Sabtu, 10 November 2012

Kisah Eksklusif Syaikh Usamah bin Ladin #3: Antara Syaikh Usamah bin Ladin dan Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahumallah


Muhib Al-Majdi
Kamis, 4 Oktober 2012 11:16:55
(Arrahmah.com) – Yayasan Media As-Sahab, sayap media mujahidin Al-Qaeda akhirnya merilis video Ayyam Ma'al Imam # 3, serial ketiga dari kisah-kisah pengalaman syaikh Aiman Azh-Zhawahiri selama berjuang mendampingi syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah.
Video Ayyam Ma'al Imam # 3 berdurasi 58 menit 22 detik, diproduksi pada bulan Ramadhan 1433 H/Juli-Agustus 2012 M dan dirilis secara resmi oleh Yayasan Media Al-Fajr melalui sejumlah situs jihad internasional pada Dzulqa'dah 1433 H/pekan ketiga September 2012 lalu. Tidak hanya di kalangan umat Islam, video eksklusif itu juga mendapat liputan luas dari pemerintah, aparat keamanan, lembaga studi, media massa dan publik Barat.
Mengingat begitu berharga dan pentingnya kisah-kisah pengalaman tentang orang nomor 1 di tengah mujahidin Al-Qaeda Internasional, yang dituturkan langsung oleh saksi hidup dan orang yang saat ini juga menjadi orang nomor 1 di tengah mujahidin Al-Qaeda Internasional, insya Allah, situs arrahmah.com akan menghadirkan terjemahan video tersebut secara berseri. Berikut ini adalah seri pertama dari terjemahan tersebut, dengan tambahan judul-judul dengan huruf cetak tebal dan catatan kaki penjelasan dari redaksi.
***
Antara Syaikh Usamah bin Ladin dan Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahumallah
Dengan nama Allah. Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya.
Saudara-saudaraku, kaum muslimin di mana pun Anda berada
As-salamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu

Amma ba'du.
Ini adalah serial ketiga dari kenang-kenangan saya bersama asy-syaikh, al-imam, al-mujaddid dan al-mujahid, syaikh Usamah bin Ladin, semoga Allah merahmatinya.
Ramadhan dan pertempuran Tora Bora
Saya memulai serial kali ini dengan menyampaikan ucapan selamat kepada umat muslim dengan datangnya bulan Ramadhan yang mulia. Saya memohon kepada Allah Ta'ala semoga menerima shaum Ramadhan, shalat tarawih dan witir serta doa kaum muslimin; semoga Allah menjadikannya sebagai bulan kemenangan, pertolongan dan kejayaan bagi kita, insya Allah, khususnya bagi bangsa kita di bumi ribath dan jihad Syam, bangsa kita di Yaman, bangsa kita di Somalia dan bangsa kita di bumi-bumi perbatasan kaum muslimin di setiap tempat, sejak dari Turkistan Timur (Xinjiang) sampai Magrib Islam (Maroko).
Selama kita masih berbincang-bincang tentang kenangan-kenangan indah bersama al-imam al-mujaddi al-mujahid syaikh Usamah bin Ladin, sudah tentu kita memiliki kenangan-kenangan bersama beliau di bulan Ramadhan.
Barangkali kenangan yang pertama kali teringat dalam benak saat disebutkan bulan Ramadhan dan syaikh Usamah bin Ladin adalah Ramadhan di pegunungan Tora Bora. Tora Bora ini, saya tidak akan berbicara tentangnya pada hari ini, karena insya Allah saya akan membicarakan dalam serial tersendiri tentang Tora Bora, kepahlawanan mujahidin di Tora Bora, dengan taufik Allah semata, dan bagaimana syaikh Usamah bin Ladin memimpin mujahidin di Tora Bora dengan kecerdikan dan pengalamannya, juga kelemahan, kepengecutan dan keruntuhan pasukan AS, bagaimana AS hanya mengandalkan orang-orang munafik.
Saya hanya akan menyebutkan bahwa bulan Ramadhan di Tora Bora sungguh istimewa, bulan Ramadhan saat itu sangat berat bagi kami. Syaikh Usamah memerintahkan seluruh mujahidin untuk berbuka puasa, karena sedikitnya makanan dan sedikitnya perbekalan. Saya masih ingat bahwa saya lebih dulu meninggalkan Tora Bora sebelum syaikh Usamah keluar, lalu saya bertemu dengan beliau setelah itu, atau beliau yang mendatangiku pada hari Idul Fitri. Saya masih ingat, saya bertemu beliau, aku lebih dulu mengucapkan salam, kemudian aku membacakan sebait syair karya Al-Mutanabbi:
 Aku istimewakan engkau dalam keselamatan dengan ucapan selamat
Jika kau selamat, seluruh orang juga selamat
Kisah syaikh Usamah dengan syair, dengan penyair Al-Mutanabbi, kecintaan beliau kepada syair, syair kepahlawanan, syair jihad, syair keberanian dan ketangkasan, dan syair zuhud dan akhlak, adalah kisah yang panjang. Barangkali kita akan mengkhususkan satu serial tersendiri tentang syaikh Usamah dan syair, insya Allah.
Hubungan syaikh Usamah dengan para ulama Jazirah Arab
Namun saya hendak berbicara kepada kalian pada hari ini tentang hubungan syaikh Usamah dengan para ulama.
Banyak orang membicarakan tentang hubungan mujahidin dengan ulama, bahwa mujahidin itu menjauhi para ulama, atau bahwa mujahidin tidak menghormati ulama, tidak mempedulikan kedudukan para ulama, atau mujahidin itu kurang ilmu syar'inya, dan tuduhan-tuduhan lainnya.
Saya ingin menjelaskan di sini beberapa sisi yang baik tentang hubungan syaikh Usamah bin Ladin dengan para ulama.
Syaikh Usamah bin Ladin memulai kehidupannya dengan memegang teguh agamanya sejak awal usia muda, bahkan sejak usia kanak-kanak beliau memegang teguh ajaran-ajaran Islam. Beliau adalah seorang penuntut ilmu, beliau menghadiri banyak majlis ilmu bersama sejumlah syaikh.
Namun syaikh Usamah bin Ladin juga disibukkan dengan urusan jihad. Beliau telah berangkat ke medan jihad sejak masih menempuh kuliah, beliau belum sempat mencurahkan seluruh waktunya untuk menuntut ilmu (syar'i), karena jihad telah menyita seluruh jiwa beliau dan menyibukkan diri beliau sepenuhnya. Meski demikian, selama kesibukan jihad tersebut, syaikh tidak meninggalkan kegiatan menuntut ilmu, tetap memberi perhatian pada penyebaran ilmu dan pengajaran. Tentang hal ini, kita mungkin akan menyebutkan beberapa sisi. Sebagian sisi tersebut juga telah saya sebutkan dalam buku saya, Fursanun tahta rayatin nabi, tentang kegiatan dakwah dan kegiatan keilmuan syaikh Usamah bin Ladin di Afghanistan, pondok-pondok pesantren yang syaikh Usamah dirikan di Afghanistan, dan beberapa hal lainnya.
Namun saya ingin berbicara pertama kali tentang hubungan syaikh Usamah bin Ladin dengan ulama Jazirah Arab, kemudian dengan ulama Afghanistan, kemudian dengan ulama Pakistan. Saya sendiri telah menghadiri sebagian pertemuan syaikh Usamah dengan  para ulama tersebut.
Saya masih ingat, di antara hal yang disebutkan oleh syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah tentang hubungan beliau dengan para ulama Jazirah Arab, bahwasanya beliau telah menghasung semangat para ulama tersebut untuk berangkat berjihad, beliau juga menghasung mereka untuk mengeluarkan fatwa tentang kewajiban i'dad (mempersiapkan kekuatan iman dan kekuatan militer), karena umat Islam telah menjadi sasaran serangan (Uni Soviet waktu itu, pent), musuh-musuh Islam telah mengepung umat Islam dari segala penjuru, umat Islam adalah umat yang dijajah, jihad bagi umat Islam adalah fardhu 'ain sejak jatuhnya Andalus (Spanyol ke tangan kerajaan Kristen tahun 1492 M, pent). Semua hal ini, syaikh Usamah telah menghasung para ulama untuk mengeluarkan fatwa tentangnya.
Syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah suatu kali pernah menceritakan kepadaku bahwa beliau bertemu dengan syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsamin telah memberikan rekomendasi (tazkiyah) khusus untuk syaikh Usamah bin Ladin, dalam sebuah rekaman audio, bahkan rekaman video. Semoga Allah merahmati keduanya.
Beliau bercerita kepadaku: "Saya telah berbincang-bincang dengan syaikh Muhammad bin Utsaimin. Saya katakan kepada beliau, "Wahai fadhilah syaikh, Anda semua wajib mengeluarkan sebuah fatwa tentang kewajiban i'dad fi sabilillah dari Haiah Kibar Ulama (Majelis Ulama Senior Arab Saudi)."
Syaikh Muhammad bin Utsaimin berkata secara terus terang kepada syaikh Usamah, "Wahai Usamah, kita tidak (bisa) mengeluarkan fatwa kecuali jika telah ada perintah dari Pejabat Tinggi." Maksud syaikh Utsaimin adalah jika telah ada perintah dari raja Arab Saudi. Maka syaikh Usamah pun bisa memahami kisah sebenarnya.
Syaikh Usamah juga memiliki hubungan yang kuat dengan para ulama gerakan kebangkitan Islam, para ulama muda yang menggerakkan kebangkitan Islam di Jazirah Arab. Syaikh Usamah memiliki harapan besar pada diri mereka, khususnya setelah terjadinya Perang Teluk pertama (1990-1991 M). Syaikh Usamah menghasung mereka untuk berhijrah di jalan Allah.[1]
Beliau mengatakan kepada mereka, "Hijrah merupakan bagian dari tuntutan jihad, bagian dari tuntutan dakwah, bagian dari sunah para nabi, ulama reformer dan pengikut para nabi; wajib atas kalian berhijrah, karena pemerintah Arab Saudi tidak akan membiarkan kalian begitu saja, mereka akan mengintimidasi kalian, memenjarakan kalian, menangkap kalian dan membungkam mulut kalian. Kalian harus memberangkat sebagian orang atau sekelompok orang di antara kalian untuk berhijrah di jalan Allah sehingga jika di dalam negeri kalian dipersempit, kalian memiliki suara di luar negeri."
Syaikh Usamah berkata, "Saya telah mengerahkan banyak usaha untuk meyakinkan mereka." Saya masih ingat kalimat yang diucapkan syaikh Usamah kepadaku dan kepada ikhwan-ikhwan. Syaikh Usamah berkata, "Tidak ada di Jazirah Arab nama seorang ulama pun yang kalian telah mengenal mereka atau kalian belum mengenal mereka kecuali aku telah mengajaknya untuk berhijrah di jalan Allah. Saat itu mereka mengajukan beragam alasan dan keberatan."
Syaikh Usamah telah menakut-nakuti mereka dengan apa yang mungkin bakal terjadi. Syaikh Usamah, masya Allahu, adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan. Ternyata apa yang diperkirakan oleh syaikh Usamah benar-benar terjadi. Dahulu beliau telah memperingatkan mereka, "Kalian nanti akan diintimidasi, kalian akan ditangkap, suara kalian akan dibungkam." Pada akhirnya syaikh Usamah bercerita kepadaku bahwa salah seorang di antara ulama tersebut berkata kepada beliau, "Wahai Usamah, jika kami dipersempit, maka engkaulah suara kami di luar negeri."
Akhirnya apa yang diperkirakan oleh syaikh Usamah benar-benar terjadi. Kalian semua sudah mengetahui peristiwa-peristiwa dan penangkapan-penangkapan (di Arab Saudi) tersebut, mereka mengalami penangkapan-penangkapan dan interogasi-interogasi. Peristiwa itu berlangsung sekitar empat tahun atau lebih (1991-1996an). Selama masa tersebut, syaikh Usamah berbicara atas nama mereka dan mempublikasikan kezaliman-kezaliman yang mereka alami (dari rezim Arab Saudi). Setelah itu barulah penguasa (Arab Saudi) membebaskan sebagian mereka. [2]
Aku masih ingat bahwa suatu kali telah sampai kepadaku berita bahwa salah seorang ulama yang terkenal telah dibebaskan (dari penjara Arab Saudi). Aku menceritakan hal itu kepada syaikh Usamah. Sudah tentu syaikh Usamah sebenarnya telah mengetahuinya sebelumku mengetahui dan beliau juga mengetahui lebih banyak rincian peristiwanya. Aku datang dengan gembira kepada syaikh Usamah dan mengatakan, "Segala puji bagi Allah, syaikh fulan telah dibebaskan, insya Allah, hal itu akan membawa kebaikan."
Syaikh Usamah diam saja. Lalu beliau berkata kepadaku, "Anda tidak mengetahui apa-apa." Aku pun bertanya, "Apakah itu hal yang baik?" Syaikh Usamah menjawab, "Ada beberapa hal yang aku tidak ingin membicarakannya tentang fulan itu di depan ikhwah-ikhwah." Aku katakana, "Baiklah." (Setelah syaikh Usamah menyendiri dengan syaikh Aiman) Syaikh Usamah berkata, "Fulan ini telah dipegang oleh pemerintah Arab Saudi. Ia dibebaskan dari penjara dengan memuji-muji Muhammad bin Nayif (mentri dalam negeri Saudi, pent)."
Aku katakan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."
Syaikh Usamah berkata, "Anda tidak mengetahui apa yang terjadi di penjara-penjara Arab Saudi. Rezim Arab Saudi telah menyulap penjara menjadi tempat penangkapan yang sangat mewah. Rezim "menggalang" mereka dan banyak di antara mereka yang berbalik (menjadi pendukung rezim) selama dalam penjara."
Aku katakan, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."
Syaikh Usamah berkata, "Ya, itulah realitanya."
Sayang sekali, salah seorang ulama yang dibebaskan dari penjara karena telah berbalik menjadi antek rezim Arab Saudi itu suatu kali pernah tampil di TV. Ia memang sering tampil di TV Arab Saudi. Di TV ia berkata, "Aku berlepas diri dari Usamah bin Ladin." Subhanallahil 'Azhim, aku heran dengan orang itu. Wahai fulan, aku hanya mampu berdoa kepada Allah semoga Allah mengembalikanmu kepada kebaikan, mengaruniakan kepadamu mati syahid sebagaimana telah Allah karuniakan kepada syaikh Usamah bin Ladin dan semoga Allah menerimanya darimu.
Salah seorang ulama lainnya yang dikenal sebagai dai yang ahli dalam menyampaikan ceramah dan nasehat suatu kali juga muncul di TV. Di TV ia berkata, "Usamah bin Ladin adalah orang yang sangat tersesat. Sungguh engkau, hai Usamah, sangat tersesat." Hal itu ia ucapkan terang-terangan  di TV.
Subhanallahil 'azhim. Usamah bin Ladin orang yang sangat tersesat! Lantas Husni Mubarak dan Abdullah bin Abdul Aziz adalah amirul mukminin? Subhanallah, buruk sekali apa yang mereka putuskan itu. Wahai saudaraku, saya hanya mampu berdoa kepada Allah semoga Allah mengembalikanmu kepada kebaikan dan mengaruniakan kepadamu mati syahid sebagaimana telah Allah karuniakan kepada syaikh Usamah bin Ladin atau Allah karuniakan kepada syaikh Abu Dujanah Al-Khurasani. Semoga Allah merahmati syuhada' kaum muslimin. Inilah sebagian pengalaman syaikh Usamah bin Ladin dalam berinteraksi dengan ulama Jazirah Arab.[3]
***
Footnote:
[1]. Ulama ash-shahwah atau ulama gerakan kebangkitan Islam di Arab Saudi menunjuk kepada para ulama, mubaligh, dai, dosen dan mahasiswa di Arab Saudi yang terjun di bidang dakwah, pendidikan dan pengajaran, menyuarakan perbaikan (reformasi) kebijakan rezim Arab Saudi yang sangat zalim, represif dan pro-Barat. Mereka biasa disebut juga gerakan salafiyah tarbawiyah atau salafiyah ishlahiyah, untuk membedakan dengan istilah gerakan salafiyah yang sangat pro rezim Arab Saudi.
Tokoh-tokoh ulama muda gerakan ash-shahwah di Arab Saudi yang sangat menonjol pada 1990an antara lain adalah Dr. Safar bin Abdurrahman Al-Hawali, Dr.Salman bin Fahd Al-Audah, Dr. Aidh bin Abdullah Al-Qarni, Dr. Nashir bin Sulaiman Al-Umar dan lain-lain.
[2]. Ratusan ulama dan tokoh gerakan Ash-Shahwah Arab Saudi ditangkap dan dipenjarakan oleh rezim Saudi pasca perang Teluk 1990 M, karena memprotes kebijakan Arab Saudi yang mengundang pasukan AS dan NATO untuk membangun pangkalan-pangkalan militer secara resmi  dan legal, dengan alasan melindungi Arab Saudi dari ancaman Saddam Hushain.
Rezim Arab Saudi berdalih izin tersebut bersifat sementara, namun dari 1990 M sampai saat ini yang berarti lebih dari 20 tahun, pangkalan-pangkalan militer AS-NATO di Arab Saudi masih berdiri secara legal. Puluhan ribu tentara salibis AS-NATO masih mengangkangi Arab Saudi. Dan invasi militer AS-NATO ke Afghanistan, Pakistan, Yaman dan Irak berangkat dari pangkalan-pangkalan militer tersebut.
[3]. Berbagai siksaan fisik yang sangat pedih dan tidak berperi kemanusiaan, tekanan mental yang berat dan bujuk rayu secara halus rezim Arab Saudi telah berhasil melelehkan beberapa tokoh utama gerakan Ash-Shahwah di penjara-penjara politik  Arab Saudi. Mereka yang dianggap telah "sadar", "bertaubat" dan pro-rezim Arab Saudi akhirnya dibebaskan dari penjara dan dikembalikan kepada kedudukannya semula sebagai dosen, imam masjid, khatib dan mubaligh.
Beberapa di antara tokoh Ash-Shahwah tersebut sering muncul di stasiun TV, radio, koran, majalah dan  acara-acara public untuk membenarkan kebijakan pro-Barat rezim Arab Saudi. Mereka juga getol menyerang dan memusuhi mujahidin Islam, khususnya mujahidin Al-Qaeda secara umum pasca serangan 11 September 2001, mujahidin Daulah Islam Irak dan mujahidin Al-Qaeda Semenanjung Arab (AQAP).
Tak hanya mencerca, mengkritik dan menjelek-jelekkan mujahidin lewat media massa, sebagian mereka bahkan menyerahkan dan menunjukkan sebagian mujahid ---mantan-mantan murid dan pengikut mereka sendiri--- kepada aparat keamanan Arab Saudi. Hal itulah yang mengundang ketidak percayaan para ulama dan komandan mujahidin di Arab Saudi, seperti syaikh Hamud bin Uqla Asy-Syu'aibi, Yusuf bin Shalih Al-Ayiri, Muhammad bin Abdullah Ar-Rasyud, Abdul Aziz bin Isa Al-Muqrin dan lainnya kepada obyektifitas para ulama Ash-Shahwah. Para ulama Ash-Shahwah dianggap telah menjadi "antek-antek" baru rezim Arab Saudi.
Syaikh Salman bin Fahd Al-Audah di salah satu stasiun TV Arab Saudi terang-terangan menyatakan berlepas diri dari syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah: http://www.youtube.com/watch?v=YxTc-D_wfFg
Syaikh Muhammad Husain Ya'qub, salah seorang ulama salafi Mesir, secara terang-terangan di salam satu stasiun TV Mesir menyebut syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah sebagai orang yang sangat tersesat:  http://www.youtube.com/watch?v=Wqy3digV1EI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ratings and Recommendations

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews