“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”[2]
Sandaran yang Menipu
Rasa tenang dan tentram sebagai buah kebaikan yang kita kerjakan, seringkali tidakk terhindarkan. Selain hal itu memang yang kita inginkan, bukankah tidak ada yang lebih menentramkan daripada kesesuaian antara tindakan kita dengan Sang Pembuat syariat? Karena kita tahu bahwa ketentraman selain karenanya adalah palsu. Sungguh, mampu melakukan apa yang di perintahkan, menimbulkan sensasi puas yang dahsyat!.
Tangan Kita Super Canggih
Genggamlah tangan Anda dengan kuat, lalu pukulkan sekuat tenaga ke tembok di hadapan Anda. Tapi, hentikan ayunan tangan tepat sebelum kepalan tangan Anda menyentuh tembok. Lalu ambillah telur dan genggamlah erat, tapi jangan sampai memeahkannya. Sangat mudah kita lakukan, bukan?
Sistem Navigasi Burung yang Sempurna
Dalam dunia hewan dikenal namanya migrasi. Sebuah gerakan periodik hewan dari habitat aslinya ke daerah yang baru dan kemudian melakukan perjalanan kembali ke tempat asalnya. Migrasi disebabkan oleh kebutuhan untuk mencari makanan, oleh perubahan iklim pada tahun itu, dan oleh kebutuhan untuk berkembang biak.
Mengapa Doaku Tak Kunjung Dikabulkan?
Jika seorang muslim berdoa pada Allah agar diberi rizki dan diberi keturunan, akan tetapi doanya tak kunjung pula terkabulkan, apakah seperti itu adalah buah dari tidak diterimanya amalan?Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanyakan seperti di atas. Lalu jawaban beliau rahimahullah,.
Penganut Kristen menurun, jumlah Umat Islam meningkat tajam
INGGRIS (Arrahmah.com) - Inggris mungkin tidak akan menjadi negara "Kristen" lagi pada tahun 2030. Sebuah laporan media Inggris mengatakan bahwa Kristen di Inggris kehilangan hampir 750.000 penganutnya setiap tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Perpustakaan House of Commons menemukan bahwa penganut agama Kristen telah menurun, agama-agama lain telah terlihat memiliki peningkatan tajam.
Kamis, 16 Mei 2013
Mengapa Doaku Tak Kunjung Dikabulkan?
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”[2]
Sistem Navigasi Burung yang Sempurna
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)
Grand design BNPT: Ciptakan ketakutan massal dan kunci kata jihad
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)
Grand design BNPT: Ciptakan ketakutan massal dan kunci kata jihad
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)
Grand design BNPT: Ciptakan ketakutan massal dan kunci kata jihad
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)
Grand design BNPT: Ciptakan ketakutan massal dan kunci kata jihad
“Yang jelas, ada upaya sistematis untuk menutup kata kunci dalam Islam, seperti jihad, silaturahim, thogut, fa’i, taklim, rohis, khilafah, dan icon-icon lain. Semua itu mau dihilangkan, targetnya adalah agar icon-icon itu ditakuti sendiri oleh umat Islam,” kata Koordinator Indonesia Journalist Forum (IJF) Mustofa Nahrawardaya kepada wartawan usai meresmikan Media Center di Jakarta.
Kata Mustofa, suatu ketika, Khatib Jum’at akan takut menyerukan jihad ke Myanmar untuk membantu Muslim Rohingya. Karena jihad sudah menjadi momok yang menakutkan. Termasuk icon silaturahim.
“Ketika silaturahim juga menjadi momok, maka orang baik menjadi takut menerima tamu untuk berkunjung ke rumahnya. Padahal tidak bisa dibuktikan apakah tamu yang datang itu terduga teroris atau bukan. Tuduhan itu berdasarkan informasi versi polisi. Jadi pesannya adalah jangan mudah menerima sesama muslim untuk bersilaturahim untuk berkunjung ke rumah anda. Seperti yang terjadi di Kebayoran Lama,” ungkap Mustofa.
Ketika Jihad dikunci oleh BNPT dan Densus, maka ketika umat Islam melakukan aksi solidaritas di depan Kedubes Myanmar, lalu dibuatlah isu soal penangkapan teroris karena dituduh akan melakukan pengeboman di Kedubes Myanmat. Disini ada pesan, jangan jihad ke Myanmar, atau jangan demo kedubes tersebut. “Ada upaya untuk menakut-nakuti, sehingga diharapkan terjadi ketakutan massal yang berbasiskan teorisme. Saya menggunakan istilah Negara menteror balik masyarakat.”
(desastian-voaislam/arrahmah.com)