Kamis, 17 November 2011

Solo miliki satgas muda anti-rokok


Althaf
Kamis, 17 November 2011 10:59:27
SOLO (Arrahmah.com) – Sekelompok remaja berusia 20-an tahun berjajar di lokasi peresmian Klinik Berhenti Merokok di sejumlah Puskesmas di kota Solo, Rabu (16/11/2011). Mereka memakai seragam rompi bertuliskan ‘Satgas Muda Anti Rokok’.
Salah seorang remaja tersebut, Yogi, mengaku senang menjadi relawan anti rokok. Yogi aktif berkampanye menyadarkan keluarga, teman sebaya, tetangga, maupun warga lainnya dari bahaya merokok.
“Puskesmas sudah memberi kami pelatihan bagaimana cara membimbing dan menyadarkan teman-teman kami di karang taruna atau keluarga, pasti kan ada yang merokok, bagaimana cara kita memberi konseling kepada mereka agar bisa berhenti merokok,” tutur Yogi dikutip Voice of America.
Yogi menambahkan, “Kebetulan bapak saya juga perokok berat..satu hari bisa habis satu bungkus rokok berisi 12 puntung rokok ..secara intensif saya mendekati dan menyadarkan bapak saya dari bahaya merokok bagi kesehatan..sekarang bapak saya sudah mulai mengurangi 1-3 puntung rokok per hari..lumayanlah.”
Pemerintah kota Solo membentuk satgas muda anti rokok tersebut akhir Oktober kemarin sebagai langkah efektif mencegah dampak atau bahaya merokok. Kepala Dinas Kesehatan kota Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan para remaja sangat rentan menjadi perokok aktif. Menurut Siti, jumlah satgas muda anti rokok di kota Solo saat ini lebih dari 100 personil.
“Kami berusaha membentuk dari adik-adik di karang taruna..saya berharap dari pendidikan sebaya, jadi nanti akan kita perluas keterlibatan karang taruna hingga ke sekolah-sekolah..fungsinya ini sebagai kader anti asap rokok sehingga mereka nanti bertugas menegur..kita kan belum punya aturan daerah terkait larangan merokok.jadi sangsi itu belum ada, jadi kita edukasi saja dulu..ini saya lihat peranan yang sangat aktif dari adik-adik di karang taruna yang kita libatkan..ini sebagai entry point bagi pemerintah mengedukasi masyarakat,” papar Siti Wahyuningsih.
Selain pembentukan satgas muda anti rokok, pemerintah kota Solo mulai tahun depan melarang pemasangan papan reklame rokok di wilayahnya. Pemkot Solo juga menambah Klinik Berhenti Merokok di berbagai Puskesmas. (hdy/arrahmah.com)

Gaya hidup hedonis anggota DPR akar perilaku koruptif


Rasul Arasy
Rabu, 16 November 2011 17:42:45
JAKARTA (Arrahmah.com) – Setelah acara jalan-jalan para wakil rakyat yang dibungkus dengan nama studi banding, lagi-lagi para wakil rakyat kini menjadi sorotan. Kali ini terkait kemewahan para wakil rakyat di Senayan. Mobil mewah yang harganya miliran rupiah, membuat rumah rakyat di Senayan tampak seperti showroom mobil mewah. Ada Alphard, Hummer dan Bentley.

Menanggapi hal tersebut mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ikut angkat suara mengkritisi gaya hidup mewah anggota DPR. Kalla meminta anggota DPR tidak membuat jarak dengan rakyat.
“Berhenti hidup mewah lah. Pantas tidaknya, itu masing-masing. Tapi, sebagai wakil rakyat ya jangan jauh-jauh dari rakyat,” kata Kalla yang juga Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat ini di Jakarta, Rabu (16/11/2011).
Bahkn mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Adnan Buyung Nasution mengungkapkan bahwa gaya hidup parlente dan hedonisme yang dilakukan oleh para anggota dewan sudah masuk ke dalam fase degradasi moral dan etika.
Buyung menilai para pejabat sudah mengarah kepada sistem oligarki, yakni menyatukan kekuasaan dan uang. Hal inilah yang kemudian membuat sejumlah anggota dewan menonjolkan kehidupan parlente untuk mendapat pengakuan kekuasaan.
“DPR-nya yang enggak benar. Untung saja sekarang ini belum ada demo-demo untuk bubarkan DPR seperti tahun 1950. Bisa saja nanti kalau sudah kehabisan kesabaran dengan DPR, bisa didemo,” kata Buyung.
Terkait gaya hidup mewah para politisi tersebut, pertama kali diungkapkan oleh Busyro Muqoddas. Busyro adalah Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia tidak sekedar menyinggung mobil mewah, tapi juga menyebut gaya hidup hedonis sejumlah politisi.
“Mereka sangat perlente. Mobil dinas saja Crown Royal Saloon yang jauh lebih mewah dari mobil perdana menteri negeri tetangga. Mereka lebih mencerminkan politisi yang pragmatis-hedonis,” kata Busyro.
Sentilan itu disampaikan dalam pidato kebudayaan, yang berlangsung di Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Kamis 10 November 2011. Busyro menambahkan bahwa lembaga negara dihuni pemberhala nafsu dan politik kekuasaan dengan moralitas rendah, adalah akar dari segenap perilaku koruptif. Jika tidak segera dicegah, korupsi bisa membenamkan bangsa ini.
Segencar kritikan yang ditujukan segencar itu pulalah bantahan yang diterima rakyat. Para pemilik mobil-mobil itu membantah bahwa mobil-mobil itu adalah hasil patgulipat. Mereka mengaku membeli mobil-mobil itu dengan hasil keringat sendiri. Dari berdagang sebelum menjadi wakil rakyat.
Dengarlah penjelasan Herman Hery. Dia politisi dari PDI Perjuangan. Memiliki mobil Bentley yang harganya miliaran rupiah. “Saya ini pengusaha. Apa dosa kalau anggota DPR punya mobil bagus?” kata Herman kepada wartawan di Gedung DPR, Selasa (15/11). Mobil itu, katanya, dibeli awal 2004.
Herman mengaku sudah melaporkan ihwal mobil Bentley itu ke KPK. “Harta kekayaan saya Rp28 miliar dan apa salahnya kalau punya mobil bagus,” katanya.
Herman memang sudah melaporkan jumlah kekayaanya kepada lembaga negara. Dari laporan Hery kepada LHKPN tanggal 24 Februari 2010 diketahui bahwa total harta kekayaan Rp23,4 miliar dan US$330.000. Sementara kendaraan yang dilaporkan antara lain Aphard dan Range Rover.
Ironisnya, Herman adalah wakil rakyat dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur, propinsi yang masih tergolong miskin dan angka kematian anak dan ibunya cukup tinggi. Selain sebagai anggota DPR, Herman juga tercatat sebagai Ketua Umum Harley Owners Group dan Presiden Komisaris PT Dwimukti Group.
Politisi Golkar Bambang Soesatyo tampak enggan mengomentari isu hedonisme dan mobil mewah anggota DPR itu. Bambang sendiri memiliki Bentley dan Hummer. Dua mobil itu, katanya, dibeli sebelum menjadi anggota DPR dan telah dimasukkan dalam Laporan Harta Kekayaan di KPK.
Terkait hal tersebut Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, mengimbau anggota DPR yang bergaya hidup mewah untuk lebih berempati kepada rakyat yang mereka wakili.
“Banyak terjadi cara hidup ya’ng tidak pantas di tengah rakyat yang mau cari makan saja masih susah,” kata Mahfud.
Gaya hidup mewah sebagian anggota DPR, kata Mahfud, bisa memicu tindakan memperkaya diri sendiri seperti korupsi.
Hal ini tentu sangat bertolak belakang dengan tauladan yang dicontohkan oleh para khalifah, khususnya Umar bin Abdul Aziz yang dijuluki sebagai Khulafaur Rasyidin kelima. Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz melakukan gebrakan yang tidak biasa dilakukan arja-raja Dinasti Umayyah sebelumnya. Umar menolak kendaraan dinas. Ia memilih menggunakan binatang tunggangan miliknya sendiri.
Al-Hakam bin Umar mengisahkan, ”Saya menyaksikan para pengawal datang dengan kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, ’Bawa kendaraan itu ke pasar dan juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik kendaran ini saja (hewan tunggangan).’”
Bahkan suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Ia berkata kepada istri Umar, ”Tidakkah engkau cuci bajunya?” Fathimah menjawab, ”Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain selain yang ia pakai.”.
Sungguh kami merindukan pemimpin yang lebih takut akan amanahnya dalam mensejahterakan rakyatnya dibandingkan mementingkan kesejahteraan dirinya sendiri. Wallohua’lam. (dbs/arrahamah.com)

Australia buka pendaftaran pertukaran tokoh muslim muda


Althaf
Kamis, 17 November 2011 10:19:34
KUPANG (Arrahmah.com) – Pemerintah Austalia membuka kesempatan Pertukaran Tokoh Muslim Muda Indonesia Australia (MEP) untuk membangun hubungan baik antara masyarakat Muslim di kedua negara dengan meningkatkan pemahaman dan pengertian akan peranan agama dalam masyarakat di masing-masing negara.
Program yang didanai Pemerintah Australia itu dan dilaksanakan oleh Australia-Indonesia Institute (AII), pada 2005 ditetapkan sebagai salah satu program AII unggulan. Sampai sekarang 27 peserta Australia dan 82 peserta Indonesia telah ikut serta dalam program ini,” kata pengelola program MEP, Angky, melalui telepon genggamnya di Kupang, Selasa (15/11/2011).
Ia mengatakan program ini melibatkan kelompok muda Muslim tokoh masyarakat dari berbagai profesi (seperti penulis, pegawai pemerintah, akademisi,dan pekerja lembaga swadaya masyarakat dan organisasi keagamaan), untuk kunjungan beberapa minggu ke Australia dan sebaliknya kunjungan serupa oleh mitra mereka dari Australia.
Kunjungan peserta Australia difokuskan agar peserta mendapat pemahaman dengan menyaksikan langsung keberadaan aliran Islam di Indonesia, begitu pula bagi peserta Indonesia agar dapat membuka mata terhadap kemajemukan masyarakat di Australia.
“Calon peserta diwawancarai dan diseleksi oleh sebuah panitia independen berdasarkan kemampuan dan keluasan jaringan kerja mereka dan dapat bertindak sebagai duta bangsa dan peserta dalam dialog lintas agama,” katanya.
Australia-Indonesia Institute (AII) didirikan oleh Pemerintah Australia pada bulan April 1989 bertujuan untuk meningkatkan saling pengertian yang lebih luas di antara masyarakat Indonesia dan Australia.
Australia-Indonesia Institute menyelenggarakan program spesial, Pertukaran Tokoh Muslim Muda antara Indonesia dan Australia, dimana tokoh/aktivis muslim muda dari Indonesia akan mengunjungi Australia selama 2 minggu dan bertemu baik Muslim maupun non-Muslim untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Sebaliknya tokoh muslim muda Australia juga mengunjungi Indonesia dalam program yang sama.
Australia-Indonesia Institute mendukung program pertukaran ini untuk meningkatkan pemahaman terutama mengenai peran dari agama di masing-masing negara.
Program ini juga ditujukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap Islam di kedua negara dan untuk meningkatkan kesadaran mengenai keanekaragaman budaya di Australia maupun Indonesia. (ant/arrahmah.com)

Mengapa Obama (harus) ditembak ?


 

Kamis, 17 November 2011 10:59:25
Hari ini, Kamis (17/11) pemimpin perang salib baru, yang juga seorang presiden Amerika Serikat, Barack Obama dijadawalkan tiba di Indonesia. Kunjungan pemimpin negara agresor teroris nomer wahid tersebut diwarnai dengan aksi Gerakan Tolak Obama. Bahkan, beberapa hari sebelumnya, Oscar Ortega Hanandez (21) pada hari Jum’at malam (11/11) menembaki kantor Obama di Gedung Putih. Mengapa Obama (harus) ditembak ?
Bagi kaum Muslimin, tangan Obama berlumuran darah. Obama, sebagaimana presiden-presiden Amerika terdahulu telah memilih untuk memimpin perang salib baru yang artinya membunuhi kaum Muslimin, laki-laki, wanita, orang tua dan anak-anak di Afghanistan, Irak, dan negara-negara Muslim lainnya dengan dalih “Perang Melawan Terorisme”. Karena itu, nyawa Obama menjadi incaran dimanapun dia berada.
Muslim Against Crusades (MAC), sebuah komunitas Muslim di Inggris, pernah mengeluarkan pernyataan pers terkait aksi teror terakhir Obama kepada kaum Muslimin dengan judul “Bolehkah presiden Barack Obama dibunuh? Pernyataan ini dikeluarkan MAC setelah Obama – pimpinan perang salib ini -‘mengeksekusi’ dua pahlawan Muslim, Syekh Usamah bin Laden, dan terakhir Syekh Anwar Al Awlaki.
Membunuh, pilihan perang Obama
Salah satu alasan mengapa presiden Obama “layak” dihabisi, menurut MAC karena Obama dalam waktu kurang dari setengah tahun telah merencanakan dan melakukan proses pembunuhan kepada dua orang Muslim yang paling berpengaruh dalam sejarah modern dan merupakan pahlawan bagi kaum Muslimin, yakni Syekh Usamah bin Laden r.h. dan Syekh Anwar Al Awlaki r.h.
Serangan brutal dan pengecut pesawat tanpa awak, drone, telah menghancurkan segala harapan rekonsiliasi, karena ia telah membuat jelas sikap politik dan militer Amerika Serikat kepada kaum Muslimin, yakni hanya menembak dan membunuh, dan tidak ada maksud untuk menahan atau memeriksa. Tidak ada negoisasi, tidak ada aturan hukum, proses, atau apapun juga.
Hak asasi manusia dan keadilan (yang selama ini selalu digembar-gemborkan Amerika) telah kehilangan semua relevansinya dalam “perang” yang dipimpin Obama. Senjata favorit pilihanya, adalah operasi pembunuhan. Obama telah berhasil meyakinkan seluruh dunia bawa dia benar, bahwa pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan dapat dibenarkan sepanjang Anda (Islam dan kaum Muslimin) adalah musuhnya.
Jangan sambut Obama dengan karangan bunga dan tepuk tangan
Pendahulu Obama-juga pemimpin perang salib yang kejam-Bush, pernah mendapat ancaman jebakan dan bom dari seorang mujahid asal Amerika, Azzam Al Amriki. Dalam video yang dikeluarkan oleh Departemen Media As-Sahab, pria bernama asli Adam Gadahn ini menyerukan:
“Sambut dia (Bush) bukan dengan bunga dan tepuk tangan, tapi sambut dengan jebakan dan bom, ” ujarnya. “Saya sampaikan seruan mendesak ini pada saudara-saudaraku, para Mujahidin terutama di Palestina dan semenanjug Arabia, agar bersiap-siap menyambut pelaku Perang Salib, Bush si pembantai… Dengan bom-bom, ” sambungnya.
Ancaman serius ini disampaikan Gadahn alias Azzam Al Amriki ketika Presiden AS George W. Bush berencana berkunjung ke Israel untuk membicarakan upaya perdamaian Israel-Palestina.
MAC dalam rilisnya di bagian akhir melemparkan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada masyarakat barat, “Apakah membunuh presiden Barack Obama diperbolehkan?”, yakni atas apa yang telah dilakukannya terhadap Islam dan kaum Muslimin. Jika jawabannya tidak, maka kami bertanya mengapa?
Dan jika jawabannya adalah ya, maka kami bertanya kembali berapa banyak orang yang cenderung (berani) untuk mengulang kengerian pada tahun 1963 (pembunuhan presiden Amerika, John F. Kennedy, pada tanggal 22 November, 1963) terhadap orang yang sangat jahat ini?
Apakah aksi Oscar Ortega Hanandez (21), seorang warga negara AS pada hari Jum’at malam (11/11) yang menembaki kantor Obama di Gedung Putih merupakan jawaban atas pertanyaan di atas?
Lucunya pihak kepolisian Pennsylvania yang menahan Oscar langsung menuduh dirinya mengalami ganggunan jiwa dan dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak minggu lalu. Padahal kalau melihat foto Oscar yang telah dipublikasikan, tentu siapapun akan berpendapat bahwa Oscar bukanlah orang yang mengalami gangguan jiwa, bahkan sangat sehat dan sadar sekali akan apa yang dilakukannya, yakni menembak Obama!
AS tempatkan pasukan perang salib di Australia
Sebelum berkunjung ke Bali hari ini (17/11), Obama sudah terlebih dahulu menemui sekutu perang salibnya di kawasan Asia Pasifik, yakni Australia. Kesepakatan yang terjadi, AS akan menempatkan pasukan salibnya sebanyak 2.500 marinir di Darwin, Northern Territory, Australia. Lokasi ini hanya berjarak 820 Km dari wilayah dimana kaum Muslimin terbesar di dunia tinggal, Indonesia. Apa yang akan dilakukan AS?
Presiden pembantai kaum Muslimin Obama dan PM Australia Julia Gillard sebagai antek-antek sekutu telah mengumumkan rencana peningkatan peran militer AS di Asia Pasifik. Langkah yang dilakukan dengan menempatkan 2.500 pasukan marinir AS di Darwin, Australia. Apakah ini sebuah petanda AS akan segera melancarkan perang salib ke negeri kaum Muslimin terbesar di dunia ini?
Pengamat terorisme, Al Chaidar berpendapat ancaman kepada Obama serius. Menurutnya, Obama adalah “hajat besar” bagi jaringan “teroris” Indonesia. Karena, bila terjadi apa-apa dengan Obama di Indonesia, dianggap sebagai prestasi besar untuk ditunjukan kepada mujahidin-mujahidin lainnya di Timur Tengah.
Kehadiran orang nomor satu negeri ‘Paman Sam’ di Indonesia, bagi para mujahid itu sebagai sebuah peluang membunuh Obama tanpa harus jauh-jauh datang ke AS. “Bagi mereka ini (Obama) sasaran empuk, dan mereka (teroris) sudah mempersiapkan tentunya,” jelasnya.
Karena selalu menjadi sasaran tembak, maka tidak aneh jika penjagaan Obama super ketat. Dua mobil limousine yang berkode “Cadillac One” dan juga berjulukan “The Beast” dikabarkan sudah nongkrong di Bali sejak Selasa (15/11) siang.
The Beast atau mobil yang akan membawa Obama ini dikabarkan anti peluru tercanggih, dengan harga US$300 ribu, dan juga anti serangan roket granat. Kaca antipeluru supertebal juga ampuh menangkal serangan gas air mata dan senapan gas. Saking tebalnya, suara kerumunan orang di luarnya hanya terdengar melalui pengeras suara internal.
Untuk melengkapi kaca antipeluru itu, bodi mobil setangguh kendaraan militer dengan ketebalan sampai 5 inchi. Bannya bisa melaju dalam jarak relatif jauh meski tertusuk benda tajam. Sementara, berat pintunya setara dengan pintu kabin Boeing 757.
Tentu saja, seluruh gembar-gembor kecanggihan dan kehebatan pengawalan Obama tetaplah upaya dan hasil kerja manusia yang kadang-kadang “gagal” dan memiliki human error. Peristiwa lolosnya seorang tukang kebun, I Nyoman, dengan sepeda onthelnya di kawasan steril depan podium SBY pada acara Aerobatik ASEAN Fair 2011 di Nusa Dua Bali, adalah contohnya. Apakah kejadian serupa akan terjadi lagi pada kunjungan Obama kali ini?
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Kamis, 21 Dzulhijjah 1432 H/ 17 November 2011 M
Ar Rahmah Media Network
http://arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2011 Ar Rahmah Media Network

Selasa, 15 November 2011

The Untold Story: Kisah-kisah nyata syaikh Usamah bin Ladin yang belum pernah dipublikasikan (4/tamat)


Saif Al Battar
Selasa, 15 November 2011 14:47:18
(Arrahmah.com) –  Bagaimana taktik syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah untuk menguras energi, personil, dan persenjataan Amerika dan sekutunya di pegunungan Afghan sejak invasi militer pada bulan Oktober 2011? Di tengah gencarnya bombardir militer ISAF terhadap posisi mujahidin Afghan, bagaimana cara syaikh Usamah membangkitkan semangat tempur para komandan dan ikhwah mujahidin? Bagaimana jalannya perang dalam masa-masa paling berat pasca mundurnya Taliban dari Kabul tersebut? Asadul Jihad ats-Tsani menuturkan kembali momen-momen krusial tersebut dalam artikel berikut ini.
Kisah # 43
Syaikh Usamah bukan tipe orang yang memaksakan kehendaknya dalam urusan militer maupun urusan strategi. Beliau juga belum pernah diketahui memaksakan pendapat pribadinya. Tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, beliau selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan.
Kisah # 44
Pernah beliau memberikan arahan kepada mujahidin untuk pergi dari Afghanistan ke Kuwait pada saat Saddam Husain menyerang Kuwait. Arahan itupun dilaksanakan. Pada saat Saddam Husain melancarkan serangan pada tanggal 2 Agustus 1990, para ikhwah mujahidin telah sampai di Kuwait pada tanggal 10 Agustus 1990, hanya berselang 8 hari saja. Pada saat itu Syaikh Usamah terus memantau reaksi negara-negara Arab. Beliau berpendapat untuk melakukan gencatan senjata sementara dengan negara-negara Arab untuk bersama-sama membendung serangan Saddam Husain. Namun ketika beliau mulai yakin bahwa negara-negara Arab tidak lain hanya alat yang dimainkan oleh Amerika, yang hanya melaksanakan arahan-arahan Amerika, beliau menurunkan perintah agar para ikhwah keluar dari Kuwait dan kembali ke Afghanistan, sementara para ikhwah yang memang belum sampai Kuwait diperintahkan untuk membatalkan kepergian mereka ke Kuwait, karena beliau mulai mencium gelagat pengkhianatan dari negara-negara Arab terhadap dirinya dan para ikhwah.
Kisah # 45
Beliau sangat dermawan sekali. Beliau selalu berpesan kepada para komandan agar memuliakan para ikhwah mujahidin dalam makanan dan hal-hal yang mereka perlukan, dan agar jangan sekali-kali menolak apapun yang mereka minta. Satu saat beliau pernah mengatakan kepada para komandan mujahidin dengan nada bercanda: “Kalaupun mereka meminta Jisburger, berikan apa yang mereka minta.”
Kisah # 46
Para ikhwah yang berhijrah ke Afghanistan dengan keluarganya beliau berikan uang bulanan dan rumah khusus.
Kisah # 47
Ada seorang ikhwah yang datang dengan tidak membawa senjata ke pegunungan Tora Bora, pada saat yang sangat genting bersamaan dimulainya serangan bangsa Salibis ke Afghanistan. Maka Syaikh Usamah pun mengambil senjata anaknya dan diberikan kepada ikhwah tadi. Hal itu karena beliau sangat dermawan dan itsar (mementingkan orang lain). Demikianlah penilaian kami terhadap beliau.
Kisah # 48
Beliau sering kali berdiam diri dan berfikir. Sampai-sampai pernah beliau ditanya ketika beliau berada di pegunungan Afghanistan pada waktu perang melawan Rusia dulu, apa yang membuat beliau sering berfikir. Beliau menjawab: “Saya berfikir untuk memerangi Amerika.”
Kisah # 49
Strategi beliau sebagaimana yang selalu diajarkannya kepada para pengikutnya adalah: Kita harus potong kepala ular – yaitu Amerika – sampai semua kekuatannya tumbang, mengikuti kepalanya.
Kisah # 50
Ketika para ikhwah datang berbondong-bondong, pada tahun 90-an, para ikhwah meminta kepada beliau untuk berperang melawan para thaghut di negara-negara Arab, jawaban beliau kepada mereka adalah: “Kita harus potong kepala ular, dan menunda konfrontasi dengan para thaghut. Karena para thaghut itu akan ikut tumbang dengan tumbangnya kepalanya. Mereka itu terlalu lemah untuk bisa tetap eksis setelah Amerika tumbang.”
Kisah # 51
Beliau selalu konsisten dengan prosedur keamanan yang sangat ketat dalam semua amaliyat (operasi). Namun beliau tetap berusaha memompa semangat para ikhwah dengan menyebutkannya secara isyarat. Contohnya, beliau pernah mengatakan kepada para ikhwah di Afghanistan ketika para ikhwah mereka yang lain telah berangkat untuk melakukan penyerangan ke Amerika, beliau mengatakan: “Doakanlah ikhwan-ikhwan kalian karena mereka telah sampai ke target sasaran.” Beliau juga mengatakan: “Ikhwan-ikhwan kalian dapat melihat target sasaran mereka dari balik jendela.” Hal itu karena gedung yang akan dihancurkan mujahidin sangat menjulang tinggi yang dapat mereka lihat dari balik jendela tempat tinggal mereka. Sementara ikhwah yang lain tidak mengerti apa sebenarnya target yang akan menjadi sasaran serangan.
Kisah # 52
Di antara kata-kata yang beliau ucapkan setelah serangan yang penuh berkah di Amerika tersebut, adalah: “Hari ini kita yang menyerang mereka, bukan mereka yang menyerang kita.”
Kisah # 53

Beliau pernah mengatakan kepada para komandan beliau yang sedang berbaris di hadapan beliau, untuk memompa semangat mereka seperti yang biasa beliau lakukan: “Jika antum bersabar bersamaku, niscaya akan aku telan yang basah dan yang kering (baca: semua yang ada, pen.) insya Allah.”
Kisah # 54
Beliau juga pernah menjanjikan kepada mereka, jika Allah memberikan kejayaan kepada beliau maka beliau akan memberikan para ikhwah jabatan masing-masing. Si A, antum akan saya berikan jabatan di wilayah A. Si B, antum akan saya beri jabatan di wilayah B, antum atur semua urusan di sana. Dan seterusnya.
Kisah # 55
Beliau juga pernah mengatakan kepada para ikhwah: “Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, saya benar-benar melihat kemenangan sebagaimana saya melihat antum sekarang di hadapanku.”
Kata-kata beliau ini sangat berkesan dalam jiwa para ikhwah dalam memompa semangat mereka. Satu kali beliau berkata kepada para ikhwah: “Siapa Usamah bin Ladin itu, dan apa yang bisa dia perbuat, jika bukan karena Allah kemudian antum sekalian serta dukungan dan jihad antum.” Kata-kata beliau ini bisa membalik 180 derajat semangat para ikhwah (saat mereka loyo, pen). Beliau memang benar-benar komandan besar.
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 56

Di antara yang diucapkan beliau kepada para ikhwah adalah: “Antum jangan sedih jika Amerika membombardir kita. Kita akan beli Zukiak — senjata anti pesawat —, di pasar yang harganya hanya 500 dolar. Sementara coba antum pikirkan dan hitung berapa harga bom yang mereka tembakkan, biaya mengangkutnya dari ujung dunia sana, mengaktifkannya kemudian menggunakannya, pesawat dan para pilotnya, pelatihan penggunaannya dan seterusnya, bandingkan dengan biaya yang kita perlukan untuk menembakkan Zukiak. Berapa besar biaya yang menguras anggaran mereka dan berapa biaya yang kita keluarkan?”
Kisah # 57
Sesaat sebelum serangan Salibis dan setelah serangan 11 September, Syaikh Usamah membangun banyak sekali bangunan, dalam waktu yang sangat singkat dan berada di dekat muaskar (kamp pelatihan militer mujahidin) Al-Faruq, dari uang pribadi beliau. Maka dalam waktu sekejap beliau telah menyelesaikan pembangunan banyak sekali rumah tanpa ada pintu dan jendelanya. Tapi dari pesawat nampak seperti rumah sungguhan. Beliau menatangkan banyak sekali pekerja untuk menyelesaikan proyek tersebut dalam waktu singkat, di mana pada waktu tersebut beliau mengumumkan seruan jihad. Kemudian beliau mengarahkan dua orang ikhwah untuk duduk di atas gunung yang berhadapan dengan muaskar tersebut, yakni gunung Quba, untuk memantau serangan Amerika sampai selesai.
Dua ikhwah tadi menceritakan: “Amerika mengirimkan satu rudal untuk satu rumah, sementara tidak ada satu rumah pun yang dibangun Syaikh Usamah kecuali dijatuhi bom atau rudal. Dengan begitu beliau telah berhasil menguras anggaran mereka dengan taktik yang sangat unik dan mengagumkan.”
Kisah # 58
Syaikh Usamah memberikan arahan kepada para ikhwah untuk menyiapkan lampu-lampu dan menyalakannya di atas pegunungan dalam waktu yang berselang-seling dan di tempat yang terpisah-pisah. Beliau memerintahkan agar lampu-lampu tersebut dinyalakan sesaat sebelum matahari terbenam supaya tidak ada yang melihat ketika menghidupkannya karena masih ada sinar matahari.

Kemudian para ikhwah harus sudah menjauh dari posisi lampu-lampu tersebut sebelum gelap. Sehingga setelah gelap lampu-lampu itu nampak bersinar seolah-olah di sekelilingnya ada sekelompok mujahidin padahal para ikhwah telah jauh meninggalkan tempat-tempat tersebut. Maka Amerika pun menghujani tempat-tempat tersebut dengan bom-bom cerdas (smart bomb) yang dungu seperti mereka juga. Dengan begitu mereka telah menghabiskan biaya ribuan dolar sementara para ikhwah hanya kehilangan sebuah lampu saja.
Kisah #59
Beliau benar-benar telah membuat persiapan yang sangat besar untuk menghadapi Amerika ketika di Tora Bora. Beliau telah memprediksikan sebelumnya bahwa nantinya pasti ada penurunan pasukan udara mereka dalam jumlah yang sangat besar, hal itu karena mereka telah mengetahui bahwa Syaikh Usamah dan sejumlah pimpinan mujahidin ada di sana. — Ini bisa jadi memang Syaikh Usamah sendiri yang sengaja membuat mereka mengetahui posisi beliau untuk memuluskan sebuah rencana yang telah beliau persiapkan sebelumnya —.
Beliau membagi para ikhwah menjadi beberapa kelompok di beberapa titik. Masing-masing kelompok beliau pilih seorang amir, juga di masing-masing kelompok beliau tempatkan seorang dokter dan lain-lain yang tidak akan kami ceritakan lebih detil lagi. Kemudian kelompok-kelompok tersebut beliau sebar di pegunungan Tora Bora, sambil menunggu penurunan pasukan udara Amerika. Para ikhwah terus menunggu, akan tetapi … tikus-tikus Amerika itu terlalu pengecut untuk melakukan konfrontasi.
Tak tik beliau ini kalau berjalan sesuai dengan rencana tentu akan menjadi ladang pembantaian terhadap pasukan Amerika, dan tidak akan ada seorang tentara Amerika pun yang akan disisakan hidup. Akan tetapi ini adalah takdir Allah SWT dan apa yang Allah SWT kehendaki pasti Ia laksanakan.
Dan masih banyak lagi taktik- taktik beliau yang lainnya.
Menjulang bak gunung di tengah-tengah kita …
Tidak sudi menundukkan kepala kepada kekafiran …
Memberi pelajaran kepada para tiran …
Sambil menghunuskan pedangnya …
Hari ini engkau menjadi simbol …
Demi Allah, alangkah cemerlangnya engkau wahai Usamah …
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 60
Rumah beliau di Kandahar sangatlah sederhana, terbuat dari tanah. Demi Allah, alangkah cemerlangnya, engkau seorang komandan yang rendah hati.
Kisah # 61
Rumah beliau tidak ada bedanya dengan rumah-rumah ikhwah yang sudah berkeluarga.
Kisah # 62

Pernah ada seorang ikhwah masuk rumah beliau, setelah penyerangan 11 September dan beberapa hari sebelum bangsa Salibis melakukan serangan besar-besaran (ke Afghan). Ikhwah ini mau memindahkan barang-barang Syaikh Usamah untuk kemudian menyingkir. Ikhwah kita ini mendapatkan ada sebuah ruangan kecil di rumah Syaikh Usamah dan di dalamnya tidak ada apa-apa selain sehelai sajadah. Ikhwah ini pun mengira bahwa ruangan ini sebelumnya adalah sebuah gudang dan telah dikosongkan sebelum ia datang. Maka anak Syaikh Usamah pun mengatakan kepada ikhwah tersebut: “Ruangan ini bukan gudang, tapi ini adalah tempat yang digunakan ayahku, Usamah untuk berkhalwat (menyendiri dalam beribadah kepada Allah SWT).”
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 63
Rumah beliau terletak di sebuah desa yang biasa disebut dengan Desa Syaikh Usamah. Di desa ini terdapat sebuah lapangan voli. Terkadang Syaikh Usamah bermain voli bersama penduduk desa tersebut.
Ya, penduduk desa tersebut bermain bola voli tapi … menggunakan bola kaki yang berat itu. Apakah antum merindukan untuk duduk bersama dengan Syaikh antum? Semoga Allah melindungi beliau.
Kisah # 64
Beliau senang sekali jalan kaki. Beliau juga sering berpesan agar kita melakukan perjalanan jauh. Hampir menjadi suatu kewajiban bagi beliau untuk melakukan jalan kaki dua kali seminggu sejak ba’da Subuh sampai ba’da shalat Isya’. Dua kali. Minimal sekali seminggu.

Dan kini nasehat beliau ini mulai kelihatan manfaatnya.
Kisah # 65
Beliau selalu berpesan kepada para ikhwah untuk selalu waspada. Beliau juga selalu mengingatkan agar jangan gampang-gampang meninggalkan senjata dan rompi megazin (peluru).
Meskipun melihat orang lain gampang-gampang meninggalkan senjata dan rompi megazin,  maka tetaplah jangan gampang-gampang memperlakukan senjatanya.
Kisah # 66
Teguh pendirian, berjiwa kuat, dan hati-hati dalam mengambil keputusan.
Kisah # 67
Senantiasa tersenyum, tidak marah kepada sahabat-sahabat beliau, dan beliau selalu mencarikan udzur jika mereka berbuat salah.
Kisah # 68
Setelah musuh mulai berkumpul pada awal serangan Salibis, yang paling banyak beliau pesankan kepada para ikhwah adalah agar selalu memperbanyak dzikir, dan memperbanyak mengucapkan: “Hasbunallah wa ni’mal wakil.”
Kisah # 69
Beliau senang mendengarkan syair-syair dari para ikhwah, apalagi jika yang melantunkannya adalah pengarangnya sendiri. Beliau juga senang mendengar berbagai nasyid, dan bahkan beliau memberikan penilaian kelebihan satu nasyid dengan nasyid lainnya. Dan ketika beliau mendengarkan nasyid Syaima’ Tabki (Syaima’ Menangis, mengisahkan remaja putri Palestina yang melahirkan anak hasil diperkosa oleh tentara zionis Yahudi, pen) beliau duduk sambil menangis. Beliau terus duduk mendengarkannya sambil menangis sampai nasyid itu selesai.
Kisah # 70
Ketika beliau mendengar nasyid Bada-al Masiru Ilal Hadaf (Telah Dimulai Perjalanan Menuju Tujuan), beliau tersenyum sambil mengatakan: “Telah dimulai perjalanan menuju tujuan.”
Kisah # 71
Sebagian ikhwah ada yang bercerita bahwa Syaikh Usamah mengunjungi mereka — sebagaimana kebiasaan beliau — , tapi ketika hari-hari terakhir beliau semakin sering mengunjungi mereka sampai 7 atau 8 kali secara berturut-turut. Lalu ada seorang ikhwah mengatakan kepada ikhwah yang lain di antara mereka — dengan bergurau —: “Kayaknya kaki Syaikh Usamah telah ringan.”
Setelah itu terhentilah kunjungan beliau kepada mereka sehingga mereka bersedih dan merasa rindu kepada beliau. Sampai mereka hitung satu bulan penuh, beliau tidak mengunjungi mereka. Maka para ikhwah pun memarahi ikhwah yang mengucapkan kata-kata tadi dan menuduhnya telah mengenai Syaikh Usamah dengan ‘ain nya. Lalu mereka pun berjanji untuk tidak lagi mengatakan kata-kata semacam itu meskipun bergurau.
Saya ceritakan kisah ini supaya para pembaca yang mulia memperhatikan gurauan semacam ini.
Kisah # 72
Terakhir … saya ada sedikit catatan tentang kemunculan terakhir Sang Singa Islam dalam video yang berjudul Al- Hall, saya katakan: Ketika Amerika hendak menyerang negeri-negeri kaum muslimin, Amerika datang dengan membawa agama dan peradabannya. Mereka mempromosikan bahwa agama dan peradaban mereka itu yang paling baik buat kita. Mereka mengaku menyebarkan demokrasi dan kebebasan, program ‘sepele’ untuk Timur Tengah, kebebasan wanita, kesepahaman perdagangan, dan propaganda keunggulan kehidupan Barat. Kemudian usaha mereka sampai puncaknya dengan melakukan penyerangan kepada kaum muslimin. Namun usahanya ini gagal total. Yang saya baca dari ceramah Syaikh Usamah terakhir ini, di mana beliau menyampaikan ‘solusi’ buat bangsa Amerika, ini hanyalah sebuah permulaan dari sesuatu yang akan segera terjadi yang merupakan kebalikan dari apa yang dilakukan Amerika ketika hendak menjajah negeri-negeri kita. Saya serahkan kepada para pembaca yang mulia untuk menebak sendiri apa sesuatu tersebut.

Pembahasan tentang sifat-sifat Syaikh Usamah bin Ladin ini sangatlah panjang. Jika kita ingin duduk membahas sifat-sifat dan kata-kata yang pernah beliau ucapkan, kita pasti akan menghabiskan banyak sekali halaman dan buku, namun demikian kita tidak akan mungkin dapat menggambarkan semuanya secara sempurna.
Di sini saya ingin mengisahkan hal-hal yang bermanfaat buat semua kalangan dalam semua ragamnya, dan saya tidak mengingat satu kalangan masyarakat tertentu kecuali pasti saya sampaikan kisahnya minimal satu.
Saya berharap tidak ada seorang pun yang selesai membaca kisah ini kecuali ia mengambil pelajaran darinya, kemudian menyampaikan dan menjelaskan kepada orang lain pelajaran apa yang ia dapatkan itu. Dalam kisah ini banyak hal yang saya sampaikan secara sekilas selain juga banyak hal yang tidak saya ceritakan. Dan jika saya tahu bahwa ada sebagian orang yang menganggap bahwa apa yang saya tulis ini hanya cerita hiburan yang tidak ada manfaatnya, maka saya tidak akan menulisnya.
Saya ingatkan diri saya sendiri dan juga para pembaca yang mulia bahwa kita ini adalah ummatan wasathan, maka tidak selayaknya kita mengurangi kewajiban kita terhadap Syaikh Usamah bin Ladin. Saya bukan mau bersikap berlebihan kepada beliau, tapi saya katakan:
Inilah Syaikh saya, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Bahkan lebih dari itu, inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan kepada kami siapa Syaikhnya!


Ditulis oleh: Asadul Jihad 2
Ujung Tombak Mujahidin
Semoga Allah merahmati semua orang yang membaca artikel ini lalu ketika ia lihat ada kebaikan padanya, ia sampaikan dan sebarkan kepada orang lain..

(unwanul falah/arrahmah.com)

Minggu, 13 November 2011

Ini dari kami...........

Fatwa MUI: Ajaran Islam Suci adalah aliran sesat


Rasul Arasy
Ahad, 13 November 2011 11:37:34
SUKABUMI (Arrahmah.com) – Ajaran Islam Suci di Kampung Ciburial RT 63/12 Desa/Kecamatan Gunungguruh, merupakan aliran sesat karena telah mengingkari rukun iman dan Islam serta mengubah bacaan syahadat.
Demikian yang diungkapkan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
“Kami menyatakan sesat kepada ajaran aliran ini yang mengatasnamakan Islam Suci dari hasil rapat kajian Fatwa MUI memutuskan bahwa aliran tersebut sesat karena dengan jelas telah mengingkari Rukun Iman dan Islam, bahkan yang paling jelas adalah bacaaan syahadat yang dirubah,” kata Ketua Komisi Fatwa MUI Kabupaten Sukabumi, KH Komarudin di Islamic Center di Kecamatan Cisaat, Sabtu (12/11/2011).
Komaruddin juga menambahkan bahwa ajaran Islam Suci tidak mengenal shalat lima waktu, tetapi tiga waktu dan menghadap ke empat penjuru.
“Ritual solat yang dilakukan oleh pengikut aliran yang diketuai Cecep alias Mama Bin Danu Wikarta ini jelas menyimpang, kami pun dalam menetapkan aliran ini sesat setelah melakukan pengkajian dari laporan warga sekitar yang merasa terganggung dengan aliran tersebut,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Anggota Komisi Fatwa MUI Kabupaten Sukabumi, KH Zaenal Falah menuturkan, terungkapnya aliran suci tersebut berawal dari laporan keluarga jamaah pengikuti aliran Islam Suci. Malah, aktivitas yang dipimpin Cecep alias Mama Bin Danu Wikarta ini sudah berjalan sekitar tiga tahun.
Dari laporan salah seorang pengikutnya yang taubat, pengikutnya sekarang sudah mencapai 80 orang. Kebanyakan bukan dari Kampung Ciburial, melainkan dari berbagai wilayah, termasuk dari Kecamatan Cikidang,” katanya.
Zaenal menambahkan, dalam keputusan rapat komisi MUI meminta agar para jamaah aliran sesat tersebut membubarkan atau menutup kegiatannya. Selain itu, MUI juga meminta agar aparat berwenang turun tangan dalam menyikapi ajaran sesat tersebut agar warga tidak turun tangan sendiri sebagai upaya pembubaran aliran tersebut.
“Kami khawatir, warga di sekitar yang mulai resah dengan kegiatan ini bisa jadi bersikap anarkis. Makanya kami minta kepada aparat turun tangan untuk membubarkan aliran tersebut,” katanya. (ans/arrahmah.com)

Abu Umar as-Sayf: ''You will not see scholars teaching Muslims in the field of Jihad''



Saif Al Battar
Ahad, 13 November 2011 12:10:32
Guidance and Misguidance
All praise is due to Allah, the Lord of the Worlds. May Allah bless our Prophet Muhammad, his family, and his companions, and grant them Peace.
Indeed the support and help come through the Quran and sword.
Allah, the Most High says:
“Certainly We sent Our apostles with clear arguments, and sent down with them the Book and the balance that men may conduct themselves with equity; and We have made the iron, wherein is great violence and advantages to men, and that Allah may know who helps Him and His apostles in the secret; surely Allah is Strong, Mighty”.
(The Holy Quran, Surah 57. “The Iron”, verse 25)
This is the path that was chosen by the companions who followed the Book of Allah and were obedient on Armed Jihad; this is the reason why Allah has purified their faith and granted them victories on the battlefields.
Allah, the Most High says:
“Allah has promised to those of you who believe and do good that He will most certainly make them rulers in the earth as He made rulers those before them, and that He will most certainly establish for them their religion which He has chosen for them, and that He will most certainly, after their fear, give them security in exchange; they shall serve Me, not associating aught with Me; and whoever is ungrateful after this, these it is who are the transgressors”.(The Holy Quran, Surah 24. “The Light”, verse 55)
Later, when the practice of the Book and Armed Jihad was brought to a stall, the power of Muslims had dramatically declined.
Wherever the banner of Jihad was set, you already see Mujahideen are in a hurry to go there, searching for martyrdom, wherever it could be found. You could see very few among them who had spent some time studying in the past. But you will not see among them scholars who would advise the Mujahideen to strengthen their faith.
The Prophet, may Allah bless him, and grant him Peace, said:
“A group of people from my Ummah will continue to fight in defense of truth and remain triumphant until the Day of Judgment”.
One of the indications of the weakness of the Ummah and its deviation from the description of the Victorious Group today is the fact that there are very few well learned who are fighting in the fields of Jihad.
The revival of Armed Jihad, which the Ummah experiences today, is a right time for the seekers of the true knowledge to make a step towards Hijrah and Jihad on the path of Allah, because He, the Most High says:
“And whoever flies in Allah’s way, he will find in the earth many a place of refuge and abundant resources, and whoever goes forth from his house flying to Allah and His Apostle, and then death overtakes him, his reward is indeed with Allah and Allah is Forgiving, Merciful”.
(The Holy Quran, Surah 4. “The Women”, verse 100)
A muhajir would find a place of safety, letting his enemies cope with their rage on their own. The muhajir would find abundant resources for spiritual and physical strength in the full sense of these words. This is a virtue of the guidance, response to the call to make Hijrah and then go for Jihad to fight the enemies of Allah physically.
Well-being has a key option: laying down the basis of freedom from sorrow and depression triggered by living side by side with the enemies of Allah; it is leaving a country where tyrants and their proxies transgress framing and exercising their imaginary laws on its subjects, and, finally, it is moving in exchange for Paradise towards the nobleness, power, Jihad and the victory and life in accordance with the Sharia that is the monotheism and laws of Allah, the Most High.
Scholars are the successors of the prophets. They are obliged to bear their mission; i.e. to carry the truth of Allah, the Most High forth, and conduct Jihad to guard it. It is them, the scholars, who must lead Muslims to Jihad against the enemies of Allah.
There are distinctions in quality between sincere and wicked scholars. The very first of them is the integrity of faith, words and deeds.
The Prophet, may Allah bless him, and grant him Peace, said:
“On the Day of Resurrection the feet of the son of Adam will not move away till he is questioned about four matters: how he spent his lifetime, how he spent his youth; from where he acquired his wealth and how he spent it, and what he did with his knowledge”.
There is a reference to the guidance in the opening Surah of the Quran; the guidance to the straight path to al-Jannah, that Allah has granted the prophets, martyrs, righteous and truthful, who are neither under the wrath, like those from among the Jews and wicked scholars of the Muslim Ummah, because of their ignorance of the truth, nor were lead astray, who committed acts without the knowledge, like the Christians and the corrupt of our Ummah.
Sufyan ibn ‘Uyayna, may Allah bestow His mercy on him, said:
“Our wicked scholars have something from the Jews, while the corrupt Muslims have something from the Christians.”
Allah, the Most High has mentioned the both peculiarities in His Book:
“O you who believe! most surely many of the doctors of law and the monks eat away the property of men falsely, and turn (them) from Allah’s way; and (as for) those who hoard up gold and silver and do not spend it in Allah’s way, announce to them a painful chastisement”.
(The Holy Quran, Surah 9. “The Repentance”, verse 34)
The guidance could only be achieved by the righteous and truthful deeds which are supported by the knowledge and promptness to answer the call:
“And if We had prescribed for them: Lay down your lives or go forth from your homes, they would not have done it except a few of them; and if they had done what they were admonished, it would have certainly been better for them and best in strengthening (them); And then We would certainly have given them from Ourselves a great reward. And We would certainly have guided them in the right path. And whoever obeys Allah and the Apostle, these are with those upon whom Allah has bestowed favors from among the prophets and the truthful and the martyrs and the good, and a goodly company are they!”
(The Holy Quran, Surah 4. “The Women”, verses 66-69)
Those who claim to have a degree and ascribe themselves to the righteous salaf of this Ummah, but hide the truth, keep out of Jihad, turn away from the path of Allah for the sake of earthly goods, these are the liars in their claims. They are the closest of all people to the description of the Jews, who are under the wrath of Allah, the Most High, Who says:
“And do not mix up the truth with the falsehood, nor hide the truth while you know (it). And keep up prayer and pay the poor-rate and bow down with those who bow down. What! do you enjoin men to be good and neglect your own souls while you read the Book; have you then no sense?”
(The Holy Quran, Surah 2. “The Cow”, verses 42-44)
In the Sahihain (al-Bukhari and Muslim), there was mentioned a hadeeth that the prophet, may Allah bless him, and grant him Peace, said:
“On the Day of Judgment a man will be brought and thrown into Hell, his intestines will come out of his belly, and he will go circling holding his intestines like a donkey running a mill. His companions in Hell will come to him: O! So and So! What is this? Did you not ask people to do good and avoid vice?’ He will say: ‘That is so. I told others to do good, but did not do it myself; and I forbade them to do evil, but did so myself.”
Allah, the Most High has compared those who have the knowledge, but do not act upon it, and witness the signs of Allah, but turn away from them; as such, were compared with an ass laden with books, or a dog lolling its tongue. They are indifferent whether follow the word of Allah with little or no effort put into it, or replace the truth if the going gets rough. Such people are ‘stuck’ to the ground stiffly and became followers of the Shaitan, and their reasoning ability has become a slave of their passions.
Allah, the Most High says:
“The likeness of those who were charged with the Taurat, then they did not observe it, is as the likeness of the ass bearing books, evil is the likeness of the people who reject the communications of Allah; and Allah does not guide the unjust people”.
(The Holy Quran, Surah 62. “The Congregation, Friday”, verse 5)
and He also said:
“And recite to them the narrative of him to whom We give Our communications, but he withdraws himself from them, so the Shaitan overtakes him, so he is of those who go astray. And if We had pleased, We would certainly have exalted him thereby; but he clung to the earth and followed his low desire, so his parable is as the parable of the dog; if you attack him he lolls out his tongue; and if you leave him alone he lolls out his tongue; this is the parable of the people who reject Our communications; therefore relate the narrative that they may reflect”.
 (The Holy Quran, Surah 7. “The Heights”, 175-176)
Al-Qurtubi commenting on these verses said:
“This is an example of anyone who knew the Quran, but has not acted in accordance with it.”
The second quality of true scholars is in making what they have learned clear to people and make the word of the truth high and supreme.
Allah says:
“Surely those who conceal the clear proofs and the guidance that We revealed after We made it clear in the Book for men, these it is whom Allah shall curse, and those who curse shall curse them (too)”.
(The Holy Quran, Surah 2. “The Cow”, verse159)
All those who identify themselves as scholars of the truth, but conceal some of its parts are being cursed by Allah and the cursers. The true scholars are those who have been blessed with great rewards by the mercy of Allah.
Some scholars terrified of the anger of the tyrants and blame of the media rush to conceal the truth to ‘stay away’ from ‘evil’. Some scholars craving for earthly wealth and advantageous appointments rush to change the truth to please the tyrants.
But Allah, the Most High says:
“And when Allah made a covenant with those who were given the Book: You shall certainly make it known to men and you shall not hide it; but they cast it behind their backs and took a small price for it; so evil is that which they buy”.
(The Holy Quran, Surah 3. “The Family of Imran”, verse 187)
Allah also said:
“Then there came after them an evil posterity who inherited the Book, taking only the frail good of this low life and saying: It will be forgiven us. And if the like good came to them, they would take it (too). Was not a promise taken from them in the Book that they would not speak anything about Allah but the truth, and they have read what is in it; and the abode of the hereafter is better for those who guard (against evil). Do you not then understand?”
(The Holy Quran, Surah 7. “The Heights”, verse 169)
Yes, they have obtained some of the knowledge from the scholars or in madrasas, as Allah, the Most High says:
“they have read what is in it (the Book)”.
However, the knowledge has been obtained with no firm conviction and sincere faith in it. They have not mastered the knowledge, like the companions, may Allah be pleased with them, who carried the mission on, despite being subjected to the hardships and animosity.
Imam ibn al-Qayyim, may Allah bestow His mercy on him, said:
“Any, from among the scholars, who preferred earthly wealth and has passion for it, certainly will be slandering Allah in his fatawa and assertions, in words and deeds. Very often the laws of Allah are contrary to the assumed interests of people, especially of those holding the power following their whims. Their desires could be satisfied only by violation of laws of the truth.
And very often that happens in doubtful matters when the desires mingle with the doubtful then the light of the truth fades away. But if even the truth were clear, they still intend to violate it with an expectation that someday they will repent.
Allah, the Most High has mentioned about those:
  • “But there came after them an evil generation, who neglected prayers and followed and sensual desires, so they win meet perdition”,(The Holy Quran, Surah 19. “Mary”, verse 59)
Allah, the Most High also says:
  • “Then there came after them an evil posterity who inherited the Book, taking only the frail good of this low life and saying: It will be forgiven us. And if the like good came to them, they would take it (too). Was not a promise taken from them in the Book that they would not speak anything about Allah but the truth, and they have read what is in it; and the abode of the hereafter is better for those who guard (against evil). Do you not then understand?”(The Holy Quran, Surah 7. “The Heights”, verse 169)
Allah, the Most High says that they seized upon the secular lifestyle, despite the fact that they knew about its unlawfulness. But they said it would be forgiven to them. And if there were tempted by another opportunity to get some earthly goods sinfully; they would have acted as same as before; that was their habit”.
It is not just about text memorizing and scientific reading. Knowledge must be useful and helpful: increasing piety, purifying the soul and heart. If the heart is purified, then the knowledge would be useful and helpful. And, by the will of Allah, that would be useful and helpful for other Muslims.
But, if the heart, receiving the truth, were a heart of a hypocrite, the heart contaminated with the disease of disobedience; then its holder will tend to hide the truth and slander Allah. This hypocrite would like to have diverted others from the path of Allah and his fatawa and assertions would become a Sharia disguise of collaborationist rulers, to justify their crimes against Muslims.
The third quality of true scholars is the fear of Allah.
He, the Most High said:
“What! he who is obedient during hours of the night, prostrating himself and standing, takes care of the hereafter and hopes for the mercy of his Lord! Say: Are those who know and those who do not know alike? Only the men of understanding are mindful”.
(The Holy Quran, Surah 39. “The Troops”, verse 9)
Allah, the Most High also said:
“And of men and beasts and cattle are various species of it likewise; those of His servants only who are possessed of knowledge fear Allah; surely Allah is Mighty, Forgiving”.
(The Holy Quran, Surah 35. “The Angels”, verse 28)
One of the signs of fear of Allah is in going to Jihad in the path of Allah. Allah, the Most High has said:
“What! will you not fight a people who broke their oaths and aimed at the expulsion of the Apostle, and they attacked you first; do you fear them? But Allah is most deserving that you should fear Him, if you are believers. Fight them, Allah will punish them by your hands and bring them to disgrace, and assist you against them and heal the hearts of a believing people. And remove the rage of their hearts; and Allah turns (mercifully) to whom He pleases, and Allah is Knowing, Wise”.(The Holy Quran, Surah 9. “The Repentance”, verses 13-15)
And if a scholar hides the truth, keeps his wealth, soul and word away from Jihad, while the crusading crowds trample the Muslim countries, then there is no doubt that the man has nothing to do with those scholars, whom Allah, the Most High has blessed in His Book describing them as those who has fear of Him.
There are obstacles that prevent a seeker of the knowledge going to Jihad on the path of Allah:

  • The first of them is being fond of earthly existence and longing to it. Allah, the Most High has said:
    “Say: If your fathers and your sons and your brethren and your mates and your kinsfolk and property which you have acquired, and the slackness of trade which you fear and dwellings which you like, are dearer to you than Allah and His Apostle and striving in His way, then wait till Allah brings about His command: and Allah does not guide the transgressing people”.
    (The Holy Quran, Surah 9. “The Repentance”, verse 24)
These eight components of welfare, admired by man are obstacles in going for Jihad: the fathers, children, brothers, wives, family, earned property, trade (or a position) stagnation (or losing) of which is feared, and dwellings with which people are satisfied and reluctant to move away from.
But that incorrect obsession could have been overcome. Iman, Hijrah and Jihad on the path of Allah, are only for man, who truly loves Allah and practices the monotheism by words and deeds and truly understands that Hijrah and Jihad are deeds of.
Love of earthly goods and aversion to fight Jihad has encouraged the enemies of Islam to lead successful military campaigns and seize the power and wealth of the Ummah. On the subject of this the Prophet, may Allah bless him, and grant him Peace, said:
“‘There will come a time when other nations will fall upon you like greedy eaters upon a bowl of food’. The narrator asked: ‘Apostle of Allah, will that be because we are small in number?’ He said: ‘No. You will then be too many but rather like the foam floating over water. Allah will take off from the hearts of your enemies any heed for you, and cast Wahn into your hearts’. So the narrator asked: ‘What is Wahn?’ He said: ‘The love of this world, and the fear of death’. (Abu Dawud) In another narration: ‘Your love for life and your distaste for battle’
  • The second obstacle is an inconsistent understanding caused by blind-trust-following the chopped-up curriculum.
That happens when learners, whether required to or not, put a lot of effort in memorizing (not realizing or ignoring the fact that the huge segments of the knowledge are hidden away by some scholars open for suggestion from Shaitan) all the leftovers of the knowledge; and that, in turn, begins to distract him from worship, and leads him to assume incorrect logical conceptions of the matters of the faith, and that in turn causes incomplete Iman, its weakness and heart disease.
Imam ibn al-Qayyim commenting on the words of Allah ‘the (passionate) accumulation (of abundance; e.g., earthly gains) diverts you’ said that ‘accumulation’ is an act of increasing (in number, mass, size, etc.), and that Allah, the Most High mentions it without specifics (accumulation of what), because the word ‘accumulation’ here is used in its general sense, and includes everything that could be increased by a person, besides the obedience to Allah and His Messenger, and every thing that may benefit after death, and so everything of earthly wealth, is regarded as fit for accumulation, whether wealth, prestige, power, women, words, especially unneeded knowledge, books, multi-volumes with numerous subjects and their branches, theories, etc.
Students tend to get fallen into a common error by having a determination to acquire the knowledge to be elevated to a degree of the truthful; i.e., the carriers of the true knowledge (which is not a negative intention); but doing so without considering the fact that the sought degree would not be achieved while ignoring the responsibility of the compulsory Jihad (the defense of the truth that was wiped out of the curriculum). Loafing away from Jihad is a sign of weakness of sincerity. It is Jihad that makes distinction between a truthful and liar. Allah, the Most High says:
“The believers are only those who believe in Allah and His Apostle then they doubt not and struggle hard with their wealth and their lives in the way of Allah; they are the truthful ones”.
(The Holy Quran, Surah 49. “The Dwellings”, verse 15)

  • The third obstacle is the errors of the advisors and teachers.
That is when they stop their duty of encouraging the students and Muslims in general, to stand up and go forth to Jihad. They should encourage Jihad, as He the Almighty says:
“Fight then in Allah’s way; this is not imposed on you except in relation to yourself, and rouse the believers to ardor maybe Allah will restrain the fighting of those who disbelieve and Allah is strongest in prowess and strongest to give an exemplary punishment”.
(The Holy Quran, Surah 4. “The Women”, verse 84)
While motivating their learners to follow the ‘aqidah of the salaf of this Ummah, by memorizing the chopped-up curriculum, the teachers are doomed to commit another mistake, they do not and cannot make any attempts to come even close in catching up with the salaf’s methodology, ways and forms in their conduct of Jihad. You can see a person calling to follow the manhaj of the salaf, but he, himself, prefers the secular side of being and hides the truth. This person is very close to the Jewish rabbis who (condemned themselves to) bear the wrath of Allah.
In addition to the above, the preachers and teachers have taken the wrong way of supporting Islam; the way which is broken to go beyond the tolerated limits that were set by the apostate rulers. That is the way that has no place for Jihad, the compulsory means for the Ummah’s survival against the crusaders, and Hellfire.
The chosen by these preachers road is not for Jihad. And that road shall not bring any changes to the state of the Ummah, it shall not divert the aggression aside, by it shall not be delivered any skin to its security and it shall not take the fear away. It is just a road to attract the Ummah into erroneous hypothesis; the road which those preachers shall never surrender under any circumstances. They already have withdrawn themselves and their followers away from the reasoning and Jihad. They do not mind to look on the battle from afar. They shall be among those about whom Allah, the Most High says:
“They think the allies are not gone, and if the allies should come (again) they would fain be in the deserts with the desert Arabs asking for news about you, and if they were among you they would not fight save a little”.
(The Holy Quran, Surah 33. “The Clans”, verse 20)
Among other distracting from Jihad mistakes the preachers and teachers have committed was by using the propaganda terminology of the Christians and apostates; such as, freedom, democracy, human rights, etc. They hastily adopted those sugar-coated words and were deceived by their false values even though behind all that there are the impious infidels who do not have faith in Hereafter. They commit even more sins while listening to those words that have enticed them; words that were developed and embellished in various ways of eloquence, and broad casted through the media and satellite channels.
Allah, the Most High has explained about those who are trying to make expressions to deceive people to loosen them from the path of Allah; they are the Shayatin from among men and jinn: the enemies of the messengers of Allah. Allah said about them:
“And thus did We make for every prophet an enemy, the Shaitans from among men and jinn, some of them suggesting to others varnished falsehood to deceive (them), and had your Lord pleased they would not have done it, therefore leave them and that which they forge. And that the hearts of those who do not believe in the hereafter may incline to it and that they may be well pleased with it and that they may earn what they are going to earn (of evil)”.
(The Holy Quran, Surah 6. “The Spider”, verses 112-113)
How could a seeker of the knowledge be satisfied with their intrigues and sugar-coated words, gravitated toward their propaganda campaigns, which are not to provide the truth, but to replace it with lies through their terminology and words?
One of those words; such as, ‘freedom’ which is, in the understanding of Christians, and their supporters of the secular way of life, means getting free of religion, morality, and manners. That is, the meaning of the word contradicts the principle of obedience to Allah and His Prophet, may Allah bless him, and grant him Peace; in other words, rebellion against the worship of Allah. That is freedom of the Shayatin from among men, namely the Americans and those who follow their ‘democracy’ and ‘human rights’.
In fact, they are not free, but rather are captives of the Shayatin from among the jinn, who sent them to fight against Allah and His Prophet, may Allah bless him, and grant him Peace. As Allah mentions this:
“Do you not see that We have sent the Shaitans against the unbelievers, inciting them by incitement?”
(The Holy Quran, Surah 19. “Mary”, verse 83) He also says:
“And whoever turns himself away from the remembrance of the Beneficent God, We appoint for him a Shaitan, so he becomes his associate”.
(The Holy Quran, Surah 43. “Ornaments Of Gold”, verse 36)
Those rebels have revolted against the Justice of Allah, been enslaved by their own passions and been worshipping the Shayatin, celebrities, and tyrants who set their own laws and enforce them globally for others to worship them.
A person can be freed from slavery of taghuts and tyrants only through monotheism and obedience to the Rule of Allah, the Most High. Islam came with worship, not with the western freedom, because worship is the main objective of man, for which Allah created him. Allah, the Most High says:
“And I have not created the jinn and the men except that they should serve Me”.
(The Holy Quran, Surah 51. “Az-Zariyat”, verse 56)
Allah, the Most High has created us just for worshipping Him alone, without attributing partners to Him.
And if the scholar would construct his discussions and debates with the apostates and hypocrites with accordance with this verse to please Allah, the Most High, then he would never go astray neither in his words nor manhaj.
But if he forgets the purpose of the creation and attempts to satisfy his readers and spectators from among the Christians and apostates, then with no doubt, he shall fall into an error and shall attribute to the religion of Allah what does not belong to it; such as, ‘democracy’, ‘freedom’, ‘human rights’, etc.
Scholars should sympathize with, care for their brethren Mujahideen and assist them instead of fighting them pleasing the enemies of Allah – infidels and hypocrites, getting closer to them by backbiting and slandering the Mujahideen.
After all, if a scholar, hating the enemies of Allah, but distancing himself from the Mujahideen and righteous, he would confuse and divide people around him and lose the path of greatness, power and Jihad. Doing so, he will waste his mission, strength and become humiliated by the infidels and apostates. And he will get nothing, he would not be either in the ranks of Mujahideen to help the Ummah or the apostates, who would more likely be disgusted by anything what he would call them for.
The infidels, hypocrites and their media would spare this scholar from their harassment; if once he reaches such a degree of humiliation and feebleness and agree to lend them a hand on fatawa to plot against the Ummah for some scraps of ‘well-being’ and a share of the wrath in return.
“And surely they had purposed to turn you away from that which We have revealed to you, that you should forge against Us other than that, and then they would certainly have taken you for a friend. And had it not been that We had already established you, you would certainly have been near to incline to them a little; In that case We would certainly have made you to taste a double (punishment) in this life and a double (punishment) after death, then you would not have found any helper against Us”.(The Holy Quran, Surah 17. “The Night Journey”, verses 73-75) Allah says:
“And that you should judge between them by what Allah has revealed, and do not follow their low desires, and be cautious of them, lest they seduce you from part of what Allah has revealed to you; but if they turn back, then know that Allah desires to afflict them on account of some of their faults; and most surely many of the people are transgressors. Is it then the judgment of (the times of) ignorance that they desire? And who is better than Allah to judge for a people who are sure?”
(The Holy Quran, Surah 5. “The Table Spread”, verses 49-50)
In fact, a scholar calling for the truth and Jihad is a sign of a mercy of Allah on this Ummah, and even if he were imprisoned, his call behind the walls and iron would not be neglected by the Lord.
But if the scholar is gutless with the truth or/and deaf-dumb on Jihad and groveling before infidels, then his ‘mission’ is over. It would not be helpful for him to have flocks of media outlets crying his fabricated fatawa out, which would change Islam in no way, and the Responding Ummah would return back to the folds of Islam anyway, because Allah, the Most High has promised that, and the signs of the approaching victory are already being shown.
Upon the scholars, their students, youth and capable men is a sacred duty to have walked Jihad in dar al-harb to add force to the brethren Mujahideen, and teach them to improve their knowledge of the Truth and strengthen their Iman. Allah, the Most High favored Muslims with Jihad on His path, a duty to be done by wealth (to establish/finance/maintain the logistics of the Mujahideen, arm and feed them, take care of and support their families, etc.), soul (to stand up and fight the enemies of Allah physically), and tongue (to wage intellectual warfare to voice the truth). They have an obligation (to push themselves to the limits, strive physically) to withstand and break through the (ideological/psychological/physical) pressure of the enemies of Allah: the Christians, Jews, and apostates.
By Abu Umar as-Sayf (shaheed, insha’Allah)
Source: BadrCenter
Translated by Kavkaz Center

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews