59
AMERIKA SERIKAT (Arrahmah.com) – Laporan yang menjijikan mengenai mayat-mayat pasukan salibis AS yang tewas dalam perang di Irak dibuang ditempat pembuangan sampah yang besar di Virginia, AS, membuat marah keluarga para salibis dan rekan-rekan “seperjuangan mereka”.
Berdasarkan investigasi, kamar mayat di pangkalan Angkatan Udara Dover di Delaware membuang sisa-sisa kremasi mayat-mayat pasukan salibis sedikitnya 274 mayat di King George Landfill (sebuah tempat pembuangan sampah massal di AS -red) antara tahun 2004 dan 2008.
Banyak tubuh mayat salibis telah hilang, terbakar, terpotong-potong, bahkan dibuang di tempat sampah di Landfill.
Berdasarkan laporan, kamar mayat bahkan memotong-motong lengan salibis dengan alasan karena susah untuk memasukkan mereka ke dalam seragam mereka.
Seorang janda salibis Gary Linn Smith yang suaminya tewas di Irak mengatakan, “tidak seharusnya ada manusia yang ditempatkan di tempat pembuangan sampah, tidak peduli apakah itu kukunya, kakinya, atau seluruh tubuh”, sisa-sisa tubuh suaminya dibuang di tempat pembuangan sampah pada tahun 2006 setelah kematiannya di Irak.
Demikian sebuah kehinaan di dunia yang Allah tetapkan bagi mereka yang kafir dan dzolim, dan di akhirat siksa bagi mereka lebih mengerikan di neraka dan kekal selamanya.
Berbeda dengan para mujahidin yang syahid, jenazah mereka mengeluarkan wangi yang harum dan tidak membusuk, itulah kemuliaan dari Allah bagi para syuhada di dunia ini, dan di akhirat balasan bagi mereka adalah surga dan kekal selamanya.
(siraaj/arrahmah.com)

Senin, 16 Januari 2012

Jawaban jika ditanya, kalau Syi’ah sesat mengapa boleh masuk tanah suci?


M. Fachry
Jum'at, 13 Januari 2012 13:41:58
JAKARTA (Arrahmah.com) – Salah satu yang mengemuka di saat mendiskusikan kesesatan Syi’ah adalah adanya lontaran pertanyaan, kalau Syiah sesat, mengapa boleh masuk tanah suci? Kabarnya, yang melontarkan pertanyaan itu kali pertama adalah dedengkot Syi’ah, Jalaludin Rahmat, juga ulama Syi’ah yang menyusup ke tubuh MUI, Umar Shihab, dan kini dilontarkan kembali oleh para pengikut dan penganut aliran sesat Syi’ah. Berikut jawaban yang “pantas” diberikan, yang dikutip dari blog abisyakir.wordpress.com. Semoga bermanfaat!
Mengapa kaum Syiah masih boleh masuk ke Tanah Suci, baik Makkah Al Mukarramah maupun Madinah Al Munawwarah?
Mari kita jawab pertanyaan ini:
PERTAMA, sebaik-baik jawaban ialah Wallahu a’lam. Hanya Allah yang Tahu sebenar-benar alasan di balik kebijakan Pemerintah Saudi memberikan tempat bagi kaum Syiah untuk ziarah ke Makkah dan Madinah.
KEDUA, dalam sekte Syiah terdapat banyak golongan-golongan. Di antara mereka ada yang lebih dekat ke golongan Ahlus Sunnah (yaitu Syiah Zaidiyyah), ada yang moderat kesesatannya, dan ada yang ekstrim (seperti Imamiyyah dan Ismailiyyah). Terhadap kaum Syiah ekstrim ini, rata-rata para ulama tidak mengakui keislaman mereka. Nah, dalam praktiknya, tidak mudah membedakan kelompok-kelompok tadi.
KETIGA, usia sekte Syiah sudah sangat tua. Hampir setua usia sejarah Islam itu sendiri. Tentu cara menghadapi sekte seperti ini berbeda dengan cara menghadapi Ahmadiyyah, aliran Lia Eden, dll. yang termasuk sekte-sekte baru. Bahkan Syiah sudah mempunyai sejarah sendiri, sebelum kekuasaan negeri Saudi dikuasai Dinasti Saud yang berpaham Salafiyyah. Jauh-jauh hari sebelum Dinasti Ibnu Saud berdiri, kaum Syiah sudah masuk Makkah-Madinah. Ibnu Hajar Al Haitsami penyusun kitab As Shawaiq Al Muhriqah, beliau menulis kitab itu dalam rangka memperingatkan bahaya sekte Syiah yang di masanya banyak muncul di Kota Makkah. Padahal kitab ini termasuk kitab turats klasik, sudah ada jauh sebelum era Dinasti Saud.
KEEMPAT, kalau melihat identitas kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, ya rata-rata tertulis “agama Islam”. Negara Iran saja mengklaim sebagai Jumhuriyyah Al Islamiyyah (Republik Islam). Revolusi mereka disebut Revolusi Islam (Al Tsaurah Al Islamiyyah). Data seperti ini tentu sangat menyulitkan untuk memastikan jenis sekte mereka. Lha wong, semuanya disebut “Islam” atau “Muslim”.
KELIMA, kebanyakan kaum Syiah yang datang ke Makkah atau Madinah, mereka orang awam. Artinya, kesyiahan mereka umumnya hanya ikut-ikutan, karena tradisi, atau karena desakan lingkungan. Orang seperti ini berbeda dengan tokoh-tokoh Syiah ekstrem yang memang sudah dianggap murtad dari jalan Islam. Tanda kalau mereka orang awam yaitu kemauan mereka untuk datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah itu sendiri. Kalau mereka Syiah ekstrim, tak akan mau datang ke Tanah Suci Ahlus Sunnah. Mereka sudah punya “tanah suci” sendiri yaitu: Karbala’, Najaf, dan Qum. Perlakuan terhadap kaum Syiah awam tentu harus berbeda dengan perlakuan kepada kalangan ekstrim mereka.
KEENAM, orang-orang Syiah yang datang ke Tanah Suci Makkah-Madinah sangat diharapkan akan mengambil banyak-banyak pelajaran dari kehidupan kaum Muslimin di Makkah-Madinah. Bila mereka tertarik, terkesan, atau bahkan terpikat; mudah-mudahan mau bertaubat dari agamanya, dan kembali ke jalan lurus, agama Islam Ahlus Sunnah.
KETUJUH, hadirnya ribuan kaum Syiah di Tanah Suci Makkah-Madinah, hal tersebut adalah BUKTI BESAR betapa ajaran Islam (Ahlus Sunnah) sesuai dengan fitrah manusia. Meskipun para ulama dan kaum penyesat Syiah sudah bekerja keras sejak ribuan tahun lalu, untuk membuat-buat agama baru yang berbeda dengan ajaran Islam Ahlus Sunnah; tetap saja fitrah mereka tidak bisa dipungkiri, bahwa hati-hati mereka terikat dengan Tanah Suci kaum Muslimin (Makkah-Madinah), bukan Karbala, Najaf, dan Qum.
KEDELAPAN, kaum Syiah di negerinya sangat biasa memuja kubur, menyembah kubur, tawaf mengelilingi kuburan, meminta tolong kepada ahli kubur, berkorban untuk penghuni kubur, dll. Kalau mereka datang ke Makkah-Madinah, maka praktik “ibadah kubur” itu tidak ada disana. Harapannya, mereka bisa belajar untuk meninggalkan ibadah kubur, kalau nanti mereka sudah kembali ke negerinya. Insya Allah.
KESEMBILAN, pertanyaan di atas sebenarnya lebih layak diajukan ke kaum Syiah sendiri, bukan ke Ahlus Sunnah. Mestinya kaum Syiah jangan bertanya, “Mengapa orang Syiah masih boleh ke Makkah-Madinah?” Mestinya pertanyaan ini diubah dan diajukan ke diri mereka sendiri, “Kalau Anda benar-benar Syiah, mengapa masih datang ke Makkah dan Madinah? Bukankah Anda sudah mempunyai ‘kota suci’ sendiri?”
Demikian sebagian jawaban yang bisa diberikan. Semoga bermanfaat. Pesan spesial dari saya, kalau nanti Prof. Dr. Umar Shihab, atau Prof. Dr. Quraish Shihab (dua tokoh ini saudara kandung, kakak-beradik; bersaudara juga dengan Alwi Shihab, Mantan Menlu di era Abdurrahman Wahid), beralasan dengan alasan tersebut di atas; mohon ada yang meluruskannya. Supaya beliau tidak banyak membuang-buang kalam, tanpa guna.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.
(M Fachry/arrahmah.com)

Read more: http://arrahmah.com/read/2012/01/13/17409-jawaban-jika-ditanya-kalau-syiah-sesat-mengapa-boleh-masuk-tanah-suci.html#ixzz1jcxO6jqs

SBY : Sufisme bisa jaga kestabilan bernegara, benarkah?


Bilal
Kamis, 12 Januari 2012 16:53:51
JAKARTA (Arrahmah.com) – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sangat terkesan terhadap kejernihan dan keteduhan berpikir, serta kesediaan kaum tarikat untuk terlibat mengatasi persoalan bangsa. “Jika pikiran, komitmen, dan tindakan seperti itu juga dimiliki segenap komponen bangsa, insya Allah, negeri kita akan semakin maju,” kata Presiden Yudhoyono dalam sambutan pembuka Muktamar XI Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah (Jatman) di Pondok Pesantren Al Munawwariyyah, Desa Sudimoro, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Rabu, 11 Januari 2012.
Muktamar bertema “Dengan Thariqah Kita Perkokoh Keberadaan Umat dan Bangsa untuk Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia” itu akan berlangsung hingga Sabtu, 14 Januari.
Dalam acara itu, SBY didampingi antara lain oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Hak Asasi Manusia Djoko Suyanto, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Agama Suryadharma Ali, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Panglima TNI Laksamana Agus Soehartono, dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Timur Pradopo.
SBY berpendapat bahwa kaum tarikat menjalankan tradisi, pendekatan, dakwah, dan perilaku sufi dengan teduh, jernih, substantif, mendidik, dan tanpa kekerasan. Jalan seperti itu, kata Presiden, merupakan pilihan paling tepat dan mampu meningkatkan pembangunan bangsa menuju Indonesia yang makin maju, adil, dan sejahtera.
Pendekatan sufisme oleh kaum tarikat terbukti mampu ikut menjaga kestabilan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendekatan ini juga dirasa tepat untuk mengatasi berbagai perselisihan, konflik, dan bahkan benturan dalam kehidupan bangsa dan negara.
“Indonesia adalah bangsa yang amat majemuk, kehendak dan aspirasinya amat banyak serta beragam. Terlebih saat ini dalam era demokrasi, kekebasan—terkadang jadi kebebasan yang kebablasan—dan keterbukaan. Akibatnya tuntutan masyarakat kita amat dinamis. Benturan dan kekerasan bisa terjadi setiap saat. Namun perbedaan harus kita kelola dengan arif, bijak, dan tepat. Tiap pelanggaran hukum harus ditindak tegas,” SBY menegaskan.
Sebelumnya, Rais Aam Jatman Habib M. Luthfi Ali dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj menegaskan kesiapan dan kesetiaan kaum nahdliyin untuk tetap mendukung tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Habib Luthfi mengatakan, pilihan tema muktamar ini berasal dari Presiden Yudhoyono.
Said Aqil mengatakan, banyak kemajuan yang dicapai oleh pemerintahan SBY dan Boediono, terutama kemajuan di bidang ekonomi. Mengenai kelemahan-kelemahan yang ada, harusnya disikapi oleh semua komponen bangsa dengan sikap optimistis. “Jangan kita hanya bisa mengkritik dan mencela, terus bersikap pesimistis. Nahdlatul Ulama siap berkontribusi dengan sikap yang selalu optimistis,” kata Said seperti dilansir tempo.co.
Suffiyah Dalam Timbangan
Tasawuf atau sufisme, selama ini banyak dipahami sebagai ajaran yang mengambarkan kesederhanaan, kezuhudan ataupun kehidupan yang nyaris tak tersentuh ‘peradaban’. Menilik sejarahnya, nama sufi sebenarnya nisbat dari sekelompok manusia yang beribadah secara berlebihan, dengan berbagai tata cara yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah.
Tasawuf  diidentikkan dengan sikap berlebihan dalam beribadah, zuhud dan wara’ terhadap dunia. Penganutnya disebut Shufi  selanjutnya ditulis Sufi menurut ejaan yang lazim, dan jamaknya adalah Sufiyyah . Istilah ini sesungguhnya tidak masyhur di Zaman Rasulullah SAW, shahabat-shahabatnya, dan para tabi’in. Sebagaimana dikatakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm: “Adapun lafadz Sufiyyah bukanlah lafadz yang masyhur pada tiga abad pertama Islam. Dan setelah masa itu, penyebutannya menjadi masyhur.” (Majmu’ Fatawa, 11/5)
Ibnu ‘Ajibah, seorang Sufi Fathimi, mengklaim bahwa peletak Tasawuf adalah Rasulullah Saw sendiri. Beliau Saw, menurut Ibnu ‘Ajibah, mendapatkannya dari Allah SWT melalui wahyu dan ilham. Kemudian Ibnu ‘Ajibah berbicara panjang lebar tentang hal ini dengan sekian banyak bumbu keanehan dan kedustaan, yaitu: “Jibril pertama kali turun kepada Rasulullah Saw dengan membawa ilmu syariat. Ketika ilmu itu telah mantap, turunlah ia untuk kedua kalinya dengan membawa ilmu hakikat. Beliau Saw pun mengajarkan ilmu hakikat ini pada orang-orang khusus saja. Dan yang pertama kali menyampaikan Tasawuf adalah ‘Ali bin Abi Thalib Ra, dan Al-Hasan Al-Bashri Rhm menimba darinya.” (Iqazhul Himam Fi Syarhil Hikam, hal. 5 dinukil dari At-Tashawwuf Min Shuwaril Jahiliyyah, hal.7-8)
Asy-Syaikh Muhammad Aman bin ‘Ali Al-Jami Rhm  berkata: “Perkataan Ibnu ‘Ajibah ini merupakan tuduhan keji lagi lancang terhadap Rasulullah r. Dengan kedustaan, ia  menuduh bahwa beliau r menyembunyikan kebenaran. Dan tidaklah seseorang menuduh Nabi dengan tuduhan tersebut, kecuali seorang zindiq yang keluar dari Islam dan berusaha untuk memalingkan manusia dari Islam jika ia mampu. Karena Allah SWT telah memerintahkan Rasul-Nya SAW untuk menyampaikan kebenaran tersebut dalam firman-Nya:
“Wahai Rasul sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu oleh Rabbmu. Dan jika engkau tidak melakukannya, maka engkau tidak menyampaikan risalah-Nya.” (Al Maidah: 67)
Dari bahasan di atas, jelaslah bahwa Tasawuf bukan ajaran Rasulullah Saw dan bukan pula ilmu warisan dari ‘Ali bin Abi ThalibRa. Lalu dari manakah ajaran Tasawuf ini?
Asy-Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir Rhm  berkata: “Ketika kita telusuri ajaran Sufi periode pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka kita dapati sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia Muhammad SAW dan para shahabatnya yang mulia lagi baik, yang mereka adalah makhluk-makhluk pilihan Allah SWT di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi, dan zuhud Budha.” (At-Tashawwuf Al-Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28)
Asy-Syaikh Abdurrahman Al-Wakil Rhm berkata: “Sesungguhnya Tasawuf merupakan tipu daya setan yang paling tercela lagi hina untuk menggiring hamba-hamba Allah I di dalam memerangi Allah I dan Rasul-Nya r. Sesungguhnya ia (Tasawuf) merupakan topeng bagi Majusi agar tampak sebagai seorang Rabbani, bahkan ia sebagai topeng bagi setiap musuh (Sufi) di dalam memerangi agama yang benar ini.
Periksalah ajarannya! Niscaya engkau akan mendapati di dalamnya ajaran Brahma (Hindu), Buddha, Zaradisytiyyah, Manawiyyah, Dishaniyyah, Aplatoniyyah, Ghanushiyyah, Yahudi, Nashrani, dan Berhalaisme Jahiliyyah.” (Muqaddimah kitab Mashra’ut Tasawuf, hal. 19)
Kesesatan-Kesesatan Ajaran Tasawuf
Di antara sekian banyak kesesatan ajaran Tasawuf adalah:
1. Wihdatul Wujud, yakni keyakinan bahwa Allah I menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Demikian juga Al-Hulul, yakni keyakinan bahwa Allah I dapat masuk ke dalam makhluk-Nya.
Al-Hallaj, seorang dedengkot sufi, berkata: “Kemudian Dia (Allah) menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam bentuk orang (yang sedang) makan dan minum.” (Dinukil dari Firaq Al-Mua’shirah, karya Dr. Ghalib bin ‘Ali Iwaji, 2/600)
Ibnu ‘Arabi, tokoh sufi lainnya, berkata: “Seorang hamba adalah Rabb dan Rabb adalah hamba. Duhai kiranya, siapakah yang diberi kewajiban beramal? Jika engkau katakan hamba, maka ia adalah Rabb. Atau engkau katakan Rabb, kalau begitu siapa yang diberi kewajiban?” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah dinukil dari Firaq Al-Mu’ashirah, hal. 601)
Muhammad Sayyid At-Tijani meriwayatkan (secara dusta, pen) dari Nabi r bahwasanya beliau bersabda: “Aku melihat Rabbku dalam bentuk seorang pemuda.” (Jawahirul Ma’ani, karya ‘Ali Harazim, 1/197, dinukil dari Firaq Mu’ashirah, hal. 615)
2.  Seorang yang menyetubuhi istrinya, tidak lain ia menyetubuhi Allah SWT.
Ibnu ‘Arabi berkata: “Sesungguhnya seseorang ketika menyetubuhi istrinya tidak lain (ketika itu) ia menyetubuhi Allah!” (Fushushul Hikam).
3. Keyakinan kafir bahwa Allah SWT adalah makhluk dan makhluk adalah Allah SWT, masing-masing saling menyembah kepada yang lainnya.
Ibnu ‘Arabi berkata: “Maka Allah memujiku dan aku pun memuji-Nya. Dia menyembahku dan aku pun menyembah-Nya.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah).3
4. Keyakinan bahwa tidak ada perbedaan di antara agama-agama yang ada.
Ibnu ‘Arabi berkata: “Sebelumnya aku mengingkari kawanku yang berbeda agama denganku. Namun kini hatiku bisa menerima semua keadaan, tempat gembala rusa dan gereja pendeta, tempat berhala dan Ka’bah, lembaran-lembaran Taurat dan Mushaf Al Qur’an.” (Al-Futuhat Al-Makkiyyah).
Jalaluddin Ar-Rumi,  berkata: “Aku seorang muslim, tapi aku juga seorang Nashrani, Brahmawi, dan Zaradasyti. Bagiku, tempat ibadah adalah sama masjid, gereja, atau tempat berhala-berhala.”5
5. Bolehnya menolak hadits yang jelas-jelas shahih.
Ibnu ‘Arabi berkata: “Kadangkala suatu hadits shahih yang diriwayatkan oleh para perawinya, tampak hakikat keadaannya oleh seseorang mukasyif (Sufi yang mengetahui ilmu ghaib dan batin). Ia bertanya kepada Nabi r secara langsung: “Apakah engkau mengatakannya?” Maka beliau r mengingkari seraya berkata: “Aku belum pernah mengatakannya dan belum pernah menghukuminya dengan shahih.” Maka diketahui dari sini lemahnya hadits tersebut dan tidak bisa diamalkan sebagaimana keterangan dari Rabbnya walaupun para ulama mengamalkan berdasarkan isnadnya yang shahih.” (Al-Futuhat Al-Makkiyah).
6. Pembagian ilmu menjadi syariat dan hakikat.
Di mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan hakikat berarti ia telah mencapai martabat keyakinan yang tinggi kepada Allah I. Oleh karena itu, menurut keyakinan Sufi, gugur baginya segala kewajiban dan larangan dalam agama ini. Mereka berdalil dengan firman Allah I dalam Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99: yang mana mereka terjemahkan dengan: “Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu keyakinan.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rhm berkata: “Tidak diragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman, bahwa perkataan tersebut termasuk sebesar-besar kekafiran dan yang paling berat. Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nashrani karena Yahudi dan Nashrani beriman dengan sebagian isi Al Kitab dan mengkufuri sebagian lainnya. Sedangkan mereka adalah orang-orang kafir yang sesungguhnya (karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat hakikat tidak lagi terkait dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini, pen).” (Majmu’ Fatawa, 11/401)
Beliau juga berkata: “Adapun pendalilan mereka dengan ayat tersebut, maka justru merupakan bumerang bagi mereka. Al-Hasan Al-Bashri Rhm berkata: ‘Sesungguhnya Allah SWT tidak menjadikan batas akhir beramal bagi orang-orang beriman selain kematian’, kemudian beliau membaca Al Qur’an Surat Al-Hijr ayat 99, yang artinya: ‘Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu kematian’.”
Beliau melanjutkan: “Dan bahwasanya ‘Al-Yaqin’ di sini bermakna kematian dan setelahnya, dengan kesepakatan ulama kaum muslimin.” (Majmu Fatawa, 11/418)
7. Keyakinan bahwa ibadah kepada Allah SWT itu bukan karena takut dari adzab Allah SWT (an-naar/ neraka) dan bukan pula mengharap jannah Allah SWT. Padahal Allah SWT berfirman:
“Dan peliharalah diri kalian dari an-naar (api neraka) yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (‘Ali Imran: 131)
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada jannah (surga) yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (‘Ali Imran: 133)
8. Dzikirnya orang-orang awam adalah Laa ilaha illallah, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah  / Allah”, / huwa (dibaca: huu)”, dan / aah” saja.
Padahal Rasulullah r bersabda:
“Sebaik-baik dzikir adalah Laa ilaha illallah.” (HR. At-Tirmidzi, dari shahabat Jabir bin Abdullah Ra, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 1104).7
Syaikhul Islam t berkata: “Barangsiapa beranggapan bahwa Laa ilaha illallah adalah dzikirnya orang awam, sedangkan dzikirnya orang-orang khusus dan paling khusus adalah / Huwa, maka ia seorang yang sesat dan menyesatkan.” (Risalah Al-’Ubudiyah, hal. 117-118, dinukil dari Haqiqatut Tasawuf, hal. 13)
9. Keyakinan bahwa orang-orang Sufi mempunyai ilmu kasyaf (yang dapat menyingkap hal-hal yang tersembunyi) dan ilmu ghaib.
Allah I dustakan mereka dalam firman-Nya:
“Katakanlah tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui hal-hal yang ghaib kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
10. Keyakinan bahwa Allah SWT menciptakan Nabi Muhammad SAW dari nur/ cahaya-Nya, dan Allah I ciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad SAW.
Padahal Allah berfirman :
“Katakanlah (Wahai Muhammad), sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku …” (Al-Kahfi: 110).
“(Ingatlah) ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku akan ciptakan manusia dari tanah liat.” (Shad: 71)
11. Keyakinan bahwa Allah SWT menciptakan dunia ini karena Nabi Muhammad r.    Padahal Allah I berfirman:
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Keterangan para ulama di atas menunjukkan bahwa ajaran Tasawuf bukan dari Islam. Bahkan ajaran ini merupakan kumpulan dari ajaran-ajaran sesat yang berusaha disusupkan ke tengah-tengah umat untuk menjauhkan mereka dari agama Islam yang benar.
Sehingga jelaslah  kesesatan mereka dapat tidak akan pernah menjaga kestabilan negara, terutama dari azab Allah SWT. Dan pola hidup sufiyyah yang mengajarkan kepasrahan yang salah, menyebabkan enggannya umat melakukan produktifitas. Sehingga sufiyyah bukanlah berkah bagi suatu negeri tetapi kemunduran.
                         
Wallahu a’lam bish shawab.

(bilal/arrahmah)

Berita tentang kematian Amir Taliban Pakistan, palsu!


Siraaj
Senin, 16 Januari 2012 08:59:07
PAKISTAN (Arrahmah.com) -  Pihak Taliban Pakistan mengatakan bahwa berita terkait terbunuhnya Amir Taliban Pakistan, Hakimullah Mehsud adalah palsu, kemarin (15/1/2012).
Sebagaimana yang telah diduga sebelumnya, Abu Maaz Al Kohati mengatakan bahwa rezim Pakistan akan mempublikasikan berita palsu terkait kematian Amir Tehreek-e-Taliban Pakistan tersebut.
Hari ini (16/1), beberapa media mempublikasikan bahwa rezim Pakistan melalui pihak intelijennya mengatakan bahwa Amir Taliban Pakistan telah meninggal dalam perjalanan konvoi ke Waziristan Utara, pada hari Kamis (12/1).
Juru bicara Taliban Pakistan, Ihsanullah Ihsan membantah laporan palsu tersebut, dan mengatakan, “tidak ada kebenaran laporan mengenai kematian beliau. Amir selamat, Alhamdulillah.”
“Beliau adalah manusia biasa dan bisa meninggal kapan saja,” tambahnya.
Sebelumnya pada tahun 2010, telah beredar berita palsu terkait kematian Amir Hakimullah Mehsud.
Ihsanullah Ihsan juga menambahkan, bahwa bahkan jika Amir telah kehilangan nyawanya, ada banyak mujahidin yang dapat menggantikan beliau. Jihad tak akan berhenti hanya karena seorang pemimpin telah syahid.
Sebaiknya media-media mengambil sumber yang relevan terkait dengan pemberitaan mujahidin, dan tidak terpengaruh oleh pemberitaan yang tidak dapat dipercaya.
(siraaj/arrahmah.com)

Cegah pornoaksi dengan razia celana pendek, Komnas Perempuan kecam polisi


Bilal
Senin, 16 Januari 2012 20:12:27
JAKARTA (Arrahmah.com) - Niat baik Polisi Tangerang dengan melakukan peneguran terhadap perempuan bercelana pendek, ternyata mendapat respon yang negative dari komnas perempuan. Polisi sebelumnya telah memberi alasan bahwa mereka menegur adalah untuk menghindari tindak pornoaksi dan hal-hal yang tidak diinginkan. Tak dianggap oleh Komnas Perempuan.
“Seharusnya kata-kata tersebut tidak keluar dari aparat negara,” kata Wakil Ketua Komnas Perempuan Masruchah saat ditanya pendapatnya mengenai peristiwa tersebut di Jakarta(12/1).
Lebih dari itu Masruchah mengungkapkan bahwa polisi sebagai pelindung masyarakat seharusnya memposisikan diri sebagai pengaman, bukannya melarang dan berkata seolah remaja tersebut bisa menjadi penyebab tindak pornografi.
Menurutnya, dalam konteks kebebasan berekspresi seharusnya tidak ada pelarangan mengenai bagaimana perempuan boleh berpakaian.
“Kalau main larang dengan alasan bisa mengundang nafsu, sama saja polisi melempar tanggung jawab kepada perempuan,” tambahnya.
Sopan atau tidaknya berpakaian menurut kategori tertentu adalah masalah konteks kenyamanan. Perempuan seharusnya bebas berpakaian sesuai kenyamanan masing-masing.
Masruchah berujar bahwa kejahatan seksual bisa terjadi di mana pun dan pada siapa pun, bahkan pada yang berpakaian tertutup.
“Ini kan soal cara pandang ya. Seksualitas bukan ada di tubuh melainkan di pemikiran. Jika ada kasus kejahatan seksual, perempuan yang disalahkan karena dianggap mengundang,” ungkapnya.
Penyadaran harusnya diberikan kepada pelaku. Hal ini penting karena masalah moral adalah tanggung jawab seluruh masyarakat dan tentunya digerakkan oleh pemerintah.
Perubahan pola pikir dalam memandang seksualitas perempuan sebagai pemicu kejahatan seksual tentunya harus sihapuskan.
“Jika pakai celana pendek saja dilarang, bisa-bisa kemudian perempuan dilarang nonton bola dan lama-lama perempuan bisa dilarang keluar rumah,” tukas Masruchah.
Kejahatan seksual,berasal dari cara pandang?
Pelecehan terhadap wanita bukan hanya disebabkan oleh cara pandang. Karena dorongan seksualitas dibentuk dan dipicu pula oleh tampilan fisik, mustahil cara pandang dapat melakukan kejahatan seksual jika tidak ada pemicu yang membentuk cara pandang tersebut.
 Komnas perlindungan anak pada 2010, pernah menjelaskan perihal peningkatan pelecehan seksual terhadap anak akibat menonton film porno. Pada 2009, dari 1.998 pelapor, 14 hingga 16 persennya adalah laporan pelecehan seksual terhadap anak. Pada 2010 ini meningkat tajam. Dari 2.146 pelapor, 60 persennya adalah laporan kekerasan seksual terhadap anak.
“Pemicunya adalah VCD/DVD porno yang semakin mudah didapat,” ujarr Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait Rabu (3/11). Dia mengatakan, sejak di bangku kelas 4 dan 5, anak sudah menikmati tayangan film porno.
Arist mengatakan fonemena sekarang ini, film porno ditonton anak-anak yang baru mau beranjak dewasa. Anak kemudian tidak mampu mengontrol hasrat seksualnya sehingga melakukan kekerasan seksual terhadap lawan jenisnya yang masih seumuran atau di bawahnya. Kalau tidak, sesama anak-anak yang masih belasan tahun berhubungan suami-istri tanpa paksaan. “Ini parah,” cetusnya. (bilal/dbs/arrahmah.com)

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews