Jumat, 02 Maret 2012

9 Tahun INSIST Membangun Peradaban Bersama Ummat

Memperingati  Sembilan tahun INSIST berkiprah  dalam mewarnai dunia pemikiran Islam di Indonesia. INSIST bekerjasama dengan Komunitas Muslimah untuk Kajian Islam (KMKI) mengadakan acara “Sembilan Tahun INSISTS” diperingati dalam sebuah orasi dan ceramah ilimiah menghadirkan Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M. Phil serta peluncuran buku “Rasional Tanpa Menjadi Liberal” (Kumpulan Tulisan Islamia Republika) dan “Miyskat: Refleksi dari Westernisasi, Liberalisasi menuju Islamisasi”.
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB ( 29/02/12 ) dipandu oleh Agus Izwar personil grup nasyid Snada dihadiri oleh para pendiri dan kader INSIST tidak ketinggalan  berbagai tokoh Islam ikut hadir  diantaranya ustadz Farid Okbah, Taufik Ismail, KH.Cholil Ridhwan dan para pemikir yang concern terhadap peradaban Islam.
Acara yang selesai pukul 22.00 WIB ditutup dengan pembacaaan puisi oleh sastrawan senior, Taufik Ismail.
Sejarah Singkat Sembilan tahun INSIST
Tidak ada satu peradaban yang bangkit tanpa didahului oleh bangkitnya tradisi ilmu. Bangsa Yunani, Yahudi, bangsa-bangsa di Barat, Jepang, dan sebagainya mengalami kebangkitan setelah berhasil menanamkan suatu Budaya Ilmu dalam kehidupan mereka. Tanpa kecuali, peradaban Islam.
Budaya  ilmu yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw telah melahirkan manusia-manusia unggulan dalam satu ”generasi sahaby” yang oleh Nabi saw disebut sebagai ”khairun nâs, qarniy”.
Prestasi Nabi Muhammad saw dalam mewujudkan manusia-manusia unggulan ini belum mampu dicapai oleh peradaban manapun, hingga kini. Rasulullah Saw berhasil mengubah ”masyarakat ummiy” yang hidup dalam tradisi lisan menjadi masyarakat yang cinta ilmu dan tradisi tulis.
Memasuki bulan Muharram 1433 H, atau Januari 2012, Insitute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) telah memasuki umur ke-9 tahun. Jadi, genap sembilan tahun INSISTS menjalankan kiprahnya dalam mewarnai dunia pemikiran Islam di Indonesia. INSISTS adalah sebuah lembaga yang selama beberapa tahun belakangan ini gencar mempromosikan gagasan dan gerakan “Membangun tradisi ilmu menuju Peradaban Islam” melalui berbagai aktivitas workshop dan penerbitannya.
Sejak didirikan, INSISTS telah melaksanakan ratusan kali seminar, workshop, pelatihan, dalam bidang pemikiran Islam untuk para dosen, mahasiswa, pimpinan pesantren, kalangan profesional, dan sebagainya. Ribuan orang telah mengikuti workshop-workshop INSISTS di berbagai belahan dunia (Indonesia, Malaysia, Mesir, Saudi).
INSISTS menjalin kerja sama dengan sejumlah universitas untuk program pelatihan pemikiran Islam bagi para dosen dan mahasiswa. Pada bulan Maret 2007, INSISTS bekerja sama dengan Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), memberikan pelatihan tentang pemikiran dan peradaban Islam selama satu tahun kepada para pimpinan Kampus dan dosen-dosennya.
Para peneliti INSISTS juga mengembangkan mata kuliah dan kursus-kursus Islamic Worldview. Mata kuliah Islamic Worldview  telah diajarkan di sejumlah program pascasarjana studi Islam. Kini mata kuliah ini diajarkan di Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Islam az-Zahra, Pascasarjana Institut Studi Islam Darussalam Gontor.
Di bidang penulisan, sejumlah buku karya peneliti INSISTS juga telah meraih prestasi penting. Buku Wajah Peradaban Barat (Dr Adian Husaini) dan Tren Pluralisme Agama (Dr. Anis Malik Thoha) mendapat penghargaan sebagai buku terbaik dalam Islamic Book Fair tahun 2006 dan 2007. Adnin Armas, M.A telah menulis sebuah buku yang sangat penting dalam studi al-Quran, Metode Bibel dalam Studi al-Quran: Kajian Kritis. Henri Shalahuddin MA, peneliti INSISTS yang lain, juga secara khusus memberikan kritik terhadap pemikiran Nasr Hamid Abu Zaid, melalui bukunya, Al-Qur’an Dihujat. Dr. Syamsuddin Arif pun telah menulis sebuah buku penting: Orientalisme dan Diabolisme Intelektual.
Usia INSISTS memang masih sangat muda, baru sembilan tahun. Tapi ini adalah usia permulaan untuk kerja besar yang akan terus dilaksanakan dan coba diemban oleh INSISTS, berusaha menghidupkan tradisi Ilmu bagi Indonesia. Bangsa Indonesia tidak mungkin akan menjadi bangsa besar jika mengabaikan tradisi ilmu ini. Jika budaya santai, budaya hedonis, budaya jalan pintas, terus dikembangkan, maka hanyalah mimpi saja untuk berangan-angan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar yang disegani dunia. Dalam perspektif Islam, manusia beradab haruslah yang menjadikan aktivitas keilmuan sebagai aktivitas utama mereka.
Kami yakin, bahwa untuk mewujudkan manusia dan masyarakat yang adil dan beradab, satu-satunya jalan adalah dengan membangun BUDAYA ILMU di tengah masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Muslim, sebagai penduduk mayoritas di negeri tercinta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews