Jumat, 02 Maret 2012

9 Tahun INSIST Membangun Peradaban Bersama Ummat

Memperingati  Sembilan tahun INSIST berkiprah  dalam mewarnai dunia pemikiran Islam di Indonesia. INSIST bekerjasama dengan Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI) mengadakan acara “Sembilan Tahun INSISTS” diperingati dalam sebuah orasi dan ceramah ilimiah menghadirkan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M. Phil serta peluncuran buku “Rasional Tanpa Menjadi Liberal” (Kumpulan Tulisan Islamia Republika) dan “Miyskat: Refleksi dari Westernisasi, Liberalisasi menuju Islamisasi”.
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB ( 29/02/12 ) dipandu oleh Agus Izwar personil grup nasyid Snada dihadiri oleh para pendiri dan kader INSIST tidak ketinggalan  berbagai tokoh Islam ikut hadir  diantaranya ustadz Farid Okbah, Taufik Ismail, KH.Cholil Ridhwan dan para pemikir yang concern terhadap peradaban Islam.
Acara yang selesai pukul 22.00 WIB ditutup dengan pembacaaan puisi oleh sastrawan senior, Taufik Ismail.
Sejarah Singkat Sembilan tahun INSIST
Tidak ada satu peradaban yang bangkit tanpa didahului oleh bangkitnya tradisi ilmu. Bangsa Yunani, Yahudi, bangsa-bangsa di Barat, Jepang, dan sebagainya mengalami kebangkitan setelah berhasil menanamkan suatu Budaya Ilmu dalam kehidupan mereka. Tanpa kecuali, peradaban Islam.
Budaya  ilmu yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw telah melahirkan manusia-manusia unggulan dalam satu ”generasi sahaby” yang oleh Nabi saw disebut sebagai ”khairun nâs, qarniy”.
Prestasi Nabi Muhammad saw dalam mewujudkan manusia-manusia unggulan ini belum mampu dicapai oleh peradaban manapun, hingga kini. Rasulullah Saw berhasil mengubah ”masyarakat ummiy” yang hidup dalam tradisi lisan menjadi masyarakat yang cinta ilmu dan tradisi tulis.
Memasuki bulan Muharram 1433 H, atau Januari 2012, Insitute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) telah memasuki umur ke-9 tahun. Jadi, genap sembilan tahun INSISTS menjalankan kiprahnya dalam mewarnai dunia pemikiran Islam di Indonesia. INSISTS adalah sebuah lembaga yang selama beberapa tahun belakangan ini gencar mempromosikan gagasan dan gerakan “Membangun tradisi ilmu menuju Peradaban Islam” melalui berbagai aktivitas workshop dan penerbitannya.
Sejak didirikan, INSISTS telah melaksanakan ratusan kali seminar, workshop, pelatihan, dalam bidang pemikiran Islam untuk para dosen, mahasiswa, pimpinan pesantren, kalangan profesional, dan sebagainya. Ribuan orang telah mengikuti workshop-workshop INSISTS di berbagai belahan dunia (Indonesia, Malaysia, Mesir, Saudi).
INSISTS menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas untuk program pelatihan pemikiran Islam bagi para dosen dan mahasiswa. Pada bulan Maret 2007, INSISTS bekerja sama dengan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), memberikan pelatihan tentang pemikiran dan peradaban Islam selama satu tahun kepada para pimpinan Kampus dan dosen-dosennya.
Para peneliti INSISTS juga mengembangkan mata kuliah dan kursus-kursus Islamic Worldview. Mata kuliah Islamic Worldview  telah diajarkan di sejumlah program pascasarjana studi Islam. Kini mata kuliah ini diajarkan di Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Islam az-Zahra, Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor.
Di bidang penulisan, sejumlah buku karya peneliti INSISTS juga telah meraih prestasi penting. Buku Wajah Peradaban Barat (Dr Adian Husaini) dan Tren Pluralisme Agama (Dr. Anis Malik Thoha) mendapat penghargaan sebagai buku terbaik dalam Islamic Book Fair tahun 2006 dan 2007. Adnin Armas, M.A telah menulis sebuah buku yang sangat penting dalam studi al-Quran, Metode Bibel dalam Studi al-Quran: Kajian Kritis. Henri Shalahuddin MA, peneliti INSISTS yang lain, juga secara khusus memberikan kritik terhadap pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid, melalui bukunya, Al-Qur’an Dihujat. Dr. Syamsuddin Arif pun telah menulis sebuah buku penting: Orientalisme dan Diabolisme Intelektual.
Usia INSISTS memang masih sangat muda, baru sembilan tahun. Tapi ini adalah usia permulaan untuk kerja besar yang akan terus dilaksanakan dan coba diemban oleh INSISTS, berusaha menghidupkan tradisi Ilmu bagi Indonesia. Bangsa Indonesia tidak mungkin akan menjadi bangsa besar jika mengabaikan tradisi ilmu ini. Jika budaya santai, budaya hedonis, budaya jalan pintas, terus dikembangkan, maka hanyalah mimpi saja untuk berangan-angan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar yang disegani dunia. Dalam perspektif Islam, manusia beradab haruslah yang menjadikan aktivitas keilmuan sebagai aktivitas utama mereka.
Kami yakin, bahwa untuk mewujudkan manusia dan masyarakat yang adil dan beradab, satu-satunya jalan adalah dengan membangun BUDAYA ILMU di tengah masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Muslim, sebagai penduduk mayoritas di negeri tercinta ini.

Tak Terpengaruh Isu Terorisme, Jumlah Masjid di AS Naik 74%

Kamis, 01 Mar 2012


NEW YORK (voa-islam.com) – Gencarnya opini melawan terorisme Islam di Amerika Serikat (AS) pasca insiden 11 September 2001 tak menyurutkan perkembangan Islam.
Jumlah masjid di AS dalam satu dekade terakhir telah meningkat 74%. Selain itu, kaum Muslim muda di Negeri Paman Sam itu telah berintegrasi dengan baik dengan masyarakat setempat.
Penilaian itu terlihat dalam suatu sensus yang melibatkan para pimpinan masjid dan ulama di AS, seperti yang dikutip harian USA Today. Berjudul “The American Mosque 2011,” laporan itu diterbitkan pada Rabu waktu setempat.
Menurut survei, sejumlah protes atas pendirian masjid di beberapa tempat, seperti di New York, Tennessee, dan California tidak mengganggu penyebaran Islam di AS. Bahkan secara keseluruhan jumlah masjid di AS naik pesat. Pada 2000 hanya 1.209 tempat, namun pada 2010 meningkat pesat jadi 2.106 masjid.
...Pada 2000 hanya 1.209 tempat, namun pada 2010 meningkat pesat jadi 2.106 masjid...
Negara bagian yang memiliki jumlah masjid paling banyak adalah New York (257), disusul oleh California (246) dan Texas (166). Sebagian besar masjid berada di perkotaan, 28% berada di pinggir kota pada 2010, naik 16% dari sepuluh tahun lalu.
Sebagian besar ulama mengungkapkan bahwa masyarakat di AS tidak bermusuhan dengan Islam. “Ini merupakan masyarakat yang sangat sehat,” kata pemimpin tim survei Ihsan Bagby dari Universitas Kentucky.
Menurut studi itu, sebagian besar pimpinan masjid (87%) mengatakan bahwa “radikalisme dan ekstrimisme” tidak tumbuh subur di kalangan kaum muda Muslim. Justru tantangan terbesar, bagi para ulama, adalah menarik minat sekaligus menjaga kaum muda Muslim untuk tetap dekat dengan masjid.
...tantangan terbesar, bagi para ulama, adalah menarik minat sekaligus menjaga kaum muda Muslim untuk tetap dekat dengan masjid...
Studi itu juga menunjukkan bahwa 98% pimpinan masjid mengatakan bahwa umat Muslim harus terlibat dalam insitusi-institusi Amerika. Selain itu 91% responden sepakat bahwa umat Muslim juga harus terlibat dalam politik di AS.
Sekretaris Jenderal Islamic Society, Safaa Zarzour mengungkapkan, ada kekhawatiran dari umat Muslim bahwa mereka akan “dipinggirkan, dicela, dan dikucilkan” setelah Tragedi 11 September 2001. Namun, studi terkini justru menunjukkan bahwa banyak umat Muslim kini bangga menjadi bagian dari arus utama Amerika. [taz/viv]

Weekly Report (Pekan ke-4/Februari 2012) Tuduhan dan Sanksi Kepada JAT, Aksi Licik AS Perangi Islam & Kaum Muslimin


M. Fachry
Rabu, 29 Februari 2012 20:35:26
Weekly  Report - Kamis, 23 Februari 2012. AS melalui Departemen Luar Negerinya menetapkan Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) sebagai Organisasi Teroris Internasional (Foreign Terrorist Organization). Selain itu, Departemen Keuangan AS juga memberikan sanksi kepada 3 tokoh JAT dengan membekukan aset mereka. Lucunya, hanya berselang empat hari, yakni di hari Senin, 27 Februari 2012, Kepala Biro Hukum dan Humas Mahkamah Agung (MA), Ridwan Mansyur, mengeluarkan putusan untuk tetap memvonis Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB) fakkalloh asroh dengan hukuman 15 tahun penjara. Tuduhan dan sanksi kepada JAT serta putusan MA kepada Ustadz ABB seharusnya menyadarkan umat Islam betapa licik dan jahatnya AS dalam memerangi Islam dan kaum Muslimin. Waspadalah!
Tuduhan ngawur dan sampah dari AS      
Tuduhan AS kepada JAT jelas sebuah tuduhan ngawur dan hanya merupakan sampah. Ustadz Abdul Rahim Ba’asyir, putra Ustadz ABB bahkan menyatakan AS adalah pembohong!
Abdul Rahim Ba'asyir
"Sudah biasa. Dari dulu Amerika selalu mencari-cari alasan untuk memukul gerakan aktivis yang ingin menegakkan Islam. Mereka kerap mengeluarkan pernyataan yang ingin memojokkan Islam. Bukti mereka apa?" ujar beliau yang juga pengurus Bidang Dakwah JAT, Jumat (24/2).
Ustadz Abdul Rahim menuding balik bahwa Amerika adalah pembohong. "Mari bicara fakta saja. Pernyataan mereka tidak usah ditelan bulat-bulat. Anggap angin lalu," ujar beliau.
Sementara itu, Ustadz Son Hadi, Jubir JAT menanggapi kedzoliman dan tuduhan AS itu sebagai sebuah kengawuran.
"Itu adalah kategorisasi yang ngawur sekali. Ini saya rasa hanya untuk menancapkan hegemoni di Indonesia," ujar beliau, Jumat (24/2/2012).
Menurut Ustadz Son Hadi, sejak banyak orang yang dikaitkan dengan teroris tertangkap, AS berupaya mencari musuh baru agar tidak kehilangan hegemoninya di Indonesia. Lalu akhirnya AS mengaitkan JAT yang didirikan dan dipimpin oleh Ustadz Ba'asyir dengan kegiatan terorisme.
Son Hadi, Jubir JAT
"Sejak semula kami juga sudah berkali-kali menjelaskan, kami tidak ada kaitan dengan pengeboman. Juga kami tidak melakukan perampokan di bank. Itu alasan lama yang sudah terbantahkan. Kami nggak ada kaitan," ujar Ustadz Son Hadi yang juga kena sanksi Deplu AS pasca pengumuman Deplu AS tentang JAT itu.
Sementara itu, Ustadz Bernard Abdul Jabbar, Ketua Forum Umat Islam (FUI) Bekasi, mengatakan AS punya kepentingan terselubung terhadap Indonesia dengan menyebut JAT teroris.
"JAT hanya ada di Indonesia, ada maksud tertentu untuk memusnahkan kelompok-kelompok Islam garis keras yang bercokol di Indonesia, Amerika punya kepentingan luar biasa dalam hal ini," katanya, Jum'at (25/2)
Menurut Ustadz Bernard, ada yang harus lebih diwaspadai selain upaya memasukkan JAT sebagai kelompok teroris internasional oleh Amerika itu sendiri, yaitu kelompok yang akan mencoba menjadi tangan panjang Amerika dalam memberangus gerakan semacam JAT.
"Kita harus lebih mewaspadai, siapa yang akan memggerakkan penghancuran JAT di Indonesia ini," ujarnya.
Logo Jama'ah Anshorut Tauhid
"Ini memang ada permainan intelijen, dengan mengirim laporan intelijen yang dibawa ke sana (Amerika), karena memang Amerika menanam intelijennya cukup luar biasa di Indonesia," pungkas Ustadz Bernard.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, menganggap pernyataan pihak AS menunjukkan ketakutan barat terhadap organisasi Islam, terutama yang berada di Indonesia.
"Jelas ini jenis ketakutan neolib AS yang berlebihan terhadap organisasi kelompok muslim seperti JAT," ujarnya, Jumat (24/2/2012) malam.
Dia menambahkan, sikap AS tersebut juga menunjukkan ketidaktahuan dunia barat terhadap paradigma JAT itu sendiri. Hal tersebut menghasilkan ketakutan tersendiri terhadap Islam.
"AS tidak mengikuti perkembangan JAT lebih mendalam dimana JAT berusaha mentranformasi pemikiran menjadi tidak radikal. Konsep jihad JAT sudah beralih melalui dakwah bukan dengan perang," jelasnya.
Ada antek Amerika yang rekayasa tuduhan terhadap JAT
Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) menuding ada rekayasa dari antek-antek Amerika Serikat (AS) di Indonesia hingga berujung keluarnya pernyataan resmi Departemen Luar Negeri negara adi daya tersebut yang menyebutkan JAT sebagai Organisasi Teroris Internasional (Foreign Terrorist Organization).
Amir Jama'ah Ansharut Tauhid, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir
Hal tersebut dinyatakan oleh Jubir JAT, Ustadz Son Hadi. Pasalnya, menurut beliau mustahil bila AS mengenal JAT. Dibandingkan organisasi lainnya yang juga dicap Negeri Paman Sam sebagai Foreign Terrorist Organization, JAT tidak ada apa-apanya, karena JAT bukan Foreign Terrorist Organization seperti yang dituduhkan Amerika.
"Saya yakin ini bukan murni dari Amerika. Amerika tidak mengenal JAT. Ini hasil rekayasa antek-antek Amerika yang merasa sejak Ustadz Abu Bakar Baasir ditahan, pendapatan antek-antek ini dari Amerika Serikat berkurang, sehingga mereka melancarkan ini dan berhasil," jelas Son Hadi, di Sekertariat Pusat JAT, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (27/2/2012).
Tanpa menyebutkan siapa antek-antek Amerika yang di maksud, Son Hadi menambahkan, pernyataan resmi Amerika terhadap JAT sebagai Foreign Terrorist Organization, juga sekaligus ujian buat penegakan hukum di Indonesia dari campur tangan langsung yang ditunjukan secara terang-terangan oleh pihak AS
Apalagi, saat ini proses hukum Ustadz Abu Bakar Baasir sudah dalam tahap Kasasi. Sehingga dengan adannya label Foreign Terrorist Organization dari Amerika terhadap JAT, diharapkan Amir JAT tersebut mendapatkan hukuman seberat-beratnya.
"Masak label Foreign Terrorist Organization kepada JAT sudah diberikan, Amirnya tidak dihukum berat. Itulah yang diharapkan antek-antek Amerika, termasuk Amerikanya sendiri," ujarnya.
Kekhawatiran dan dugaan Ustadz Son Hadi terbukti, dimana MA kemudian tetap memutuskan vonis 15 tahun penjara kepada Amir Jama’ah Anshorut Tauhid, Ustadz ABB, yang membuktikan intervensi AS terhadap proses kasasi yang diajukan sebelumnya.
TB Hasanudin
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, intelijen, dan hubungan luar negeri, Tubagus Hasanuddin, mengatakan Amerika Serikat perlu membuktikan tudingannya terhadap Jemaah Ansharut Tauhid.
 “Kalau AS menuding JAT teroris, buktikan dulu dengan data. Harus hati-hati mengeluarkan statement seperti itu,” kata Hasanuddin , Jumat (24/2).
Dengan gaya berkelit, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan, penetapan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) sebagai organisasi terlarang oleh Departemen Luar Negeri dan Keuangan Amerika Serikat hanya diperuntukkan di wilayah AS saja.
"Penetapan suatu organisasi sebagai teroris melalui beberapa tahapan, misalnya tingkat regional dan nasional ditentukan oleh negara bersangkutan. Sedangkan secara global melalui resolusi PBB," ujar Marty di Jakarta, Jumat kemarin.
Marty mengatakan, apa yang ditetapkan oleh AS hanya berlaku di negara Paman Sam tersebut. Tidak berlaku secara global.
"Hingga saat ini tidak ada notifikasi dari AS kepada Indonesia," tambah dia.
Menlu menambahkan karena bersifat regional pula, maka AS tidak melakukan koordinasi dengan pemerintah Indonesia.
Dia mengatakan, hingga saat ini masih berjalan kerja sama antara lembaga Indonesia dan AS dalam mengatasi terorisme.
"Jadi sekali lagi saya katakan, penetapan JAT sebagai teroris oleh AS hanya bersifat regional," tegas dia.
Ustadz ABB meyakini bahwa vonis MA terhadap dirinya adalah karena instruksi dan campur tangan setan Amerika. Karena beberapa hari yang lalu sebeum vonis ini, setan Amerika telah membuat opini bahwa saya disebut tokoh teroris internasional dan JAT juga dikaitkan dengan jaringan teroris internasional. Ini bukan pertama Amerika ikut campur menekan pemerintah sejak tahun 2002 -2003 s/d 2006 setan Amerika telah membuat rekayasa penangkapan terhadap diri saya hingga saat ini. Sikap saya akan terus melawan karena Islam telah dijajah dan para pejuang telah di dzolimi, ujar beliau Selasa (28/2/2012) dari Bareskrim Mabes Polri.
Vonis pesanan AS & Penegakan Syariat Islam yang terus berjalan
Hasil rekayasa antek Amerika di negeri ini membuahkan hasil intervensi AS terhadap MA, dimana akhirnya MA memvonis Ustadz ABB dengan tetap menghukumnya 15 tahun penjara.
Vonis ini jelas vonis pesanan AS dan merupakan rekayasa antek-antek AS, musuh Islam dan kaum Muslimin. Vonis 15 tahun penjara terhadap Amir Jama’ah Anshorut Tauhid Ustadz Abu Bakar Ba’asyir -fakkallahu asrah- membuktikan kebenaran adanya campur tangan Amerika Serikat terhadap proses Kasasi yang diajukan Ustadz Abu bakar Ba’asyir hafizhahullah.
Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu putera beliau, Ustadz Abdur Rahim Ba’asyir, Senin malam (27/2).
“Vonis ini membuktikan bahwa Amerika benar-benar mengintervensi proses hukum Ustadz Abu (Ustadz Abu Bakar Ba’asyir).”
Hal tersebut terbukti dengan adanya pengumuman oleh Amerika Serikat yang menuduh JAT dan tiga anggota JAT sebagai teroris Internasional. Mahkamah Agung memberikan vonis yang lebih tinggi dari vonis di tingkat banding.
“Setelah Amerika mengeluarkan release, maka MA keluarkan vonis yang semakin memberatkan,” ujarnya.
Adanya rekayasa antek-antek AS sebagai bagian dari aksi licik AS memerangi Islam dan kaum Muslimin semakin tidak terbantahkan dengan pengakuan dari pihak Mahkamah Agung (MA) terkait bantuan dari AS untuk sidang kasus terorisme.
"Kita sekarang sudah dapat bantuan dari Amerika Serikat (AS) untuk perkara terorisme, untuk pengamanan persidangan," kata Ketua MA, Harifin Tumpa usai laporan akhir tahun di Gedung MA, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (28/2/2012).
Tumpa memang tidak merinci dalam bentuk apa bantuan AS tersebut. Terkait pernyataan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) tentang adanya keterkaitan intervensi AS terhadap proses pengadilan, Tumpa malah membantahnya.
"MA tidak pernah dapat bantuan jika dihubungkan dengan perkara. MA akan selalu menolak apabila dikait-kaitkan (dengan perkara)," katanya.
Sementara itu, menurut pengamat "terorisme" Mardigu, pengakuan Tumpa bahwa adanya bantuan AS untuk proses persidangan kasus "terorisme" merupakan pelecehan kedaulatan bangsa.
Mardigu
“Kalau bantuan data, saya tidak heran, kalau fisik justru memalukan dan melecehkan kedaulatan bangsa. sebetulnya untuk persidangan 'teroris' tidak perlu membutuhkan pengamanan dari AS,” jelasnya kepada itoday hari Selasa kemarin. “Kalau kita menginjinkan, kita lemah, kita lebay".
Dengan adanya pernyataan Harifin Tumpa selaku Ketua MA, jelas  menguatkan adanya intervensi AS kepada Indonesia, khususnya masalah kasus "terorisme" alias penetapan vonis kepada Ustadz ABB.
JAT secara resmi sudah mengeluarkan rilis terkait tuduhan ngawur dan sampah dari AS, bahkan berencana mengklarifikasi tuduhan tersebut ke kedubes AS. Rencananya hari Rabu pagi (29/2) JAT akan mendatangi Kedubes AS di Jakarta, yang rencananya akan datang sekitar pukul 09.00 WIB.
"Hanya datang untuk meminta klarifikasi saja ke Dubes AS," ujar Ustadz Son Hadi, Juru bicara JAT. Ustadz Son Hadi mengatakan tuduhan AS tersebut adalah fitnah yang tidak berdasarkan fakta hukum. Ustadz Son Hadi juga menjelaskan pihaknya tidak datang untuk berdemonstrasi di depan Kedubes AS. Kedatanganya ke Kedubes AS hanya untuk bertemu dan mengklarifikasi soal tuduhan tersebut.
Terkait penolakan permohonan kasasi Ustadz ABB oleh MA, JAT mengeluarkan rilis resmi yang menganggap vonis kasasi MA terhadap Ustadz ABB tersebut adalah kedzaliman sekaligus makar penguasa Thagut kepada ulama yang istiqomah dalam menegakkan tauhid dan memperjuangkan syariat Islam.
Dalam rilis JAT yang dikeluarkan pada hari Selasa, 28 Februari 2012 tersebut, disebutkan bahwa makar apapun yang di lakukan oleh penguasa Thoghut terhadap Ustadz Abu Bakar Baasyir  pada hakekatnya merupakan kemenangan bagi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang tetap istiqomah dalam menegakkan syari’at Islam,  meskipun beliau dipenjara thoghut, semoga beliau mendapatkan husnul khotimah.
Dalam rilis tersebut juga disampaikan bahwa penolakkan Permohonan Kasasi oleh MA bukanlah akhir dari perjuangan penegakkan syariat Islam, Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) bersama seluruh ummat Islam tidak akan berhenti dengan adanya intervensi asing dan kami akan bersatu  padu untuk terus berjuang dan istiqomah menegakkan syariat Allah di negeri ini.
Allahu Akbar!
(M Fachry/arrahmah.com)

Mahasiswa Pakistan memprotes pembakaran Al Qur'an oleh tentara AS



Hanin Mazaya
Jum'at, 2 Maret 2012 13:03:08
PESHAWAR (Arrahmah.com) - Ratusan mahasiswa telah mengadakan aksi unjuk rasa di barat laut Pakistan untuk memprotes pembakaran Al Qur'an dan buku keislaman lainnya di sebuah pangkalan militer AS di Afghanistan utara.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan di Peshawar, ibukota provinsi Pakhtunkhwa Khyber, sekitar 150 Km dari ibukota Pakistan, Islamabad pada Kamis (1/3/2012), meneriakkan slohan anti-AS, seperti yang dilaporkan Press TV.
Mereka juga membawa plakat yang mengecam penistaan kitab suci ummat Islam di pangkalan Bagram, di provinsi Parwan, Afghanistan utara.
Aksi protes seperti ini telah berlangsung berhari-hari di Afghanistan.  Rakyat Afghanistan menumpahkan kemarahan mereka setelah mendengar kabar bahwa tentara penjajah AS membakar Al Qur'an di dalam basis militer mereka.
Lebih dari 30 orang telah tewas dalam demonstrasi anti-AS di Afghanistan sejak 21 Februari lalu.
Para ahli mengatakan penodaan Al Qur'an merupakan ketidakpekaan dari pasukan Amerika tentang nilai-nilai budaya dan agama di Afghanistan yang melekat kuat dalam masyarakat Afghanistan.  (haninmazaya/arrahmah.com)

88 Tahun Tanpa Khilafah : From Imarah To Khilafah


M. Fachry
Jum'at, 2 Maret 2012 17:53:33
(Arrahmah.com) - 3 Maret 2012 tahun ini genap 88 tahun kaum Muslimin hidup tanpa naungan Khilafah. Musthafa Kamal Attaturk, antek barat keturunan yahudi yang lahir di Salanik atau Salonika (1880 M/1296 H) ini pada tanggal 3 Maret 1924 melalui sidang Dewan Perwakilan Nasional, memecat Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem pemerintahan Islam yang telah berjalan ribuan tahun tersebut dari Khilafah Ustmaniyyah di Turki.
Sejak peristiwa 3 Maret 1924, kaum Muslimin hidup tanpa naungan Khilafah, terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis yang tidak terikat satu sama lain dengan ikatan yang shahih (aqidah Islam), dihinakan, wilayahnya diduduki penjajah, darahnya ditumpahkan, kehormatannya dilecehkan, dan agamanya dinistakan.
Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan Islam yang sejak lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan keberkahan hidup di bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyyah.
Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang memberitakan akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan bengis dan menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.
Keruntuhan rezim diktaktor Tunisia, disusul Mesir, Libya, dan kini Suriah menjadi tanda dan bukti benarnya berita kenabian Rasulullah SAW. Sementara itu, fenomena kemunculan negara-negara Islam atau yang lebih dikenal dengan Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq menjadi penanda dan bukti yang menguatkan bahwa masa kedatangan Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian sudah semakin dekat. Karena seluruh Imarah Islam yang ada bercita-cita mewujudkan Khilafah Islamiyah mengikuti metode kenabian. Insya Allah!     
Bagaimana Khilafah Islam Diruntuhkan ?
Syekh Abdullah Azzam rahimahullah dalam bukunya ‘Al Manarah Al Mafqudah’ (Pelita Yang Hilang) menjelaskan penyebab runtuhnya kekhilafahan. Menurut beliau, orang-orang Eropa berpendapat bahwa cara yang paling mudah untuk mematikan Islam adalah melayangkan pukulan mematikan memlalui tangan putra-putranya yang mengaku sebagai kaum Muslimin.
Musthafa Kamal Attaturk datang mewujudkan impian yang belum pernah terbayangkan sebelumnya oleh orang-orang Eropa yakni memecat Khalifah, membubarkan sistem Khilafah, dan menghapus sistem pemerintahan Islam yang telah berjalan ribuan tahun dari Khilafah Ustmaniyyah di Turki.
Menurut Syekh Abdullah Azzam dalam ‘Al Manarah Al Mafqudah’ buku beliau yang diterbitkan di Shada, perbatasan Afghanistan pada 26 Juni 1987 tersebut, Musthafa Kamal Attaturk lahir di kota Salonika atau kota Yahudi, yang berpenduduk 140.000 jiwa, dimana 80.000 diantaranya adalah orang-orang Yahudi Espana dan 20.000 lagi adalah orang-orang Yahudi Aldunama, yakni kaum Yahudi yang berpura-pura masuk Islam (dokumen duta Inggris, Lother, tanggal 29-5-1910), diterbitkan oleh Majalah Al-Mujtama’ no. 425-529, 1978.)
Musthafa Kamal Attaturk adalah agen dan antek orang-orang kafir Eropa, terutama Inggris. Musthafa mengawali pengkhianatannya ketika berada di Palestina, dengan mengadakan perjanjian dengan Allenby, panglima pasukan Inggris. Dari pengkhianatan itu disepakati Musthafa menarik pasukannya dari Palestina dan memberi kesempatan kepada Allenby untuk masuk bersama pasukannya dalam keadaan tenang dan damai. Pasukan Allenby akhirnya memukul mundur pasukan ke IV Turki dengan pukulan yang mematikan. Akibat dari pengkhianatan awal Musthafa, kekuatan Turki hancur untuk selama-lamanya dimana hasil pertempuran sangat memilukan, jumlah tawanan mendekati seratus ribu tentara, di luar jumlah mereka yang mati oleh peluru orang-orang Druze dan Armenis (Ar Rajulu Ash-Shanamu)
.
Syekh Abdullah Azzam membeberkan dalam ‘Pelita yang Hilang’ bukti-bukti pengkhianatan Musthafa Kamal Attaturk dan kesepakatannya dengan Inggris.
1. Mundurnya Musthafa Kamal dari posisi strategis yang terlindung kuat, yakni di timur Nabulus, yang dilakukan persis di malam masuknya pasukan Allenby, 19 September 1917, dengan mendadak dan dalam waktu yang singkat.Dhabith Tarki Sabiq, mantan jenderal Turki, penulis buku Ar Rajulu Ash-Shanamu, Kamal Attaturk (Manusia Berhala, Kamal   Attaturk), menyatakan : “Di sini terjadi kesepakatan antara Mustafa Kamal dengan panglima pasukan Inggris, Jenderal Allenby, secara rahasia. Isi kesepakatan tersebut ialah Musthafa Kamal akan menarik mundur pasukannya secara mendadak, sehingga tentara Turki tidak mampu melakukan pertahanan. Tentu saja hal itu menyebabkan mereka jatuh ke tangan musuh.
2. Inggris mengadakan hubungan dengan Musthafa Kamal pada waktu dia masih menjadi panglima pasukan di Palestina. Mereka membujuk Musthafa Kamal untuk mengadakan pemberontakan terhadap Sultan dan Inggris berjanji untuk membantu rencana tersebut.
3. Setelah Allenby merebut kemenangan, maka ia datang ke Istambul. Dia meminta Daulah Turki yang kalah untuk mengangkat Musthafa Kamal sebagai panglima pasukan ke IV dekat wilayah Maushil (kota di Iraq), dimana pengaruh Inggris dan daerah minyak terletak. Tujuannya supaya Musthafa Kamal dapat melindungi berbagai kepentingan Inggris dan mengamankan mereka di sana.
4. Musthafa Kamal, setelah kekalahan besar yang diderita Turki dan sesudah kembali ke Turki, mempunyai hubungan rahasia dengan pastor yang dikenal dengan nama Frid, seorang kapala intelejen Inggris di Turki.
5. Sandiwara kemenangan yang gemilang di Anatolie, khususnya di wilayah Sicoria, Azmir, dan Avion yang menjadikan Musthafa Kamal melambung ketenarannya bagaikan sebuah lagenda. Maka sempurnalah sandiwara tersebut dengan penampilan yang menghipnotis dan merampas perasaan hati itu. Inggris telah menekan Khalifah sedemikian rupa sehingga dia nampak lemah dan tak berdaya. Sementara di sisi lain mereka berpura-pura lemah menghadapi Musthafa Kamal agar nampak bahwa dia adalah pahlawan satu-satunya di Turki.
Akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924, Musthafa Kamal, sang agen dan antek Inggris turunan Yahudi tersebut mengusulkan rencana untuk menghapus, membubarkan khilafah, memisahkan antara agama dan negara, serta mengganti Mahkamah Syariah dan Undang-Undang Syariah dengan Mahkamah Modern (Thaghut) dan Undang-Undang Modern (Thaghut).
Syekh Abdullah Azzam mengomentari tindakan keji Musthafa Kamal tersebut: “Sungguh Musthafa Kamal telah mencabut bangunan yang tinggi dari pondasinya. Bangunan yang selama lima abad menjadi menara petunjuk bagi kaum Muslimin, menjadi pelita yang menerangi kaum Muslimin di bumi Turki.”
Syekh Abdul Qadim Zallum, dalam bukunya “How The Khilafah Destroyed” (Kaifa Hudimat al-Khilafah) menceritakan detik-detik dimana Khilafah Islam terakhir di Turki diruntuhkan oleh antek dan agen Inggris, Musthafa Kamal Attatruk.
                                                                                                                “Pada pagi hari tanggal 3 Maret 1924, diumumkan bahwa Majelis Nasional telah menyetujui penghapusan Khilafah dan pemisahan agama dari urusan-urusan negara. Pada malamnya, Musthafa Kamal mengirimkan perintah kepada gubernur Istambul yang menetapkan bahwa Khalifah Abdul Majid harus meninggalkan Turki sebelum fajar hari berikutnya. Pada tengah malam, gubernur bersama satu pasukan dari kesatuan polisi dan militer mendatangi istana Khalifah. Khalifah dipaksa masuk ke dalam mobil yang kemudian membawanya melintasi perbatasan menuju Swiss. Setelah ia dibekali satu kopor berisi beberapa potong pakaian dan sejumlah uang. Dua hari kemudian, Musthafa mengumpulkan seluruh pangeran dan putri Sultan, kemudian mendeportasinya ke luar negeri. Seluruh peran agama dihapuskan dan waqaf kaum Muslimin menjadi milik negara. Sekolah-sekolah agama diubah menjadi sekolah umum di bawah pengawasan kementerian pendidikan. Demikianlah bagaimana caranya Khilafah diruntuhkan. Khilafah benar-benar runtuh, dan ikut runtuh pula Islam dalam kapasitasnya sebagai konstitusi negara, sebagai sumber perundang-undangan umat, serta sebagai pedoman hidup. Semuanya itu adalah perbuatan Inggris melalui kaki tangan dan agen mereka, si pengkhianat Musthafa Kamal Pasha.”
Lihat apa yang diucapkan Musthafa Kamal dalam pidatonya yang disampaikan pada anggota dewan:
“Dengan harga apa yang harus dibayar untuk menjaga Republik yang terancam ini dan menjadikannya berdiri kokoh di atas prinsip ilmiah yang kuat? Jawabannya Khalifah dan semua keturunan keluarga Utsman harus pergi (dari Turki), pengadilan agama yang kuno dan undang-undangnya harus diganti dengan pengadilan dan undang-undang modern, sekolah-sekolah kaum agamawan harus disterilkan tempatnya untuk dijadikan sekolah-sekolah negeri yang non agama.”
Dan Umat Islam pun Tercerai Berai
Pasca diruntuhkannya Khilafah Islam yang terakhir di Turki, umat Islam tercerai berai, bagai anak ayam kehilangan induknya. Kaum Muslimin terpecah belah menjadi sekitar 60-an negara nasionalis yang tidak terikat satu sama lain dengan ikatan yang shahih (aqidah Islam).
Setelah Khilafah Islam diruntuhkan, kaum Muslimin berpecah belah dan menyebar pada jalan yang berbeda-beda laksana domba di malam hujan, dimana kemudian kawanan serigala menerkam kaum Muslimin yang tercerai berai tersebut. Semua musuh mencabut senjatanya dan menghunuskan pedangnya untuk menyembelih siapapun dan dengan cara bagaimanapun yang mereka sukai. Khilafah Islam, sang pelindung umat sudah tiada lagi.
Syekh mujahid, Usamah bin Ladin rahimahullah dalam “Taujih Manhajiyah 2” menggambarkan derita umat akibat tercerai berai dan tidak memiliki pemimpin.
“ Pada saat darah orang-orang Islam mengalir dan ditumpahkan, di Palestina, Chechnya, Philipina, Kashmir dan Sudan, dan anak-anak kita mati lantaran embargo Amerika di Irak. Dan ketika luka-luka kita belum sembuh, sejak serangan-serangan  salib terhadap dunia Islam pada kurun yang lalu, dan yang merupakan hasil dari kesepakatan Saix-Piccot antara Inggris dan Prancis, yang menyebabkan dunia Islam terbagi-bagi menjadi potongan-potongan, sedangkan para kakitangan salib masih berkuasa di dalamnya sampai hari ini, tiba-tiba keadaan yang serupa menghadang kita dengan kesepakatan Saix-Piccot, yaitu kesepakatan Bush-Blair, akan tetapi kesepakatan itu di bawah bendera yang sama, dan tujuannya juga sama. Benderanya adalah bendera salib, dan tujuannya adalah merampas dan menghancurkan umat Nabi kita shollallohu ‘alai wa sallam yang dicintai.
Sesungguhnya kesepakatan Bush-Blair mengaku ingin menghancurkan teroris, namun tidak samar lagi, meskipun bagi orang awam sekalipun, bahwa kesepakatan itu bertujuan untuk menghancurkan Islam, namun demikian para penguasa negara-negara kawasan timur tengah tetap saja menyatakan dukungan mereka, melalui berbagai ceramah dan tulisan, terhadap terhadap  Bush di dalam memerangi teroris, yaitu memerangi Islam dan kaum muslimin, dalam sebuah pengkhianatan yang jelas terhadap Islam dan umatnya, dengan dukungan restu dari para ulama’ pemerintah dan para menterinya.”
Kesepakatan atau Perjanjian Saix-Piccot adalah kesepakatan rahasia yang berlangsung pada tahun 1334 H ketika perang dunia pertama antara Inggris dan Prancis, atas persetujuan Rusia untuk memecah-belah Daulah ‘Utsmaniyah dan membagi daerah-daerah yang tunduk di bawah kekuasaan ‘Utsmaniyah --- yaitu Suriah, Irak, Lebanon dan Palestina --- ke daerah-daerah yang tunduk kepada kekuasaan Prancis, sedangkan yang lainnya tunduk kepada kekuasaan Inggris. Kesepakatan tersebut dinamakan dengan nama tersebut karena dinisbatkan kepada pelakunya yaitu Marlk Saix orang Inggris dan George Piccot, orang Perancis.
Syekh Usamah rahimahullah melanjutkan :
“Dan sesungguhnya diantara tujuan terpenting dari serangan salibis baru ini adalah mempersiapkan kondisi negara-negara di wilayah timur tengah, setelah dilakukan pembagian, untuk mendirikan negara Israel Raya, yang mencakup sebagian besar Irak dan Mesir melewati Suria, Lebanon, Yordan, seluruh daerah Palestina dan sebagian besar dari negeri haromain (dua tanah suci).
Lalu, bagaimana caranya agar umat Islam yang tercerai berai tersebut bisa bersatu kembali di bawah naungan Khilafah Islamiyyah? Bagaimana pula caranya menahan keganasan orang-orang kafir yang membantai kaum Muslimin ?
Syekh mujahid, Usamah bin Ladin menjawabnya:
“Maka jalan untuk menahan kekuatan orang-orang kafir adalah jihad fi sabilillah, sebagaimana firman Alloh SWT:
" Maka berperanglah kamu pada jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mu'min (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Alloh amat besar kekuatan dan amat keras siksaan (Nya)." (An Nisa’: 84)
Sesungguhnya umat Islam pada hari ini, atas karunia Alloh SWT, mempunyai kekuatan yang sangat besar yang cukup untuk menyelamatkan Palestina dan menyelamatkan negeri-negeri umat Islam yang lain. Akan tetapi kekuatan ini terbelenggu, maka kita harus berusaha untuk melepaskannya. Selain itu, sebenarnya umat ini telah mendapat janji kemenangan, sehingga jika kemenangan itu tertunda maka hal itu disebabkan oleh dosa-dosa kita dan berpangkutangannya kita dari membela Alloh SWT. Alloh SWT berfirman:
"… jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7)
Bahkan umat ini juga dijanjikan kemenangan atas orang-orang Yahudi, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alai wa sallam:
"Hari kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi orang-orang yahudi, lalu kaum musliminpun membunuh mereka, sampai-sampai ada seorang yahudi yang bersembunyi dibalik batu dan pohon, lalu batu atau pohon itu berkata: 'wahai orang Islam, wahai hamba Alloh  ini orang yahudi dibelakangku, kemarilah bunuhlah dia!. Kecuali pohon ghorqod, sesungguhnya ghorqod itu pohon orang-orang yahudi." (HR. Muslim)
Maka di dalam hadits ini juga terdapat peringatan bahwasanya pertarungan yang menentukan dengan musuh itu, terjadi dengan cara pambunuhan dan peperangan, bukan dengan cara membuang-buang kekuatan umat selama puluhan tahun, dengan melalui jalan lain, seperti tipu daya demokrasi dan yang lainnya.
Gelombang Tsunami Revolusi Menghantam Kekuasaan Para Diktaktor
Kini, setelah 88 tahun berlalu, gaung kebangkitan Islam yang sejak lama diperjuangkan mulai menampakkan hasilnya. Kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia melihat secercah harapan kembalinya kejayaan dan keberkahan hidup di bawah naungan syariat Islam di bawah sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyyah.
Nubuwwah dari Rasulullah SAW., yang memberitakan akan berakhirnya masa kepemimpinan para diktaktor yang kejam dan bengis dan menjadi awal kemunculan sistem Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian mulai terlihat tanda-tandanya.
"Dari Nu'man bin Basyir dari Hudzaifah bin Yaman radliallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 "Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Kerajaan yang Diwariskan (MULKAN ADLON), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Pemerintahan Diktaktor yang bengis (MULKAN JABARIYYAH), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (KHILAFAH 'ALAA MINHAJIN NUBUWWAH)". Kemudian beliau (Nabi) diam." (H.R. Ahmad dan Al Baihaqi. Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa Tahdzir, Al Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India. Halaman 461. Musnad Ahmad, juz 4, halaman 273)
Syekh Hasan Umar hafizhahullah dalam artikelnya yang berjudul “Ruha al-Islam Dairah” (Roda Islam terus berputar) menjelaskan fase-fase dari Nubuwwah Rasulullah SAW., secara panjang lebar dan terperinci.
“Nabi SAW., memberitahukan, pada saat itu masa kenabian, bahwa masa kenabian beliau akan berlangsung di tengah umatnya ini sampai masa beliau wafat. Setelah itu datang masa khilafah rasyidah yang akan bertahan di tengah umat ini selama masa waktu tertentu. Kemudian Allah SWT., akan mengangkat masa tersebut. 
Hal itu ternyata benar-benar terjadi. Kemudian muncul masa raja ‘adhun, yaitu kerajaan yang diwariskan. Masa tersebut terjadi sejak era Mu’awiyah bin Abi Sufyan RA, saat ia mengambil baiat untuk anaknya Yazid bin Mu’awiyah padahal saat itu Mu’awiyah masih hidup. Kerajaan yang diwariskan menjadi milik Bani Umayyah, lalu menjadi milik daulah Abbasiyah sampai selesai, kemudian daulah Mamluk, dan daulah Utsmaniyah. Daulah Utsmaniyah kemudian berakhir di tangan seorang sekuleris militeris, Musthafa Kamal Attaturk. Negara-negara Eropa berperan besar dalam menjatuhkan daulah Utsmaniyah, sehingga khilafah Utsmaniyah runtuh pada bulan Maret 1924 M.
Era kerajaan yang diwariskan (monarchi) telah berakhir, digantikan oleh pemerintahan militer atas negeri-negeri Islam pada abad 20 M. Bahkan, meski pihak militer yang tidak naik ke kursi kekuasaan, namun sisa-sisa kerajaan yang diwariskan seperti Arab Saudi, Yordania, dan Maroko mempergunakan bantuan kekuatan militer yang besar, dengan peralatan dan persenjataan modern untuk memberangus pihak oposisi dan siapa pun yang membenci penguasa tersebut. Pemerintahan tersebut secara realita adalah pemerintahan diktator, meski secara nama masih berupa kerajaan yang diwariskan.
Kekuasaan sepenuhnya digenggam oleh pemerintahan-pemerintahan diktator tersebut dengan banyak metode. Metode yang paling penting adalah: - aparat keamanan yang kuat yang menjaganya, memberangus para oposisi, mempergunakan media massa dan para jurnalis untuk ‘mencetak’ (membentuk) akal pemikiran rakyat sesuai kehendak para penguasa, suatu cara yang bisa disebut ‘operasi pencucian otak’. Mereka memenuhi otak rakyat dengan pemikiran-pemikiran yang mendukung para penguasa atau melalaikan rakyat dari dien Allah dan problematika-problematika umat yang paling menentukan nasib mereka, yaitu media massa memberikan porsi yang sangat besar untuk aspek seni, olahraga, lagu-lagu (musik), lawakan, dan seterusnya.
Para tokoh agama yang berubah menjadi para pegawai pemerintahan. Ketika melihat kemungkaran, mereka memegang prinsip: ‘Saya tidak melihat, tidak mendengar, dan tidak mengatakan’. Mereka berperan seperti para pendeta yang menganggap suci para penguasa, bukan berperan sebagai tokoh iman yang mengingkari kemungkaran penguasa dan meluruskan kekeliruannya, bukan pula berperan sebagai pemimpin umat yang mengembalikan hak-hak umat yang hilang.
Diantara metode terpenting para penguasa diktator tersebut adalah mengikuti kemauan Barat di bidang politik dan militer, dengan mencampakkan persoalan Palestina dari realita perjuangan, karena mereka semua sibuk menjalin perdamaian dengan Israel.
Maka kekuatan militer Amerika dipersilahkan bercokol di Kuwait, Teluk, dan Arab Saudi. Sikap politik negara-negara kawasan Teluk berada di bawah payung politik Amerika. Amerika bahkan melakukan intervensi sangat dalam, sampai taraf menentukan para penguasa di beberapa negeri Islam. Para penguasa tersebut meminta bantuan kekuatan adidaya (salibis Amerika dan Eropa) ini  dan mereka menindas rakyat mereka sendiri. Maka mereka layak menyandang nama ‘Pemerintahan Diktator’.
Kini nasib para pemerintahan diktator ini mulai sempoyongan dan hendak roboh, dengan dimulainya revolusi rakyat di Tunisia, lalu di Mesir, lalu demonstrasi-demonstrasi dan bentrokan-bentrokan terjadi di Yaman, Libya, dan lain-lain. Semuanya terjadi secara berentetan, dengan kecepatan yang mengagumkan. Semuanya memiliki kemiripan dan beraksi secara cepat.
Kita tidak melihat ada penafsiran atas berbagai kejadian ini yang lebih jujur dari penafsiran Nabi SAW, yang telah memberitahukan kepada kita bahwa pemerintahan diktator akan menguasai umat ini selama masa yang Allah kehendaki. Allah kemudian akan mengangkatnya jika Allah telah menghendakinya.”
88 Tahun Tanpa Khilafah : From Imarah To Khilafah
Kini kita melihat dengan jelas permulaan hilangnya pemerintahan diktator, dan dengan izin Allah semua pemerintahan diktaktor tersebut akan lenyap. Jika pemerintahan diktator telah hilang, niscaya akan digantikan oleh fase khilafah yang berjalan di atas minhaj (metode) kenabian, seperti yang telah diberitahukan oleh nabi Muhammad SAW.
Gelombang tsunami revolusi Islam yang awalnya muncul di Tunisia telah melanda Timur Tengah dan kini menghantam kekuasaan pemerintahan diktaktor. Keruntuhan rezim diktaktor Tunisia, disusul Mesir, Libya, dan kini Suriah menjadi tanda dan bukti benarnya berita kenabian Rasulullah SAW.
Sementara itu, fenomena kemunculan negara-negara Islam atau yang lebih dikenal dengan Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq menjadi penanda dan bukti yang menguatkan bahwa masa kedatangan Khilafah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian sudah semakin dekat. Karena seluruh Imarah Islam yang ada bercita-cita mewujudkan Khilafah Islamiyah mengikuti metode kenabian.
Imarah Islam, seperti Imarah Islam Afghanistan, Imarah Islam Kaukasus, Imarah Islam Somalia, dan Daulah Islam Iraq, dalam timbangan syar’i masuk dalam kategori “Imarah Khos” atau Imarah Khusus, yakni sebuah kekuasaan spesifik (Khusus) dari sebuah kepemimpinan Islam atas wilayah yang khusus pula, dimana syariat Islam diterapkan di wilayah tersebut.
Imarah Khos (Imarah Khusus) ini suatu saat bisa berkembang dan akhirnya mampu bi idznillah untuk menegakkan “Imarah Aam” (Imarah Umum) atau yang kita kenal dengan nama Khilafah untuk seluruh kaum Muslimin di dunia yang akan mewujudkan ketentraman, kesejahteraan, dan turunnya rahmat Allah SWT., tidak hanya kepada umat Islam, melainkan juga kepada umat non Muslim, bahkan kepada seluruh alam semesta.
Di saat itulah Nubuwwah Rasulullah SAW., kembali terbukti, dengan munculnya masa atau fase Khilafah ala Minhajin Nubuwah, yakni Khilafah yang mengikuti metode kenabian pasca runtuhnya pemerintahan diktaktor, dan diawali dengan kemunculan Imarah Islam. From Imarah To Khilafah, Insya Allah!
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Jum’at, 9 Robi’ul Akhir 1433 H/02 Maret 2012 M
Ar Rahmah Media Network
http://arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2011 Ar Rahmah Media Network

Minggu, 26 Februari 2012

Know Your Enemies: Siapakah Ulil Abshar Abdalla?



Ukasyah
Rabu, 22 Februari 2012 17:21:09
(Arrahmah.com) - Nama Ulil Abshar Abdalla kini menjadi buah bibir di jejaring sosial. Langkahnya yang mendukung agar FPI dibubarkan menuai kecaman dari berbagai umat Islam. Bersama para koleganya, Ulil turut menggorganisir Gerakan Indonesia Tanpa FPI. “Dukung gerakan #IndonesiaTanpaFPI. Support the Indonesia-without-FPI movement. | FPI is an Indonesian "Islamic" vigilante group,” tulis Ulil di akunnya, @ulil Abshar-Abdalla.
Namun sebenarnya siapakah Ulil? Ulil Abshar-Abdalla lahir di Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1967. Pria berumur 45 tahun ini adalah seorang tokoh Islam Liberal di Indonesia yang berafiliasi dengan Jaringan Islam Liberal. Meski berpikiran liberal, sebenarnya Ulil sempat kuliah di LIPIA pada tahun 1988 sampai 1993 sebelum sempat di drop-out.
Seperti mahasiswa LIPIA pada umumnya, Ulil juga mempelajari kitab-kitab Ibnu Taimiyyah yang sangat indah dan bernuansa tauhid sebagai keharusan seorang mahasiswa kala itu. Ulil nyaris saja mendapat gelar sarjana di Fakultas Syari'ah, namun sayang berkah LIPIA urung dia dapatkan hingga kemudian dikeluarkan oleh pihak kampus tanpa sempat menyabet gelar sarjana.
Hal yang sama juga terjadi ketika menempuh pendidikan Doktoral di Harvard. Sumber dari Suara Islam, seorang diplomat sekaligus seorang Doktor lulusan Harvard, mengatakan bahwa Ulil sebenarnya juga telah gagal menyelesaikan studinya di Harvard. “Saya dengar dia drop out,” kata sang diplomat itu. Jika hal itu benar, maka untuk kedua kalinya Ulil mendapat gelar DO pasca dari LIPIA.
Sebagai santri, Ulil muda adalah seorang pelajar di Madrasah Mathali'ul Falah, Kajen, Pati, Jawa Tengah yang diasuh oleh KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz (wakil Rois Am PBNU periode 1994 1999 dan Rois Am PBNU 2004-2010). Tak hanya itu, Ulil juga pernah “mondok” di Pesantren Mansajul 'Ulum, Cebolek, Kajen, Pati, serta Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang.
Berbeda dengan Ulil yang membela Ahmadiyah, KH Sahal Mahfudz justru terkenal keras menentang Ahmadiyah. Romo Kyai -begitu para santri memanggilnya termasuk Ulil- meminta agar Ahmadiyah keluar dari Islam. Beliau terkenal garang dalam mengkritik kalangan muda NU yang memakai jurus “Atas nama HAM” untuk membela kehadiran Ahmadiyah.
KH. Sahal dengan tegas menyatakan bahwa Ahmadiyah mempunyai akidah yang berbeda. KH. Sahal Mahfudz pun telah berkali-kali menyatakan Ahmadiyah sesat dan meminta pemerintah untuk membubarkan dalam kapasitasnya sebagai petinggi Majelis Ulama Indonesia.
Kini Ulil melabuhkan pengembaraannya dalam struktur Partai Demokrat. Di "rumah baru" nya ini, ia menjabat sebagai Ketua Divisi Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengurus Pusat dalam masa jabatan Ketua Umum Anas Urbaningrum. Ya mantan anggota KPU yang kini juga tengah terseret kasus korupsi itu. (eramuslim/arrahmah.com)

Jalaluddin Rakhmat, Pendeta syiah yang terbukti berbohong


Saif Al Battar
Ahad, 26 Februari 2012 13:35:01
(Arrahmah.com) - Harian Tribun Timur Makassar, Selasa, 19 Juli 2011, hal 3, menurunkan berita klarifikasi dari Jalaluddin Rakhmat (baca: JR) bahwa “Kang Jalal Bantah Halalkan Nikah Mut’ah dan Kafirkan Sahabat Nabi”
Berita di atas bertentangan dengan pernyataan JR yang termuat di Harian Fajar, Minggu, 25 Januari 2009, dimana dia mengatakan: “Nikah Mut’ah memang boleh saja dalam pandangan agama karena masih dihalalkan oleh Nabi saw. Dan apa yang dihalalkan oleh Nabi saw, maka itu berlaku sampai kiamat”
Pernyataan JR bahwa ia juga membantah mengkafirkan sahabat Nabi hanyalah pemanis bibir belaka, ini terbukti dari beberapa tulisannya yang mengkafirkan sahabat Nabi saw, di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Para sahabat merobah-robah agama.[1]
  2. Para sahabat murtad.[2]
  3. Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian.[3] Ia besama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh Nabi saw.[4]



[1] Jalaluddin Rakhmat. Artikel dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari, IJABI Jabar bekerjasama dengan IJABI Sulsel, Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3
[2] Ibid. hal. 4
[3] Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 24
[4] Ibid. hal. 73

(LPPIMakassar.blogspot.com)

Weekly Report (Pekan ke-3/Februari 2012) Negara Gagal : Buruk Muka, Cermin Dibelah!



M. Fachry
Minggu, 26 Februari 2012 20:45:24
Weekly Report - Buruk muka, cermin dibelah! Pepatah ini cocok dinisbatkan ke negara gagal bernama Indonesia. Setelah pelbagai ‘prestasi’ disandangnya, seperti negara terkorup, nagara bedebah, kini Indonesia juga mendapat predikat Republik Preman.
Sayangnya, sebagaimana makna pepatah buruk muka, cermin dibelah di atas, negeri ini tidak juga menyadari bahwa kesalahan ada pada dirinya sendiri bukan di tempat lain. Kaum Muslimin, khususnya yang berdakwah agar syariat Islam dapat diterapkan di negeri ini sering kali menjadi ‘kambing hitam’ dan dianggap sebagai kelompok provokator, hingga harus dibubarkan.
Padahal sejatinya, yang harus dibubarkan adalah sistem demokrasi sekuler yang diterapkan negeri ini. Karena sebagaimana diungkapkan Sir Winston Churchill (PM Inggris pada masa PD II), demokrasi bukanlah sistem yang baik, dia menyimpan kesalahan dalam dirinya (built in error).
Negara Gagal, SBY malah mau beli pesawat
Sebagai partai berkuasa di negeri ini, Partai Demokrat semakin hari semakin hancur. Partai yang keluar sebagai pemenang pemilu ala sistem demokrasi sekuler tersebut saat ini dirundung masalah serius, para kadernya terseret kasus korupsi berat, bahkan dikhawatirkan akan menyeret para petinggi partainya, hingga ke Ketua Umum, Anas Urbaningrum.
Sayangnya, tidak ada sense of crisis dari SBY, bahkan untuk masalah yang sangat krusial dan menentukan tersebut, apalagi untuk peduli dalam masalah yang lain. SBY bahkan berencana akan membeli pesawat senilai Rp 912 miliar, di saat rakyat miskin di negeri ini masih mengais kesejahteraan dari pemerintahnya. Ironisnya lagi, dana untuk membeli pesawat kepresidenan tersebut berasal dari hutang.
Menurut Uchok Sky, Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), pembelian pesawat senilai Rp 912 miliar ini telah melanggar hak subyektif rakyat berupa hilangnya hak konstitusional rakyat terhadap anggaran. Sesuai dengan UUD 1945, prioritas utama pengelolaan anggaran sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pembelian pesawat juga dinilai melanggar kewajiban hukum presiden untuk mensejahterakan seluruh rakyat.
Kalau SBY lebih memihak rakyat ketimbang membeli pesawat, maka uang senilai Rp 921 miliar ini bisa digunakan untuk membangun 9.121 rumah sederhana, atau untuk penyediaan jaminan kesehatan masyarakat sebanyak 11.060.969 penduduk miskin, atau bisa juga untuk memperbaiki 4.560 sekolah.
Lebih menyakitkan lagi, negeri ini terus menerus memusuhi kaum Muslimin, menuduh para pengemban dakwahnya sebagai teroris untuk kemudian menghukum mereka seberat-beratnya.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) bahkan memberikan akses illegal kepada badan pemerintahan kafir Amerika, FBI (Federal Bureau of Investigation) di sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) untuk menginterogasi para tahanan terutama tersangka “terorisme”. Kemenkumham atas ‘jasa’nya ini akan mendapatkan gelontoran dana dari AS sebesar 1 triliun per tahun.
Atas kebijakan yang sangat pro barat dan anti Islam ini, pengamat intelijen Umar Abduh, menganggap SBY adalah bagian dari budak Yahudi. Hal ini sebagaimana yang dikatakan Umar Abduh kepada i-today pada (14/2/2012) lalu bahwa : ”Pemerintahan SBY telah terlibat jauh dalam proyek teroris. Proyek ini jelas-jelas merupakan perang tingkat tinggi antara Yahudi dengan Islam. Jika Kemenkum HAM mengijinkan FBI berkiprah di Indonesia, bisa dikatakan Kemenkum HAM bagian dari Yahudi.”
Menurut Umar, proyek-proyek anti teroris yang dijalankan pemerintah merupakan bagian dari kerjasama Yahudi anti Islam. “Jika orang  asing diberikan kesempatan  mengawasi orang Indonesia, di mana kedaulatan Indonesia. Bantuan asing ditujukan untuk mengadudomba Islam dengan pemerintah”, dikutip i-today.
Umar Abduh, Pengamat Intelijen
Umar yakin bahwa SBY adalah bagian dari budak Yahudi, ”Jika SBY menyetujui kerjasama Indonesia dengan Amerika Serikat, dalam hal ini FBI, saya yakin SBY bagian dari budak Yahudi,” tegas Umar.
Di samping itu, sebagaimana diungkapkan oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam bukunya Risalah Tauhid & Iman yang ditulisnya dari Bareskrim Mabes Polri, rezim SBY dan Densus 88 juga aktif memerangi kemurnian tauhid dan iman dengan cara “deradikalisasi” agar umat Islam bersikap lunak terhadap kemusyrikan dan kemungkaran sehingga pengamalan tauhid mereka bercampur dengan kemusyrikan dan iman mereka bercampur dengan kemungkaran dan ideologi kekafiran.
“Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al Qolam : 8-9)
Bela FPI, Dukung Indonesia Tanpa JIL
Kekerasan adalah salah satu ‘kambing hitam’ yang sering digunakan oleh negara gagal Indonesia, untuk membelah cermin ketika terlihat keburukan mukanya. Kekerasan yang belakangan ini marak terjadi di negara gagal Indonesia, menarik perhatian dan komentar berbagai pihak, termasuk Menteri Agama.
Menariknya, Menteri Agama yang juga Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut mengatakan bahwa kegaduhan pasti akan menyertai ketika jalan yang dipilih oleh bangsa ini adalah demokrasi.
Suryadarma Ali, Ketua PPP
“Semua itu menciderai kerukunan dalam masyarakat, ketika demokrasi menjadi jalan yang dipilih oleh Indonesia, maka kegaduhan pasti menyertainya, karena pada demokrasi, setiap suara memiliki hak yang sama.”
Rusaknya sistem demokrasi dalam mengelola negeri ini semakin terkuak ketika atas nama kebebasan, segerombolan rasisme fanatisme anarkisme pimpinan Gubernur Kalteng, Teras Narang, bermaksud melakukan penghadangan, bahkan pembunuhan terhadap delegasi pimpinan Front Pembela Islam (FPI) yang akan melakukan acara dakwah di Kalimantan Tengah.
Tragedi ini menyulut api peperangan lebih besar lagi antara para pendukung kebebasan (anti syariat Islam) dengan umat Islam yang pro syariat Islam, yakni mendukung dan menghendaki dakwah, amar maruf nahi munkar, serta penerapan syariat Islam di negeri mayoritas Muslim ini.
Ironisnya, pemerintah gagal ini bersama media-media kafir sekuler ikut-ikutan bersuara, membuat makar, yang berujung kepada gerakan dan aksi untuk menolak FPI, menghasut FPI sebagai penebar kekerasan, dan akhirnya berujung kepada kampanye Indonesia Tanpa FPI.
Menurut Ketua Umum FPI, Habib Muhammad Riziq Syihab, ada skenario janggal berupa penyesatan opini publik bahwa seakan-akan keberadaan FPI di Kalteng dapat mengganggu kestabilan masyarakat terutama Suku Dayak. Padahal, selama ini FPI telah memiliki hubungan baik dengan berbagai suku Dayak se-Kalimantan.
Habib Rizieq Syihab
Habib Rizieq mengaskan bahwa, ribuan massa penghadang yang berusaha membunuh Delegasi FPI bukanlah warga Dayak asli melainkan orang-orang binaan Gubernur Kalteng, Teras Narang cs, yang mengklaim sebagai suku Dayak.
Demi memenuhi ambisinya untuk membungkam Islam dan Kaum Muslimin, terutama karena mereka semua anti syariat Islam, maka muncul aksi segerombolan orang yang menamakan diri “Koalisi Rakyat Indonesia Tanpa FPI” yang menuntut pembubaran FPI karena dianggap pelaku kekerasan.
Lucunya, aksi mengatasnamakan masyarakat Indonesia ini hanya dilakukan oleh 43 orang saja, tidak lebih. Aksi anti syariat Islam ini ternyata terbukti dilakukan oleh gerombolan musuh-musuh Islam ekstrim, yakni kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sering diplesetkan menjadi Jaringan Iblis Laknatullah.
Aksi Indonesia Tanpa FPI yang disponsori JIL di depan Plasa Indonesia (14/2/2012) hakikatnya adalah dukungan terhadap tindakan anarkis yang dilakukan para preman yang mengatasnamakan masyarakat Dayak yang mengancam akan membunuh empat pimpinan FPI Pusat di Palangkaraya, Kalteng, Sabtu lalu.
Mereka yang sepanjang aksi dari pukul 16.00 hingga 17.00 WIB meneriakkan Indonesia Tanpa FPI adalah Ulil Abshar Abdallah (JIL/Freedom Institute), Alissa Wahid (putri Gus Dur), Anis Hidayah (Migrant Care), Guntur Romli (JIL/Salihara), Hanung Bramantyo (sutradara liberal) dan Vivi Widyawati (LSM Perempuan Mahardika).
Gembong JIL, Ulil Abshar Abdallah
Ironisnya lagi, para peserta pendukung gerombolan JIL dalam aksi tolak FPI tersebut adalah para bencong, pria rambut gimbal bertato, cewek bertato dan perokok, serta sutradara yang rajin membuat film yang menusuk Islam dan kaum Muslimin. Jadi tidak keliru kalau dikatakan bahwa aksi Indonesia Tanpa FPI pada hakikatnya adalah gerombolan anti syariat Islam yang sangat benci dengan FPI karena FPI dikenal konsisten mendakwahkah syariat Islam dan penerapan syariat Islam.
Sementara itu, Ustadz Shobri Lubis, Sekjen DPP FPI dari Markas Pusat FPI di Jalan Petamburan 3, Jakarta pada Rabu malam(15/2) mengomentari aksi Indonesia Tanpa FPI yang dilakukan oleh gerombolan JIL.
Ustadz Shobri Lubis
“Itu kegedean berkoar-koar. Impiannya terlalu besar,” kata Ustadz Shobri Lubis kepada arrahmah.com.
Ustadz Shobri menambahkan, rakyat Indonesia sendiri sudah mengerti tentang tujuan dan tindak tanduk FPI, yang dalam aktivitasnya melakukan pembelaan terhadap masyarakat lemah dan terzholimi, meskipun tidak terekspos.
“Kami berjuang untuk membela kaum yang lemah, dan untuk menegakkan syari’at Islam,” ujarnya.
Ketua Bidang Nahi Munkar DPP FPI, Munarman menyebut aksi Indonesia Tanpa FPI hanyalah gerakan sekelompok orang yang kurang kerjaan.
 “Biarain aja lah kami enggak ada urusan. Itu demo orang kurang kerjaan,” ujar Juru Bicara FPI Munarman, Selasa (14/2). Menurut Munarman, para pendemo tidak konsisten dengan semangat antikekerasan.
 
“Mereka mendukung Indonesia tanpa FPI, berarti mereka mendukung terjadinya aksi kekerasan dan kebrutalan itu. Apa mereka tidak lihat preman-preman itu masuk bandara bawa-bawa senjata tajam?” Mereka yang berdemo itu dalam Islam masuk kategori orang-orang munafik dan tidak konsisten,” tandasnya.
Semua butuh FPI, Indonesia lebih baik tanpa JIL
Gerakan Indonesia Butuh FPI. Kirimkan dukungan untuk FPI (Front Pembela Islam) dengan cara ketik Indonesia Butuh FPI, dan seterusnya. Demikian trend topik yang sedang marak di jejaring sosial negeri ini yang menunjukkan dukungan umat Islam yang cinta dan rindu dengan syariat Islam.
Sebaliknya, bermunculan pula penolakan umat Islam kepada JIL (Jaringan Islam Liberal). Fauzi Baadilla, seorang pemain film dan sinetron serta model iklan dan model video klip melakukan penolakan terhadap liberalisme dengan mengatakan “Indonesia Tanpa JIL”, dalam sebuah video yang diunggah di jejaring sosial.
Video yang berdurasi 32 detik tersebut diunggah dalam sebuah Fans Page Facebook dengan nama #IndonesiaTanpaJIL dan diberi judul “Fauzi Baadila for #IndonesiaTanpaJIL !“. Video diawali dengan kemunculan Fauzi Baadila yang mengucapkan “Indonesia Tanpa JIL” seraya mengacungkan jari telunjuknya.
Kemudian video dengan latarbelakang suasana jalanan tersebut memunculkan tulisan “Karena Indonesia Lebih Asik Tanpa JIL (Jaringan Islam Liberal)”, dan ditutup dengan tulisan #IndonesiaTanpaJIL serta logo Twitter dan Facebook.
Gerakan Indonesia Tanpa JIL di jejaring sosial ini kabarnya sudah menembus angka dukungan 1000 pengguna sekitar pukul 11.00 WIB, Senin Siang (20/2/2012). Gerakan Indonesia Tanpa JIL sebelumnya marak di twitterland setelah adanya gerakan para aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), yang mengusung Gerakan Indonesia Tanpa FPI. Pertarungan al haq (kebenaran) melawan al batil (kesesatan) rupanya marak pula di dunia maya, selain di dunia nyata.
Dahsyatnya lagi, dukungan untuk FPI ternyata tidak melulu dari umat Islam dan kaum Muslimin saja, melainkan juga datang dari penganut Kristiani. Ada sebuah tulisan dari seorang Kristiani yang berjudul “Saya, seorang Kristian Mendukung FPI”, yang dikutip dari kompasiana.com: Berikut sedikit kutipannya, pada bagian akhir.
Saya jadi teringat ketika ada demo penolakan FPI di bundaran HI. Kebanyakan dari peserta demo adalah kamum gay, lesbian, tuna susila, dan semacamnya. Wajar jika mereka menolak FPI, karena memang status mereka bertentangan dengan agama. Dan kagetnya lagi, saya mendapat info bahwa penggerak demo Penolakan FPI adalah Ulil Abshar Abdalla, fungsionaris partai Demokrat yang sedang terjerat kasus korupsi dan disebut-sebut juga sebagai anggota JIL [Jaringan Islam liberal]. Wow. Pantas saja Ulil Abshar Abdalla menggerakkan massa untuk menolak keberadaan FPI, karena FPI telah mencatut namanya sebagai salah satu oknum yang bersembunyi di Partai yang kebanyakan anggotanya sedang terjerat kasus korupsi. Tentang berita penolakan FPI di Palangkaraya, itu juga disebut-sebut sebagai upaya Ulil Abshar Abdalla untuk ‘memusnahkan’ FPI dari dunia ini. Padahal warga Dayak sendiri yang meminta FPI berdiri di Kalteng
Saya sebagai penganut Katholik, mendukung upaya FPI untuk memerangi kejahatan.
Penulis: Lia Christine
Dari kalangan kaum Muslimin, dukungan untuk FPI terus mengalir, dari kelompok dakwah, ormas, para ustadz, baik disampaikan secara langsung maupun tidak. Hal ini karena seluruh kaum Muslimin mencintai FPI, cinta syariat Islam dan karena setiap Muslim adalah bersaudara.
KH. Muhammad Arifin Ilham, seorang Ustadz lembut pemimpin Majelis Dzikir Az-Zikra, menegaskan dukungannya terhadap Front Pembela Islam (FPI), dengan menulis pernyataan di halaman akun Facebook beliau pada hari Kamis (16/2/2012) yang berisi pernyataan dukungan terhadap FPI dan kritikan terhadap oknum pejabat dan media sekuler yang mendukung kemaksiatan dan menyebarkan berita fitnah seakan FPI anarkis.
” FPI dalam tubuh umat Islam Indonesia laksana TANGAN,” tegas Ustadz.
Selain itu, Ustadz juga mengecam kelompok yang ingin membubarkan FPI dan membiarkan kemaksiatan merajalela,  ”siapa yg ingin membubarkan FPI?…kebebasan macam apa yg dinginkan? Ingat!, kalau ma’siyat & kemungkaran dibiarkan merajalela ‘fahaaqqo alaihal qoul’ adzab ALLAH akan turun sbgm minimpa kaum Aad, Tsamud, kaum homo dsb (QS 17 : 16,17), apa terus dibiarkan saat hukum sudah bisa “beli” hancurlah negeri ini,” ujar Ustadz Arifin.
Dari Solo, dukungan untuk FPI dilakukan oleh Solidaritas Muslim Surakarta yang mendatangi Polresta Surakarta, Kamis (16/2/2012). Perwakilan massa dari LUIS diterima oleh Wakapolres AKBP Ahmad Lutfi SH yang kemudian turut menyampakan beberapa bukti aksi anarkisme yang dilakukan Dayak Kafir dalam pengusiran dan percobaan pembunuhan terhadap pimpinan FPI. Aksi diakhiri dengan pembacaan surat pernyataan sikap.
Dari Jakarta, Forum Umat Islam (FUI) juga bereaksi mengutuk percobaan pembunuhan pengurus FPI Pusat di Kalimantan Tengah. Melalui Sekjennya, KH. Muhammad Al Khaththath, FUI mengeluarkan secara resmi pernyataan sikapnya pada hari Senin 21 Robi’ul Awwal 1433 H atau bertepatan dengan tanggal 13 Februari 2012 M.
Dalam salah satu butir pernyataannya, FUI mengutuk tindakan gerombolan yang mengatasnamakan suku Dayak yang telah mengepung pesawat dan mengacung-acungkan senjata untuk membunuh empat pimpinan FPI yang ada di dalam pesawat, bahkan mengejar ke Kuala Kapuas untuk mengusir dan hendak membunuh mereka serta membakar rumah/panggung Tabligh Akbar.
Di akhir pernyataan, FUI meminta semua pimpinan ormas dan lembaga Islam serta semua komponan umat Islam untuk memberikan simpati dan dukungan kepada FPI agar tetap melanjutkan dakwah dan amar makruf nahi munkar di seluruh wilayah NKRI, termasuk Kalimantan Tengah.
Sementara itu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menyatakan menolak upaya pembubaran Front Pembela Islam (FPI) yang sedang diopinikan oleh sekelompok kecil masyarakat.
Hizbut Tahrir pada satu sisi memang tidak setuju dengan kekerasan, tapi kalau FPI dibubarkan dengan alasan kekerasan kami tidak setuju,” ujar Ketua Umum HTI, Ustadz Muhammad Rahmat Kurnia di Jakarta, Rabu (15/2).
Menurutnya isu pembubaran tersebut harus segera dihentikan, karena hanya upaya pihak tertentu untuk menggunakan momentum peristiwa di Kalimantan untuk memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu.
“Harus direm itu, hentikan isu pembubaran. Karena ini hanya momentum kasus Kalimantan. Ini momentum yang diangkat untuk membubarkan ormas, karena ini sudah dari dulu. Kalau tidak, ini saya lihat eskalasinya akan meningkat. Kenapa? Pasti nanti akan ada perlawanan dari internal FPI.”
Dari Bogor, Forum Sillah Ukhuwah Antar Pemuda Islam (FOS ARMI) menyatakan secara resmi dukungan terhadap FPI dan menolak dengan tegas pembubaran FPI. Di akhir dukungannya kepada FPI, FOS ARMI menghimbau agar seharusnya setiap Umat Islam mendukung dan membela FPI dan tidak mendengarkan orang-orang kafir. FPI adalah pembela Umat Islam dan memberantas kemaksiatan tanpa gentar. Kami menyeru kepada pemuda-pemudi Muslim untuk mendukung saudara-saudara di FPI dan dan bangkit bersama FPI untuk menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dan tidak terpengaruh oleh media-media sekuler-liberal.
Bahkan dari penjara Kabareskrim, Mabes Polri di Jakarta, dukungan juga mengalir untuk FPI, yakni dari Ustadz Abu Bakar Ba’asyir (ABB). Ustadz ABB mengomentari penghadangan dayak kafir kepada para ustadz Front Pembela Islam (FPI) yang hendak berkunjung ke Palangkaraya dan Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah untuk urusan dakwah, Sabtu (11/2).
Menurut beliau, sebagaimana dikutip dari halaman Facebook Ustadz Hasyim Abdullah, “Peristiwa penghadangan terhadap FPI ini adalah bentuk penghinaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Islam. Kejadian ini sebagai peringatan dari Alloh ta’alaa untuk yang kesekian kalinya agar umat islam sadar dari kekeliruannya selama ini.
Umat Islam akan selalu terkena fitnah dan terus menerus di dzolimi oleh orang-orang kafir, selama umat Islam tidak mempunyai “Negara Islam/Daulah Islamiyyah.” yang melindungi dirinya dari fitnah-fitnah dan kedzoliman-kedzoliman yang dilakukan oleh orang-orang kafir dan antek-anteknya.
Sudah saatnya umat Islam bangkit berjihad memperjuangkan tegaknya Negara Islam. Oleh karenanya kita harus tegas menyampaikan hal ini. Tujuan perjuangan kita hanya satu, tegaknya Negara Islam/Daulah Islamiyyah. Ini harga mati tidak ada kompromi lagi.”
Jadi, kalau negara sudah gagal, buruk mukanya, jangan cermin yang dibelah! Segera gantikan negara gagal tersebut dengan sistem negara yang diturunkan oleh Allah SWT., sistem kenegaraan yang berdasarkan syariat Islam dan menerapkan syariat Islam secara kaffah (sempurna). Saat itulah, rahmat bagi alam semesta akan terwujud. Allahu Akbar!
(M Fachry/arrahmah.com)

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews